/31.12.18/ ○ 22:12

5.4K 683 489
                                    

¦end of a year¦




Malam semakin larut dan obrolan semakin melantur. Teras belakang Yohan sudah seperti kapal hancur. Gelas-gelas kotor berjejalan. Botol-botol minuman ringan. Sampah jajanan dan kulit durian. Tabung-tabung kembang api kosong.

Api panggangan sudah padam sejak tadi, menyisakan serpihan arang serta tumpukan bata dan paving block yang menghitam.

Ada beberapa anak yang sudah cabut pulang ataupun menyambung pergi lagi entah ke mana. Beberapa lagi masih tinggal untuk menembakkan kembang api sekaligus melewatkan tengah malam--sampai setidaknya lalu lintas berhenti menggila. Sejumlah kecil sisanya berencana untuk menginap dengan tidur di sofa ruang tengah dan pada ambalan yang digelar.

Komplotan Koplak termasuk yang diajak oleh tuan rumah untuk bermalam. Namun, bukan karena mereka termasuk ke dalam inner circle-nya Yohan atau apa. Hanya saja, masa perbudakan mereka belum selesai. Mereka yang akan di-charge untuk membereskan sisa-sisa kekacauan pesta tahun baru.

"SI RIKO KEMANA DAH?! SENGAJA BANGET NGILANGNYA DI SAAT-SAAT KAYAK GINI ANJIR."

Tegar ngakak. "Satu lagi juga ngilang tuh," gumamnya seraya mengocok kartu. Mereka memang sudah sepakat untuk menentukan pembagian tugas bersih-bersih melalui urutan menang sampai kalah. Tentu saja yang kalah akan mendapat tugas yang paling berat. Yang menang bantu doa.

"Udah, si Riko langsung kasih cuci piring aja nanti," usul Zefan. Menyesap kopi tubruk. "Tadi gue liat di belakang banyak banget buset."

"Oke setuju," sahut Kei. Membuka kartu yang sudah dibagikan. Mengerang. Kemudian memanggil Yohan yang lewat. "Eh, Han! Assign si Riko buat nyuci piring!"

"Oke. Berarti sisanya tinggal bagi jatah nyapu, ngepel, ngutipin sampah," Yohan ikut duduk bersila di sekitar komplotan itu, "nyuci gorden?"

"Nyuci gorden pala lu. Kesempatan lu anjir."

"Haha. Eh, lo pada udah ngabarin ke orang rumah kan kalo bakal nginep?"

"Enggak. Nanti gue disuruh pulang," gerutu Didi.

Bertepatan dengan itu, ponsel di saku celana Zefan bergetar. Yeremia Pranata melakukan panggilan. "Nah, panjang umur orangnya," gumam Zefan sebelum menggeser tombol merah.

Keanu yang kebetulan duduk bersisian dengan Zefan mengernyit melihatnya. "Lah? Lo dicariin itu, woy."

"Enggak, anjir. Paling dia mau nyuruh gue nina-boboin anaknya. Emang nggak jelas itu bapak-bapak."

Tawa yang lain pecah. Permainan kartu berlanjut. Namun, Yere pada dasarnya berjiwa spammer. Ponsel Zefan terus bergetar. Dan kali ini pemuda itu terpaksa mengangkatnya.

"Halo. Apaan, Bang? Iya, nggak balik gua, kunciin aja. Daerah Thevel, kenapa? Lo mau nitip sesuatu?"

.

"Enggak lah. Gila lu ya. Nginep doang seriusan."

Zefan menggeleng. Bisa-bisanya si Yere ini berprasangka yang bukan-bukan. Padahal ini malam yang sungguh inosen. Di mana kenakalan mereka juga cuma adu petasan dengan anak tetangga. Paling banter mabok karena kebanyakan makan durian. Kemudian ikut cewe-cewe joget Dance The Night Away-nya Twice.

Ini juga main kartu tanpa taruhan.

Sayangnya Zefan tidak memperhatikan teman-teman laknatnya yang mendadak menyeringai luar biasa setan. Kei dan Keanu langsung beringsut mendempetinya dan menggamit lengannya di kiri dan kanan.

"Pelan Zef, emh."

.

Anjing.

SnackingWhere stories live. Discover now