/14.05.18/ ○ 08:50

7.9K 1.1K 79
                                    

¦register¦

Bel istirahat pertama baru mendengung lima belas detik yang lalu saat Niki berdiri dan mendadak berteriak. "GUE MAU DAPTAR JADI ANGGOTA K2!!"

Sontak seisi kelas mendelik ke arah gadis itu.

Kecuali Zefan yang cuek saja menyodorkan selembar uang pada Didi sambil berkata, "Di, gue lagi males turun. Beliin gue Nescafe sama Coffee—"

T t u k.

Didi yang sejak tadi  sibuk menyalin PR untuk pelajaran berikutnya seketika menjatuhkan pulpennya dramatis seraya menatap takjub pada Niki.

Zefan dikacangin.

.

"Heksagon," koreksi Riko sebal. Menjadi orang pertama yang bereaksi atas deklarasi Niki barusan.

"Yeah, apa pun itu." Niki cengengesan. "Masih ada sisa satu kursi lagi di Heksagon, kan?"

"What?" Alessia sebagai teman sebangku yang baik langsung berusaha menyadarkan Niki. Ia menepuk-nepuk bahu Niki untuk mengeluarkan roh jahat yang mungkin hinggap. "Lo kalo mau menyia-nyiakan masa remaja lo bukan gitu caranya, Nik."

"Astaga, Nik. Kalo lo sampai masuk ke Komplotan Koplak itu, gue bakal merasa gagal sebagai ketua kelas,"
—Yohan Dharmawijaya, yang sedang mengangkat tumpukan buku tulis di meja guru untuk mengantarkannya ke kantor guru.

"Ga usah dengerin si Yohan, Nik. Lo udah diterima. Selamat bergabung di Heksagon," sambut Didi.

"Whoa, whoa. Enak aja. Nggak bisa gitu," protes Zefan.

Didi mendelik. "Si ketua fine-fine aja, kok lo yang malah sewot."

"Beliin dulu gue Nescafe sama coffee bun di kantin, baru deh lo diterima." Zefan beralih, menyodorkan uangnya pada Niki.

"Woi," delik Didi.

"Tuh kan, Nik. Belum apa-apa, lo udah diperbudak," cibir Alessia. "Kenapa juga lo sampe kepikiran mau gabung sama mereka?"

"Gue bisa melihat potensi dalam grup mereka. Prospek ke depannya. Semuanya," jelas Niki dengan ekspresi cemerlang.

"Dalem," celutuk seseorang dari sudut kelas.

Zefan mengangkat bahu. "Intinya lo beliin dulu sarapan gue. Ya kan, Rik?"

"Yeah." Riko asal mengiyakan. Terlalu sibuk mengganggu Ron yang sedang chatting di bangku di depannya.

"Ck. Ya udah, sini gue temanin lo, Nik." Didi berdiri dari bangkunya sambil dengan kebanyakan gaya menepuk-nepuk kemejanya.

Niki melirik Zefan. "Kalo cebol satu ini ngikut gue, mending gue nggak jadi beliinnya."

Zefan mendecak. Ia menarik Didi sampai terjatuh ke atas tubuhnya. Lalu menahan leher Didi dengan hastanya. "Lo mending di sini aja."

"Argh! Minggir lo Zefanj!! Anjir, lepasin gua!!!"

"Gue laper banget, Di. Laper banget sampe nggak sanggup turun ke kantin lagi. Kasihanin gua napa, anak kunti."

"Nggak mau!" Didi meronta lebih keras. "Arggh, Niki tungguin gueee!!! Lepasin gue, Zefan anjing madafaka san of e bich fakiyu!!" Matanya nanar memandang Niki yang sudah melenggang keluar kelas.

Didi berteriak nista. "NIKII!"

NIKI.

NIKI.

Suaranya menggema seperti iklan kacang telur Garuda.

SnackingWhere stories live. Discover now