#024 Invasi (3)

2.4K 621 109
                                    

"Apimu berwarna biru seperti inti klan," Jake mengamati api Heeseung di obor dan kristal inti bergantian, "Tapi, apa kau tahu, aku pernah membaca kalau api neraka itu tidaklah biru atau merah, melainkan hitam karena menyala oleh bahan bakar penderitaan dan kekejian manusia."

"Apa yang sedang berusaha kau katakan, Jake?"

"Tidak ada. Aku hanya mengatakan ini dan itu agar kau berhati-hati,"

Heeseung mengerjap, "Hati-hati terhadap?"

"Miko adalah orang suci, tak boleh ada sedikit pun noda di dalam dirimu. Aku sudah memperingatkanmu. Jika kau tidak bisa mengendalikan diri, bukan hanya klanmu saja yang jadi taruhannya."

.

.

Sunghoon bergerak cepat untuk menahan tubuh Jay yang limbung. Dia menusuk orang yang menyerang Jay dengan melemparkan pedang yang tercecer di tanah dan menjauhkannya dari mereka. Luka Jay terbilang cukup parah. Tentu saja, karena tombak itu benar-benar menembus hingga punggungnya.

"Jay, kau baik-baik saja?"

"Pertanyaan bodoh, sudah seperti ini pun kau masih tanya aku baik-baik saja? Buta kau?" jawab Jay emosi sambil sesekali terbatuk.

Tak memedulikan umpatan Jay, Sunghoon berusaha membekukan lukanya menggunakan es. Menghentikan pendarahan Jay entah hingga berapa lama. Di tengah itu, Jay tiba-tiba menggenggam tangan Sunghoon di perutnya, lalu memberikan sedikit panas agar bunga-bunga es yang menutupi punggung tangan Sunghoon meleleh.

Sambil tersenyum, Jay berkata, "Setidaknya umurku sudah mencapai dua digit. Meskipun menyedihkan harus mati di usia muda. Aku bahkan belum enam belas."

"Kau pasti bisa bertahan, Jay."

"Apa gunanya? Kalau seluruh klanku tidak ada."

Pertempuran masih berlanjut. Banyak api di sekeliling mereka dan suara gesekan senjata juga masih memekakkan telinga. Sungguh sangat disayangkan, anak-anak Klan Penjaga Kuil yang hidup di masa ini harus melihat apa yang namanya 'kekejaman perang'. Terlebih lagi, klan mereka sedang diambang kehancuran.

Hanya tinggal menunggu waktu sampai para prajurit militer menerobos pintu kota dan membantai semuanya.

"Inilah yang terjadi kalau aku sebagai pewaris terlalu banyak main-main, padahal kakek juga sudah terlalu tua untuk berdiri di garis depan. Aku tidak akan bisa menghadapi kalian di surga nanti," Jay menutup wajahnya menggunakan lengan.

"Aku masih bisa bertarung, Jay."

Jay menggeleng lemah, "Kau sudah sampai pada batasmu, Sunghoon. Tidak apa, begini saja. Kalau Jake datang setelah ini, bagaimana reaksinya, ya? Aku mungkin tak akan sempat meminta maaf karena tidak menepati janji."

Sunghoon mengepalkan jari-jarinya. Apa harus seperti ini akhirnya?

Salah satu prajurit berlari ke arah mereka, mengangkat pedang, dan siap menebas kepala Sunghoon. Sunghoon maupun Jay sudah pasrah. Mungkin memang takdirnya begini.

Namun, ketika Sunghoon dan Jay menutup mata –siap menerima takdir tak terasa apapun sedang menggores tubuh mereka. Sunghoon membuka mata dan melihat bahwa prajurit barusan kini telah terbakar oleh api berwarna hitam.

Hitam?

"Sunghoon, apa yang terjadi?"

Mereka mengedarkan pandangan ke sekitar. Semua pasukan berbaju besi dari Central mendadak terbakar oleh api hitam misterius. Api itu tampak sangat panas. Tak cukup melelehkan baju besi hingga kulit mereka terbakar, tapi tubuh mereka juga ikut meleleh seperti lilin.

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora