/28.12.18/ ○ 13:22

5K 827 662
                                    

¦a gift¦

"MISI! PAKEEEET!"

Zefan sedang menonton televisi ketika Riko, Kei, dan Niki—lah, Niki?!— menyelonong masuk ke rumahnya sambil menyeret sebuah kotak kardus.

Kotak itu dilakban keliling tetapi ada beberapa celah yang membuat Zefan bisa mengetahui kalau itu adalah bekas packaging kulkas. Ia tidak ingat pernah ikut undian ataupun menang grand prize dari lucky draw. Apa-apaan ini.

"Apa itu anjir."

"Hadiah ulang tahun neh. Panjang umur, Jep."

Mencurigakan.

Zefan tidak terlalu memperhatikan ucapan Kei. Matanya sibuk memindai dus. Dari dalam kotak terdengar kerusuhan. Bunyi gedebuk-gedebuk dan suara umpatan cempreng. Rasa-rasanya ia tahu siapa yang dibungkus di dalam sana.

Zefan tersentak ketika ketiga orang itu langsung sigap menyeret kardus tersebut menuju kamarnya sebelum kepergok orang rumah.

"Anjing. Gila lu apa," dia mengumpat. Menyusul dalam langkah cepat. "Lo ngasih ventilasi udara kan?"

"Tenang aja." Riko tersenyum seperti caleg. Ia dan Kei mengangkat kardus itu ke hadapan Zefan. Karena Kei sudah di ujung kiri dan Riko di ujung kanan, maka mereka meminta Zefan untuk memegang kotak tepat di bagian tengahnya.

"Oke, bikin jempolnya guys. Yak! Mantap!"

Zefan speechless ketika Niki mengambil ponselnya dan memotret mereka bertiga dengan pose seperti peserta mancing mania yang dapat ikan raksasa.

The actual fuck

Riko ngakak laknat sekali ketika melihat hasil jepretan Niki.

"Dokumentasi serah terima selesai. Baiklah, kurir pamit dulu. Bye-bye."

"Kampret lu pada."

Zefan berusaha menggaplok kepala tiga bedebah itu, tapi mereka langsung ngacir begitu saja. Meninggalkan kardus yang kini telah diletakkan ke atas kasurnya.

Sialan sekali.

Kardus itu berguling komikal ke kiri dan ke kanan di atas kasurnya. Zefan di antara ingin ngakak atau segera mencari cutter untuk membuka balutan lakban.

Gedoran heboh terdengar dari dalam.

"KELUARIN GUA BANGSAT!"

Brugh.

Entah bagaimana caranya, barangkali Didi menjotos dinding kardus itu dengan energi alam sampai akhirnya terkoyak. Ah bukan. Sepertinya bocah itu mencoba merobek melalui bukaan ventilasi udara.

Sreeeeeeeet.

Wajah Didi menyembul keluar. Disertai kalimat pamungkas, "RIKO ANJEEENG"—yang mana telah diketahui oleh seluruh umat manusia.

Zefan pura-pura mendesah kecewa. "Yah, gue pikir beneran kulkas dua pintu."

"Diem lu Zefanjeeě! Lu sekongkol sama mereka kan!"

Garis wajah Zefan langsung berubah protes. "Enak aja. Gua bahkan nggak tahu apa-apa," sanggahnya. Ia kemudian menghampiri anak itu dengan gunting di tangan. Membantu mengeluarkan Didi yang masih setengah terjebak di kotak.

Kulit putih Didi tampak berpeluh dan sedikit memerah. Zefan menyumpah—awas saja mereka jika pacarnya sampai klaustrofobik cuma gara-gara hal konyol ini.

"Lu nggak kenapa-kenapa kan?"

"Nggak kenapa-kenapa sih. Tapi sialan banget anjir, masa gua dijebak! Ternyata mereka datang-datang ke rumah gua udah nyiapin kardus terus—"

SnackingWhere stories live. Discover now