#028 Segelas Teh

2.7K 656 229
                                    

Selama berhari-hari, Jay sama sekali tidak bangun. Setelah beberapa jam selamat dari kematian, pemuda itu tidur lagi untuk waktu yang lama. Sunoo bilang memang harusnya begitu, apalagi lukanya cukup parah. Butuh waktu agar luka itu benar-benar sembuh.

Sunghoon pulih dengan cepat karena dia hidup di tengah-tengah pengendali api sehingga mudah saja untuk mengembalikan kondisi tubuhnya yang membeku. Sedangkan, Jungwon masih tidak mau pulang. Sudah dibujuk berkali-kali, dia tetap memilih menempel di lantai rumah Jay.

"Aku akan tinggal di sini selamanya!" begitu katanya.

Semua orang pun sudah capek membujuk anak itu. Mungkin menunggu Jay bangun barulah Jungwon diantar pulang ke desanya. Nicholas langsung pergi lagi setelah pertempuran itu berakhir, sambil terus mengirim surat secara berkala untuk mengabarkan apakah akan ada serangan selanjutnya.

Tapi syukurlah, belum ada tanda-tanda di pemerintahan.

"Kau mau kemana, Jake?" tanya Sunoo pada Jake yang bersiap-siap memasang sepatu.

"Membantu orang-orang. Mereka akan memperbaiki benteng hari ini. Aku bosan menunggu Jay bangun," jawab Jake.

"Oh,"

Jake menoleh pada Sunoo sebelum pergi, "Aku akan cepat pulang."

Sunoo mengangguk dan tersenyum.

"Aku ikut!" Jungwon langsung berlari menyusul Jake yang menghilang dari balik pintu pagar.

Jake dan Sunoo memutuskan untuk tinggal di Kota Shin selama beberapa waktu. Setidaknya, hingga Jay terbangun. Jake bilang padanya bahwa Jay sudah berjanji untuk benar-benar mengantar mereka ke Pulau Olympus.

"Terima kasih," Heeseung menghampiri Sunoo yang sedang duduk di beranda lalu memberinya segelas teh, "Kalau tidak ada kau, mungkin klan ini sudah kehilangan seorang pewaris dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku setelahnya."

"Kau akan baik-baik saja, meskipun itu butuh waktu," kata Sunoo.

Heeseung menggeleng, "Aku bahkan membunuh ratusan orang dengan begitu keji karena marah. Sebagai seorang Miko, rasanya aku punya pengendalian diri yang sangat buruk,"

"Lukamu, aku bisa menyembuhkannya," ujar Sunoo waktu Heeseung menyentuh bekas luka bakar di pelipisnya.

Tapi, Heeseung sekali lagi menggeleng, "Ini akan jadi pengingat bahwa aku pernah melakukan dosa yang amat besar. Dan ini adalah hukuman untukku."

Tidak ingin menjawab, Sunoo hanya memilih tersenyum maklum.

"Klan Alkemis seharusnya tidak menerima nasib seperti itu," kata Heeseung.

"Tidak ada yang bisa dilakukan. Itu terjadi bahkan jauh sebelum aku bisa berbicara sendiri," Sunoo menatap bayangan wajahnya di atas air teh.

"Kau menyembunyikannya?"

Sunoo mengangguk, "Ya, klanku seharusnya sudah tidak ada. Aku takut akan diburu kalau ada yang tahu bahwa aku adalah salah satu dari mereka yang masih hidup."

"Apakah Rodric tahu kalau darahmu adalah elixir?"

"Tidak, ku rasa. Kenapa?"

"Mendiang ayahku pernah bercerita tentang ini. Ada sebuah klan yang tinggal di batas wilayah antara barat dan selatan. Klan itu bisa membuat pisau dan tombak hanya dengan menggenggam sebongkah biji besi, mereka bisa memisahkan sebuah benda menjadi benda lain yang sangat berbeda. Ada yang bilang klan itu bahkan bisa mengubah timah menjadi emas."

Heeseung melanjutkan, "Dan klan itu hancur karena keistimewaan mereka sendiri," Sunoo menoleh cepat, "Ketika pemerintah Central meminta ramuan kehidupan pada mereka, saat itulah klan itu dibakar hidup-hidup."

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now