/12.12.18/ ○ 08:11

5K 791 667
                                    

¦wednesday¦




"Lo yakin nggak ada kejadian di antara mereka?"

"Ya mana gua tau."

"Lo nggak mengendus sesuatu?" Niki menyipit. "Gue mengendus sesuatu beberapa hari belakangan ini!"

"Mengendus napas busuk lu di ujung hidung gua—iya." Kei mendorong wajah Niki. "Jauhan dikit anjir. Kita kayak hetero."

Niki menoyor kepala Kei. Lalu kembali mengamat-amati jejeran bangku paling belakang. Di sana, Zefan tampak  membanting buku catatannya.

"Jadi pemeriksaannya besok? Anjing, ngapain gua begadang tadi malem."

Ia sudah mengebut rangkuman lima bab dalam satu malam sampai-sampai tangannya serasa varises sebelah. Dan kini Didi, Yohan, dan beberapa temannya yang lain hanya tinggal enak saja berebut buku catatannya untuk disalin.

"Gua masih bab satu anjir! Jangan dibalik dulu!"

"Ke tengahin woy! Gua duluan yang minjem!"

"Enak aja. Berbagi lah, ya kan Zef?"

Zefan mengedik. "Kasih ke Didi. Dia punya hak istimewa."

"HAK ISTIMEWA APAAN HAH SEFANYA?!"

Zefan bahkan tidak tahu sejak kapan Niki sudah tiba di mejanya dan berteriak di depan hidungnya.

"Hak monopoli perdagangan rempah-rempah."

"Nggak lucu!" Niki menggebrak meja Zefan tidak terima. "Jangan banyak bacot ya! Gue bisa melihat ada aura-aura merah muda di sekitar sini."

"Mungkin lo perlu ke UKS—"

"PERHATIAN GAISSS!"

Seisi kelas kontan saja mengarahkan pandangan ke depan kelas. Di sana ada Alessia dan dua orang temannya yang tiba-tiba saja heboh mempromosikan salah satu lembaga bimbingan belajar dan mengajak anak-anak kelas untuk mendaftar.

"Tau nggak sih, setiap satu orang yang berhasil gue bawa masuk, gue bakal dapet komisi seratus ribu! Kalau dari kalian banyak yang mau ikut, kita bisa makan-makan besar!"

"Atau masukin ke kas aja, Alé," sambung Oki. "Bisa buat nambahin merchandise kelas tuh."

"Gitu juga boleh! Gimana? Gimanaa?"

Akhir-akhir ini, jam belajar di kelas memang hanya dipenuhi kegiatan tidak jelas. Guru hanya sekadar memberikan materi pelengkap ataupun menagih pengumpulan tugas-tugas lawas karena ujian semester tinggal beberapa hari lagi.

"Kuy yang mau ngacung! Biar gue catetin nama—"

Kreeek.

Alessia membeku begitu pintu kelas berderit. Ia buru-buru hendak kembali ke bangku. Mengira guru mereka sudah kembali. Namun, ternyata itu hanya Riko yang datang kesiangan—yang kemudian disoraki.

"'Misi~"

"Huuuuu!"

"Ngetok pintu kek, Rik!"

"Nggak berbudi pekerti lu emang!"

Riko mengernyit. Jengkel melihat namanya sudah mejeng saja di papan absen. Ia menghapusnya asal dengan punggung tangan kemudian menghampiri perkumpulan yang tampak seru di belakang.

"Geografi kan, Han? Si Rudi mana?"

"Ke luar tadi. Nyebat paling. Catatan lo udah kelar?"

"Belum lah." Riko memperhatikan Alessia  yang kembali beriklan di depan sana. "Mereka ngomongin apaan dah."

Snackingحيث تعيش القصص. اكتشف الآن