#002 Klan Penjaga Kuil (2)

4.3K 843 58
                                    

Jay mengundang Jake dan Sunoo untuk menginap di rumahnya sebagai permintaan maaf. Bukan hanya itu, Jay bahkan siap menyediakan makanan untuk mereka selama mereka singgah di Kota Shin.

"Jay, kau anak orang kaya, ya?" celetuk Jake di tengah jamuan mereka yang bisa Jake akui mewah.

"Jay anak tetua di sini. Salah satu keturunan dari keluarga inti, alias pangeran klan," jawab Sunghoon.

"Pangeran pantatmu,"

Sunghoon hanya tersenyum, "Ngomong-ngomong kalian sedang apa di kota ini? Ingin berdoa? Tapi ku lihat kalian bahkan tidak berniat pergi ke kuil utama."

Jake dan Sunoo melirik satu sama lain.

"Kami sedang dalam perjalanan ke Selatan lalu kami mampir ke kota ini untuk bersinggah sebentar,"

"Mungkin ini agak lancang, Selatan mana yang kalian tuju? Kota Shin adalah kota paling selatan di negara ini. Di ujung pantai hanya ada pelabuhan."

"Pulau Olympus. Kami akan pergi kesana," jawab Jake

Baik Jay maupun Sunghoon nampak terkejut. Pertama kalinya mereka mendengar nama itu.

"Kalau boleh tahu itu pulau apa? Mau apa kalian kesana?" tanya Jay penasaran.

"Kalian nggak tahu Pulau Olympus?"

Jay dan Sunghoon kompak menggeleng, "Kota Shin, boleh dikatakan adalah kota paling mundur di negara ini. Koleksi buku kami hanya seputar dunia spiritual. Itulah sebabnya banyak orang dari Klan Penjaga Kuil yang dari lahir sampai mati hanya mengenal Kota Shin seumur hidup mereka."

"Meskipun begitu, setidaknya klan ini lebih baik daripada Klan Es di Utara. Mereka seperti manusia purba," tambah Sunghoon sarkas.

"Pulau Olympus adalah kampung halaman Jake, kami sedang pergi kesana. Pulau itu berada di ujung selatan dunia," jelas Sunoo.

"Berarti kalian harus menyebrangi lautan, dong? Akan sulit jika kalian tidak menemukan kapal yang bagus di pelabuhan," kata Jay.

Jake mengangguk, "Benar, kami juga sedang memikirkannya."

.

.

"Kau sudah gila, ya? Kau hanya akan menambah masalah kalau begini, Jay!"

Suara ribut-ribut di luar membangunkan Jake dari tidurnya. Kamarnya sangat gelap, hanya ada cahaya bulan yang masuk melalui jendela yang sengaja dia buka lebar. Terlalu lama hidup di hutan dan jalanan membuatnya maupun Sunoo enggan tidur di tempat yang tertutup.

Jake melihat Sunoo yang tertidur lelap di sampingnya. Dia membetulkan selimut Sunoo yang melorot sebelum akhirnya keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Di halaman ada Jay dan Sunghoon yang sedang beradu argumen. Jake tidak bisa menangkap dengan jelas apa yang sedang mereka pertengkarkan. Hingga muncul es yang membekukan kaki Jay.

Dari situ Jake tahu, Sunghoon dan Jay tidak berasal dari klan yang sama.

"Biarkan aku pergi kataku!" Jay sudah tidak bisa membendung amarahnya. Dia melempar apinya ke Sunghoon. Tapi, api itu tidak pernah sampai.

"Tenanglah, Jay. Ada Sunoo di dalam rumah, aku tidak mau rumah ini kebakaran," Jake menghalau api itu di depan Sunghoon. Entah bagaimana, api Jay padam ketika menyentuh lengan Jake.

"Kadang aku dan Sunoo juga bertengkar, tapi selalu ada waktu untuk membicarakannya baik-baik."

Sekarang mereka bertiga sudah duduk melingkar seperti permintaan Jake untuk membicarakannya tanpa harus melibatkan tinju.

"Jadi, apakah aku terlalu lancang untuk mendengarkan cerita kalian?" tanya Jake setelah beberapa menit keheningan menyelimuti mereka.

Jay menghela napas kasar, "Ku pikir tidak ada salahnya, toh, semua orang juga sudah tahu."

Klan Penjaga Kuil memiliki satu keluarga inti yaitu keluarga San. Generasi keluarga San yang sekarang dianggap mendapat berkah dari dewa karena mereka memiliki dua orang keturunan laki-laki yang berpotensi menjadi Miko.

Miko adalah pusat dari Klan Penjaga Kuil, memiliki satu-satunya api biru yang menjaga kestabilan spiritual seluruh negeri. Menjadi pelindung utama dari klan.

Miko adalah laki-laki dan keluarga utama memiliki dua orang anak laki-laki yang sama-sama punya kekuatan hebat yaitu Heeseung dan Jay. Namun, hanya satu dari mereka yang bisa menjadi Miko dan mewarisi api biru suci.

"Heeseung, kamulah yang akan jadi Miko dan menjaga keberlangsungan klan ini,"

Jay hanya bertepuk senang kala kakaknya ditunjuk sebagai Miko. Jay membanggakan kakaknya pada semua orang di kota. Bahkan, Jay menyebut bahwa hari dimana kakaknya dinobatkan sebagai Miko adalah hari terbaik dalam hidupnya.

Dia bisa melihat kakak tersayangnya berdiri gagah di puncak Kuil Utama.

"Namun, karena itulah hubunganku dan kakakku jadi renggang,"

Jake mengangguk mengerti.

"Tapi ngomong-ngomong, kenapa kita cerita begini di kamarmu? Ada Sunoo tidur."

"Biar dia dengar juga," jawab Jake singkat.

"Hah?"

Jake menoleh pada Sunoo yang tertidur nyaman di atas futon, "Dia mungkin sedang tidur tapi telinganya mendengarkan. Jangan khawatir, lanjutkan saja."

Jay berlarian di lorong rumah menuju kamar kakaknya. Sejak jadi Miko, kamar kakaknya dipindah jauh dari kamar Jay berada. Jay sedikit mempermasalahkannya memang tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain menurut.

"Kak Heeseung! Ayo main, aku mengajak Sunghoon juga, kita cari ikan di sung–" Jay menghentikan ocehannya ketika sampai di kamar Heeseung yang penuh dengan orang-orang yang sedang menyiapkan pakaian untuk kakaknya.

"Kakakmu akan melakukan ritual. Kau pergilah sendiri Jay," ibu Jay membawa Jay pergi dari sana. Jay menatap kakaknya sedih, sedangkan Heeseung hanya memalingkan muka tanpa berkata apapun.

"Dia jadi tidak pernah bermain denganku. Padahal Kak Heeseung yang mengajariku dan Sunghoon bagaimana memancing di sungai, dia juga yang mengajariku memanjat pohon. Tapi, meskipun begitu aku masih sangat menghormatinya, dia juga masih selalu tersenyum padaku. Aku selalu mendoakannya sepanjang malam."

Sunghoon hanya menunduk mendengarkan cerita Jay tanpa berkomentar sedikit pun.

"Semuanya berjalan baik-baik saja sampai suatu hari sebuah surat dari Central datang ke rumah kami."



-to be continued-

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now