/20.05.18/ ○ 19:31

7K 1K 221
                                    

¦lunch and....¦

Diskusi materi berjalan seperti sewajarnya. Lebih banyak sesi mengunyah cemilan daripada menganalisis riwayat transaksi.

Ketika satu jam sudah berlalu, Heksagon langsung semangat berlarian ke mobil Riko. Ingin makan siang ke luar.

Alasannya: butuh outdoor refreshing.

Alasan pendukung: tidak ingin membuat Ibu Zef repot memasakkan makan siang mereka.

Riko mengemudi sementara Tegar duduk di sampingnya, menjadi co-driver—sibuk searching promo food and beverages di Instagram.

Didi duduk di belakang, di antara Zefan dan Ron, sibuk mengatur saluran radio. Tiba-tiba menyelutuk, "Jadi? Kita makan di mana?"

"Lagi ada banyak promo di Burger King." Tegar menggumam panjang sambil menggeser tampilan slide. "Ada promo 25k per meal. Es krimnya juga lagi promo—"

"Ah, gue mau Choc Top!!" seru Didi semangat seraya menepuk tangannya.

"Entar, ini ada yang lebih murah," sela Ron. "Promo di Richeese Factory—"

"GUA MAU CHOC TOP."

"—selo, njeng." Ron mendelik pada Didi. Ia melanjutkan, "Paket makannya harga 22 ribu sekian sekian. Udah dapet nasi, Fire Chicken, sama Pink Lava. Ini pas banget lagi untuk setiap transaksi maksimal lima paket."

"Wiih, boleh tuh."

"Oke," kata Riko. "Fix, kita ke Burger King."

"Anjeng lo."

Ron bisa melihat bahu Riko bergetar pelan. Jelas sekali menertawakannya.

"Gue males muter balik. Lebih dekat ke Bright Plaza dari sini."

"Bacot."

"Gelud aja terus lo berdua," celutuk Tegar. "Lo gimana, Zef? Nggak ada saran?"

Belum sempat Zefan angkat suara, Riko sudah menyela, "Elah, dia nggak usah ditanya. Kemungkinannya cuma dua; kalo nggak Maxx Coffee ya warkop pinggir jalan."

Zef nyengir. "Baru mau gua bilang."

"Told ya'."

Dan pada akhirnya, kelima orang itu menghabiskan waktu di mal seusai jam makan siang. Bermain di Timezone, nongkrong di stan gelato, dan nonton Deadpool 2 di bioskop.

Tidak ada yang peduli mengenai agenda kegiatan mereka yang berikutnya dan yang lebih penting; pembahasan soal.

"Ujung-ujungnya kita gak jadi bahas soal."

"Bodo la."

"Diskusi materi kita juga ga beres."

"Wajar."

Didi sudah tak sadarkan diri ketika mobil Riko berhenti di depan rumahnya.

"Nih iblis kecil udah ngebo lagi," keluh Zefan.

Tegar melongok ke belakang. "Jadi gimana?"

"Tinggalin aja bangkenya di depan pagar."

Namun demikian, Zefan memegangi lengan Didi dan meminta bantuan Ron untuk menaikkan Didi ke punggungnya.

"Ecie, gue juga mau dong digendong. Piggy ride back uwuw."

"Diem, Gar."

"Kembalikan Didi dengan selamat sampai ke kamarnya, Zef."

"Ribut lu."

"Jangan khilaf."

Zefan mengancungkan jari tengah.  Sedikit kepayahan karena harus menahan bobot tubuh Didi.

Tegar yang menyaksikan itu dari balik kaca mobil hanya terkekeh.

Riko melirik usil dari spion tengah pada satu-satunya penumpang yang tersisa di bangku baris kedua. "Kalo lo?"

"Hah?"

"Lo mau digendong juga nanti?"

"Kenapa sih lo, bangsat."

Riko terbahak. Puas sekali rasanya jika berhasil membuat anak tengik itu kesal.

A/n : Happy belated Valentine, mblo

SnackingWhere stories live. Discover now