#011 Ashton (3)

2.3K 594 80
                                    

Meskipun ekonomi Ashton sedang tidak dalam kondisi yang baik, jalan besar dan pasar masih ramai oleh orang-orang yang berlalu lalang. Sunoo berjalan sendirian sambil membawa keranjang untuk membeli beberapa bahan makanan selama mereka tinggal di sini. Buah atau kue akan lebih menghemat daripada makan tiga kali sehari di kedai.

Saat sedang asyik memilih buah-buahan, fokus Sunoo teralihkan pada toko-toko reparasi atau bengkel yang tampak muram. Sepertinya, kondisi Ashton tidak sebaik yang ia kira.

"Kenapa mereka melakukan boikot kalau memang itu hanya mempersulit diri mereka sendiri?"

Gumaman Sunoo didengar oleh penjual buah-buahannya, "Ada yang bilang lebih baik tak makan daripada harga dirimu diinjak. Yah, harga diri itu memang tidak mengenyangkan. Walikota kami mengusulkan boikot dan siapa sangka orang-orang ini juga memikirkan hal yang sama."

Sunoo paham betul maksud dari ucapan penjual itu karena dia juga pernah mengalaminya dulu. Harga diri yang membawanya dalam keadaan yang sekarang.

"Dulu, jasa klan pengrajin itu harganya mahal sekali," si penjual mulai bercerita sambil menimbang buah-buahan yang akan dibeli Sunoo.

"Lalu, apakah sekarang harganya turun? Kenapa? Ku kira pekerjaan kalian masih sangat baik."

"Memang turun tapi tidak sebanyak itu. Yang membuat upah kami terasa sangat sedikit adalah besarnya pajak yang harus kami tanggung. Pajak bangunan, pajak alat-alat, bahkan kami harus membayar untuk setifikasi agar jasa kami layak dibayar."

"Wah, ada pajak bangunan juga," komentar Sunoo.

"Bahkan kami sampai melakukan barter dengan Klan Hunter untuk mendapatkan material atau komponen yang kami butuhkan," penjual itu memasukkan semua belanjaan Sunoo dan menghitung harganya.

"Kehidupan kalian sulit juga. Tapi, rasanya salah bila kalian menawan bangsawan karena benci. Belum tentu juga mereka terlibat,"

"Soal tawan menawan, walikota tidak ada hubungannya. Para bandit itu punya pandangan yang berbeda dalam menyikapi bangsawan yang datang ke tempat kami," kata si penjual.

Sunoo hanya mengangguk, kemudian dia melihat sebuah alat di meja samping tempat duduk si penjual. Alat itu berbentuk seperti gelas panjang dan terbuat dari logam, "Paman, apa itu?"

"Ah, benda ini bisa membuat minuman yang sangat enak. Mau mencobanya?"

.

.

Lucas mengamati emas berbentuk setengah bola itu menggunakan sebuah kaca pembesar, "Sepertinya tidak ada kerusakan, komponennya pun juga masih lengkap. Aku pikir aku bisa merakitnya kembali."

Jake dan Sunghoon bernapas lega.

"Tapi, akan butuh waktu karena manual tidak memuat benda-benda semacam pusaka."

"Manual?"

Mengobrak-abrik lemari, Lucas membanting sebuah buku besar ke atas meja sampai debunya menyembur kemana-mana, "Klan Pengrajin punya manual untuk membuat sesuatu. Misalnya, sepeda motor yang terparkir di depan toko, anak klan pengrajin yang paling muda sekitar usia 5 tahun bisa membuat sesuatu seperti itu dalam waktu sekitar satu bulan bila dia punya manual dan mengerjakannya dengan tekun."

"Oh, seperti merangkai puzzle," Jake menanggapi ringan sambil membolak-balik buku manual itu dengan pandangan berbinar, "Tapi, kesulitannya level dewa. Sudahlah, biar itu jadi spesialisasi kalian saja,"

Kemudian, Jake menutup buku itu. Puzzle adalah favoritnya, tapi menyusun sesuatu seperti sepeda motor hanya akan membuat otaknya meledak.

"Omong-omong, mau sampai kapan kalian melakukan boikot?"

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang