#020 Ruang Putih (3)

2.2K 614 34
                                    

Di usia 11 – 12 tahun, seorang anggota klan baru bisa menggunakan kekuatan mereka. Begitu pula dengan Jake dan Sunoo yang sedang berdebar menunggu penguji mereka membuat mereka mengeluarkan kekuatan. Beberapa anak sudah keluar dari ruangan dengan berbagai kondisi; ada yang tampak basah, ada yang pakaiannya hangus, ada pula yang pingsan atau berteriak-teriak tidak jelas.

"Jake," nama Jake dipanggil, kemudian Jake memasuki ruangan sambil menggenggam tangan Sunoo.

"Tunggu dulu, hanya satu orang."

"Tidak mau."

Petugas itu tidak bisa melarang lebih jauh. Urusannya akan panjang jika dua anak itu mengadukannya pada sang jenderal.

Baru saja pintu ditutup, sebilah pisau terbang ke arah mereka dan melukai lengan Sunoo. Jake mengedarkan pandangannya tapi ruangan besar dengan atap berbentuk kubah itu hanya kosong, tidak ada siapapun. Lalu, lagi-lagi pisau terlempar, kali ini bukan satu melainkan beberapa sekaligus.

"Sunoo, kita harus bergerak."

Mau tidak mau, Sunoo harus berlari menghindari serangan pisau-pisau itu sambil menahan sakit di lengannya.

Jadi begini cara mereka menguji kekuatan anak-anak, yaitu dengan menempatkan anak-anak itu dalam kondisi hidup atau mati. Dan pasti, secara naluriah, manusia akan melakukan apapun untuk bertahan hidup.

"Jake!" sebuah batu besar bergerak ke tempat mereka dalam lintasan lurus. Sunoo melesat ke depan Jake, menempelkan telapak tangannya di lantai, lalu lantai itu seketika berubah bentuk jadi sebuah tembok besar yang cukup tebal untuk menghalangi batu dan menghancurkannya.

"Sunoo?"

Sunoo menatap kedua tangannya tak percaya.

"Kekuatan ini..."

"Tidak ada waktu untuk berpikir!" kata Jake memperingati. Serangan-serangan yang ditujukan pada mereka semakin tidak terkendali. Semua jenis –apapun yang bisa dijadikan senjata menyerang mereka membabi buta.

Sampai satu anak panah menancap di punggung Sunoo yang tak terlindungi apapun, seluruh sistem dalam ruangan itu mendadak mati. Para petugas yang mengawasi di balik kotak kaca kini telah hangus seperti tersetrum oleh listrik ribuan volt.

Sunoo yang masih bangun, menatap Jake dengan pandangan kagum, "Wah, kita ini benar-benar..."

.

.

Jake marah pada semua orang, kecuali Sunoo.

Marah pada orang-orang yang dengan tega melukai Sunoo. Marah pada orang-orang yang mengurung mereka di tempat ini. Lalu, dia paling marah pada orang-orang dewasa yang tidak bisa menjawab pertanyaannya.

"Aku dari klan apa?"

Pertanyaan itu selalu Jake lontarkan pada setiap orang yang dia temui. Namun, tak satu pun dari mereka bisa menjawabnya. Entah kenapa, setelah keluar dari ruang penguji, emosi Jake jadi tidak terkendali. 

Jake merusak banyak sekali fasilitas, seperti memecahkan piring makannya, mematahkan meja, bahkan mengobrak-abrik seisi perpustakaan. Dia tak segan melukai anak-anak lain maupun pengurus panti di dekatnya. Mau tak mau, Rodric sendiri yang turun tangan untuk menangani.

"Klan apa?" sekali lagi Jake bertanya.

Rodric mendekati Jake, "Kau anak yang istimewa, Jake."

"Katakan saja kalau kau tidak tahu!" Jake menepis kasar tangan Rodric yang hendak menyentuh kepalanya.

"Aku berusaha memaafkanmu yang merusak banyak hal di tempat ini hanya karena emosimu yang tidak stabil. Tapi, aku tidak bisa diam saja pada anak yang bertindak tidak sopan pada orang dewasa."

Beberapa orang dewasa mendekati Jake dan mencekal kedua lengannya, "Apa-apaan kalian! Lepaskan aku!"

"Kau harus dihukum, Jake."

Jake diboyong ke sebuah ruangan yang entah sejak kapan ada ruangan itu di panti asuhan. Sunoo yang baru saja selesai memeriksakan lukanya terkejut ketika melihat Jake meronta dan menjerit dalam pegangan beberapa orang dewasa.

"Jake! Mau dibawa kemana?" Rodric menahan Sunoo sambil mengatakan; "Jake baru saja jadi anak nakal dan dia harus mendapat hukuman."

.

.

Di ruangan itu, Jake diikat ke sebuah ranjang. Menahan seluruh pergerakan kaki dan tangannya. Seseorang dengan masker yang menutupi wajah menusuk Jake dengan jarum suntik. Rasanya agak berbeda dari jarum yang biasanya, jarum ini besar dan cairan yang disuntikkan terasa panas.

Lalu, semuanya gelap dalam pandangan Jake hingga ia terbangun di sebuah padang rumput yang tenang di bawah langit biru cerah.

"Jake!" wajah ceria Sunoo muncul di atas kepalanya. Jake terbangun lalu menikmati angin sejuk itu dengan bercanda tawa bersama Sunoo.

Namun, kedamaian itu berakhir ketika sebuah tembakan terdengar memekakkan telinga. Rumput yang ia pijak mendadak tergenang oleh darah dan langit biru itu menghilang entah kemana terganti oleh mendung gelap.

Dan yang paling mengerikan adalah di tengah genangan darah yang becek itu, "Aku minta maaf, Jake."

Ada Sunoo yang kepalanya telah berlubang.



-to be continued-

Jangan lupa streaming!

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now