#007 Negosiasi (3)

2.3K 606 97
                                    

"Kali ini tuan muda datang dengan orang yang berbeda?"

Raja datang bersama perdana menteri di sisi kanannya dan Niki di sisi kiri. Niki berusaha untuk menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Jake dan Sunoo berdiri di belakang Jay.

"Ya, mereka pelayan keluargaku yang cukup pandai untuk membantu."

Oke, Jake sudah menyimpan tinjunya untuk Jay jika semua ini sudah selesai. Pelayan katanya? Enak saja!

"Baiklah, kami masih tidak bisa menyetujui petisi yang Anda kirimkan. Stalzr masih ingin mengayomi Klan Penjaga Kuil. Soal masalah di masa lalu, mari kita cari solusi lain," kata perdana menteri membuka pembicaraan.

"Tidak ada solusi yang lebih baik daripada melepaskan diri. Kami berusaha untuk mencegah kejadian yang sama terulang di masa depan," jawab Jay tegas.

"Itu akan sangat merugikan kedua belah pihak. Tuan muda ini nampaknya masih sangat dangkal. Klan Penjaga Kuil akan mengalami banyak kerugian, kami bisa melarang akses pada klan-klan lain di Stalzr seperti Klan Pengrajin dan Klan Elve."

"Kalian juga akan kehilangan pelabuhan kalau begitu," Jay mencondongkan tubuhnya ke depan, "Sampaikan selamat tinggal pada hidangan laut dan perhiasan mutiara."

"Boleh saya bicara?" Sunoo mengangkat tangan, "Bagaimana jika kita berdiri sendiri-sendiri? Kami tidak akan menghalangi kalian mencari sumber daya laut asal kalian juga tidak melarang kami berhubungan dengan klan lain."

Perdana menteri tertawa, "Kenapa anak-anak sekarang semuanya pintar, ya. Seolah mereka bisa menang melawan orang tua. Kalian pasti mengira hal ini adalah sesuatu yang sangat sepele untuk ditawar."

Pantas saja Jay dan Sunghoon kewalahan. Orang ini bukan hanya memegang kenyataan bahwa api hitam yang muncul saat invasi sebagai kartu as, dia juga tidak pernah menganggap bahwa lawan bicaranya cukup mampu untuk membuatnya tunduk. Bukan karena kekuatan tertentu atau pusaka, tapi pada dasarnya perdana menteri punya kemampuan untuk mengintimidasi lawan bicaranya.

Jake mengamati sekitar, hanya ada sembilan orang; beserta dua orang penjaga di pintu dan seorang butler yang sejak tadi hanya berdiri tidak jelas sambil memegang serbet di tangannya. Yang bermasalah di sini hanya Niki seandainya terjadi bentrokan.

Raja kecil itu nampaknya juga tidak peduli sedikit pun. Seperti halnya seorang raja muda, sebagian besar urusan pemerintahan pasti berada dalam kendali penuh Perdana Menteri.

"Yang Mulia," panggil Jake, Taki menghentikan sendoknya lalu menatap Jake bertanya, "Kami ingin berbicara dengan Anda bukan perdana menteri."

Sunoo menoleh spontan pada Jake yang kini tersenyum misterius. Jangan bilang kalau...

Taki mendongak pada perdana menteri yang berdiri di sampingnya, "Ada perdana menteri di sini. Aku serahkan semua padanya."

"Itulah kenapa setiap hari pemberontakan terjadi di luar istana, Yang Mulia. Apakah Anda tahu berapa banyak rakyat Anda yang belum makan sama sekali hari ini. Matahari pun sudah tinggi, apa Anda tahu berapa banyak anak-anak yang mati karena kelaparan ditinggal orang tua mereka,"

Jake semakin menjadi-jadi saat Taki terlihat kebingungan sampai dia meletakkan sendoknya agar tak terlihat bergetar.

"Bagaimana jika seluruh rakyat pada akhirnya pergi menjarah istana karena mereka tidak puas atas kinerja Anda?"

"Perkataanmu dapat dimasukkan sebagai tindak pengkhianatan anak muda," ancam perdana menteri.

Jake mengangkat bahu, "Silahkan saja, toh Klan Penjaga Kuil sudah dicap sebagai pengkhianat. Justru akan sangat rugi kalau saya tidak menyampaikan pendapat saya."

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now