/15.05.18/ ○ 19:04

8.4K 1.1K 222
                                    

Headnote : Cuma memperbaiki judul chapter, karena tadi bulannya salah
——————————————————





¦mess with him¦

Beberapa hari belakangan ini, Ron punya hobi baru selain nge-DJ nggak jelas dengan aplikasi di ponselnya.

Chatting.

Chatting dengan salah satu teman cewek yang pernah diajak Riko ketemuan dari situs kencan online itu.

Ron senyam-senyum—oke, dia memang selalu senyam-senyum—tapi kali ini lebih kentara seperti orang kasmaran. Chatting tidak peduli tempat dan waktu.

Di kelas saat jam pelajaran, di barisan saat upacara bendera, di depan urinal saat kencing—serius, Riko pernah melihatnya. Anak itu sepertinya mengatur ponselnya ke mode satu tangan dan asyik mengetik, mungkin juga memilih stiker, astaga. Riko sampai tergoda untuk mengarahkan aliran urinnya ke layar ponsel Ron.

Bahkan sekarang, di pesta sweet seventeen-nya Tegar, anak cupu itu sedikit menepi dan sibuk chatting.

Mata Riko memincing.

Ia baru saja tiba di rumah Tegar dan merasa langsung sebal mendapati pemandangan itu.

Semua orang tengah bersenang-senang menikmati pesta di halaman rumah Tegar, Ron malah duduk menyendiri di tangga kecil teras.

Ini tidak bisa dibiarkan.

Riko berjalan ke arah teras. "Hei, Roni Wijaya," serunya sok berwibawa.

Ron mengalihkan perhatiannya dari ponsel sebentar. Lalu kembali chatting.

Sialan.

"Oi." Riko menyandar di teralis undakan teras. Tangan masuk ke saku celana. Kaki berbalut pantofel menendang ringan tulang kering Ron. Berusaha meminta atensi.

Ron yang terusik terpaksa mengubah fokus pada Riko. "Udah datang telat. Nendang-nendang orang lagi. Lo nggak diajarin apa, sama nyokap lo."

Nah kan, ngajak berantem mulu.

Riko menggertakkan gigi. "Gue telat karena harus ngehadirin nikahan tante gue dan gue udah bilang itu ke grup. Lo gak baca? Atau gak bisa baca?"

Ron mendengus memperhatikan penampilan Riko. Pantas saja busana si ketua busuk itu formal sekali. Kaus hitam dengan setelan jas cokelat gelap.

"Bodo."

Riko berusaha sabar. "Ngapain lo di sini."

Ron mendelik. "Lo ngusir gue?"

"Bukan, bego. Maksud gue lo kenapa nggak gabung?" Riko mengarahkan dagunya pada kerumunan orang. "Ini pesta Tegar. Teman kita. Anggota Heksagon. Sebagai ketua, gue nggak terima kalo lo apatis begitu."

"Bacot."

Ni bocah minta dianuin banget sih.

Riko nyaris gelap mata dan melancarkan smekdon jika saja dia tidak ingat sedang berada di pesta ulang tahun Tegar.

"Siapa yang lo chat?"

"Bu-bukan urusan lo."

Riko mengernyit, langsung merampas ponsel Ron.

"Woi! Anjir—balikin!!"

Ron heboh. Seketika menyerobot Riko dan berusaha menggapai-gapai ponselnya.

"Tessa—heh, udah gue duga. Ini cewek yang waktu itu kan? Kenalan gue dari situs kencan online?"

"Udah tahu nanya!"

Dengan postur Riko yang lebih tinggi, ia lebih enteng menjauhkan ponsel itu dari jangkauan Ron.

"Hei, gue nggak terima kalau lo duluan dapet pacar daripada gue. Gue yang memprakarsai kencan waktu itu aja gagal ngegaet cewek."

"Bodo amat! Balikin hape gua!!"

Ron nekat memanjat teralis tempat Riko bersandar lalu menerjang ketua Heksagon itu untuk meraih ponselnya.

"Lo ngapain, woi—"

Brukk.

Riko dan Ron sukses terjungkal ke belakang, menimpa tanaman asoka yang tumbuh di sepanjang beranda.

Tegar yang kebetulan sedang ingin masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil sesuatu hanya bisa mengelus dada melihat dua makhluk astral yang membuat gaduh di depan terasnya.

"Gagal panjang umur gua ngeliat lo berdua," cibirnya.

"Sialan—argh...." Riko berusaha bangkit. Sampai kemudian ia menyadari kalau Ron menimpa tubuhnya. "Minggir lo, anak sarap. Berat."

"Hape gua dulu siniin!"

"Lo duluan yang minggir. Lo niat banget ya nindih-nindih gue."

"Hape guee," tuntut Ron seperti bocah. Berusaha membuka genggaman Riko yang masih erat pada ponselnya.

Riko menyerah. Ia menempelkan ponsel itu kasar ke dahi Ron. "Nih, kampret lo memang." Riko kemudian beralih pada Tegar. "Met ultah, Gar."

"Met ultah gigi lo tonggos. Itu bunga nyokap gue masih lo timpa, edan."

Riko nyengir lalu bangkit berdiri. Ia menepuk-nepuk pakaiannya sejenak. Kemudian, merogoh saku dan memberikan Tegar sebuah magnet hiasan kulkas. Dibungkus plastik transparan dengan pita manis. Ada kertas yang tersemat bertuliskan Anu&Anu.

"Nih, kado lo."

Souvenir pernikahan.

"Bangsat."

Riko melenggang santai. Sementara Ron mendadak meledak di belakangnya.

"BANGSAT LO RIKO NGAJAK GELUD AJA KAPAN LO KETIK INI HAH."

  _______
| Tessa |
   ———

Anak Utama jg, sama kyk lo

Kan waktu kenalan udh gw bilang juga

Ah masa

Kenapa gw ga pernah liat lo ya

Kls brp?

Ipa 3

Kita satu angkatan

Gegara beda koridor kali wkw

Lo bukan tipe gw

Gw suka cowok, sori

Bye

SORRY DIBAJAAK SUMPAH

A/n: Liburan udah kelar hue

SnackingNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ