/15.08.18/ ○ 10:39

6.8K 1.1K 498
                                    

¦fq¦





Riko baru saja keluar dari kantin ketika ia mendapati Yohan, Kei, dan Ron sedang duduk di pinggiran bak bunga yang terbuat dari semen.

Riko berjalan menghampiri mereka seraya membuka soda kaleng yang dibelinya.

Ia mengendap-endap di belakang Kei. Meloncat ke depan lalu duduk dan merangkul anak itu—nyaris mencekik. "Kalah kan tim lu. Mampus. Makanya main itu sportif."

Riko tahu informasi tersebut dari Evan yang sejak tadi mencak-mencak di kelas. Selain itu, di sepanjang koridor nyaris semua murid-murid mengenai keributan yang terjadi di arena terompah tadi.

Kei yang sejak tadi duduk anteng sambil memainkan ponsel—berburu giveaway benda-benda elektronik di Instagram—kontan terkejut. "Ck, wasitnya juga rada curang," ucapnya sebagai pembelaan.

Yohan yang duduk di ujung mengiakan dengan wajah masam. "Wasitnya nggak beres."

"Siapa wasitnya?"

"Anak seksi acara OSIS. Kelas sebelas. Yang putih, alisnya tebal, orangnya rada kurus." Yohan mengibaskan tangannya. "Lo nggak kenal deh."

"Seksi acara kan? Gue tahu kok." Riko melepaskan rangkulannya kemudian menyesap sodanya. "Tapi gue nggak ingat namanya. Jadi kenapa tuh orang?"

"Dia nge-diskualifikasi tim kita karena ngelewatin garis batas trek," jelas Kei yang wajahnya tampak sedikit lebam di beberapa titik. "Padahal sebelum tim kita, tim XII IPS 02 juga nggak sengaja ngelewatin tuh garis dan didiemin aja sama dia."

"Padahal dia jelas-jelas ngeliat di situ," timpal Yohan. Dongkol. Ia duduk menonton di jejeran paling depan tadi. Sayang sekali ia tidak mengambil foto kejadian itu untuk dijadikan bukti. "Kei udah ngototin hal itu tapi si wasit nggak mau ngaku."

"Terus? Bentrok?"

"Yoi. Ujung-ujungnya jadi bentrok juga sama anak IPS 02."

"Pengen gue sodomi tuh anak kelas sebelas," celutuk Kei.

"Nah! Dan lo tau apa? Ternyata si Kei brengsek ini sempat main mata sama tuh wasit sebelum pertandingannya dimulai!"

Kei membalas saat Yohan menendang kakinya. "Gue cuma ngedip secara normal dan manusiawi—"

"Lo nggak normal, bego."

"—mata gue kering dan kebetulan aja gue lagi ngehadap dia."

"Nggak heran lagi gue kenapa tuh wasit mendadak sensi sama tim kita," delik Yohan. "Lo jangan sembarangan ngedip lagi deh, Kei. Asal lo tau, rumor kalo lo maho itu udah nyebar sampe ke kantor yayasan."

"He-eh. Big thanks to Pak Ketua dan teman-teman sekelas gua yang terkasih."

"Salah lo juga kan." Yohan menabok Kei. "Baru pindah langsung ngaku-ngaku homo. Ya meledak lah sekelas."

Riko cengengesan. "Lo ngedip sensasinya beda, Kei."

"Geli-geli basah gitu, heh? Gila lu." Kei asal mengambil soda Riko dan meneguknya karena haus. Sesaat kemudian mengembalikannya. "Nih, indirect kiss dari gua."

Riko tidak peduli dan kembali menyesap sodanya. Ia kemudian menoleh ke samping kirinya, di mana Ron sejak tadi asyik sendiri bermain game di ponselnya. Riko mengernyit saat memperhatikan wajah anak itu.

"Akh."

Ron mengumpat saat Riko menempelkan badan kaleng ke pipinya yang memar.

"Ni bocah kenapa bonyok juga, Han? Setahu gue dia bukan bagian dari tim terompah."

"Dia ikut-ikutan bentrok. Gaya mau ngebelain bareng beberapa anak yang lain tadi. Pfft, bego emang. Gue mah jalur diplomasi aja sama wasitnya. Meski nggak berhasil."

Riko tertawa meledek. Melirik Ron remeh. "Lo kadang sok jago."

Ron mendecih, berusaha menyingkirkan kaleng yang kembali mengompres pipinya. Namun, Riko malah menahan pipi yang satunya dan semakin menekan kaleng.

"Lepasin, Riko anj—"

"Lo kena tinju gini selo-selo aja ya. Giliran gue iket dikit kemarin udah mewek."

"Gue NGGAK mewek. Singkirin kalengnya."

"Kenapa? Kan dingin. Biar memar lo enakan."

Sebegitu antinya Ron terhadap Riko, sampai ia pakai acara berguling ke rerumputan di belakang hanya untuk menghindar.

Riko malah dengan santai merangkak ke atas anak itu dan kembali menempelkan kaleng penyembuhnya.

Kei hanya bisa melihat kedua makhluk itu dengan tatapan sumpah-gue-yang-gay-lo-yang-homoan.

Yohan bergidik mengamati adegan sakral itu. "Cabut, kuy. Kasih mereka privasi."

"Nggak, ah. Gue mau join trisom."

Kei tanpa ragu melompat bergabung dengan ceria. Menimpa pinggang Riko hingga yang bersangkutan mengerang encok.

"Oh shit."

.

.

Ah—

Kei mengernyit dalam. Rasa-rasanya yang tadi itu tidak bisa diklasifikasikan sebagai erangan nelangsa karena tulang pinggang yang bergerser.

.

Pemuda berkacamata itu perlu me-review tindakannya beberapa detik sebelum kemudian tersadar bahwa ia telah menimpa pinggang Riko—yang mana ia analisis akan mengakibatkan selangkangan yang bersangkutan maju dan secara teknis menimpa ... selangkangan orang yang ada di bawahnya.

.

"Kei bangsat."

Suara intimidatif itu akan sempurna seandainya ditambahkan backsound gelegar petir. Kei untungnya bisa mengerem mulutnya dari mengeluarkan pertanyaan jahanam semacam; "Mamma mia lezatos, Pak Bos?"

.

Riko berbalik. Tatapannya menggelap bagai setan. Jemarinya mengeriting ingin mencekik objek tertentu. "Sini gue bunuh lu."

.

Sementara itu, Yohan Dharmawijaya dengan bijak memutuskan untuk meninggalkan TKP sebelum ia diajak foursome.








A/n : Saya ingin menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya ... kepada Kei.

SnackingWhere stories live. Discover now