/31.12.18/ ○ 19:17

4.1K 689 368
                                    

¦slow food¦



"Hann! Selamat tahun baru, Hann! Semoga tahun 2019 nanti menjadi tahun yang baik bagi kita semua."

"Ngapain lu di sini anjenggg."

.

Yohan--aduh.

Ia tidak mengerti lagi ketika melihat Brio merah terkutuk itu berhenti di depan pekarangan rumahnya sambil menglakson-klakson sok akrab. Kaca mobil diturunkan dan Yohan bisa melihat Komplotan Koplak datang dengan pasukan lengkap. Demi Dewi Kwan Im, entah bagaimana mereka semua bisa muat di dalam city car itu.

"Ngapain lo duduk-duduk di depan sendirian? Nungguin gue ya?"  Riko bergabung menuju teras. "Persiapan buat barbekunya udah beres?"

Yohan menepis tangan Riko yang menepuk-nepuk pundaknya. Mendecih penuh cela terhadap basa-basi busuk itu. Bedebah ini terlihat jelas mengincar timing di mana ia tinggal melenggang masuk dan makan hasil panggangan.

"Beres apanya. Yang udah nyampe di sini juga masih berapa orang. Temen-temen lo itu bego. Disuruh datang jam enam, berangkatnya jam enam."

Riko mengakak. "Anggota lu lah itu."

"Tsk." Yohan mengusap-usap rambutnya kesal. Langsung gusar ketika melihat Zefan berusaha memarkirkan mobil merah setan itu di carport rumahnya. "Woy, woy, mau ngapain lu?"

"Parkir lah." Dahi Zefan mengerut. Aneh dengan pertanyaan Yohan. "Di sini kosong kan?"

"Ga ada, ga ada. Pulang lu semua!"

"Lah?"

Zefan melirik Riko, menuntut agar pemuda itu segera membereskan argumen ini. Zefan tidak sudi disuruh balik begitu saja. Tidak setelah dua jam mampus ia mengadu sendi kakinya dengan pedal kopling.

"Lu kan nggak bayar bangsat. Jangan pura-pura lupa. Gua ada catatannya."

"Oke, kami memang nggak bayar kemarin." Riko membuka bagasi mobilnya. "Tapi gue bawa pengganti duitnya."

Aroma yang sejak tadi samar-samar tercium oleh Yohan akhirnya terekspos semerbak.

Di bagasi Riko, bertumpuk lima buah durian beriringan dengan bir putih dan kola dalam botolan besar. Alis Yohan terangkat mendapati pemandangan itu. "Lo jelas mau ngebunuh gue."

Riko mengerjap. "Ya jangan lo telan sekaligus," tepisnya. "Lumayan nih, nambah-nambah hidangan."

"Halah, paling juga itu duren cebanan dari Simpang Kangguru."

"Enak aja. Lihat besarnya aja nih. Mana parang lu, belah sekarang. Manis," cerocos Riko seperti sales.

Namun, Yohan tampaknya tetap tidak terkesan. "Terus apa? Si Keanu bahkan tadi juga bawa ayam bangkok bapaknya buat dipotong dan dia tetap bayar iuran kemarin."

"Yaa ini juga duren bangkok--"

Riko sedikit ngacir ketika Yohan ancang-ancang ingin melemparnya dengan sendal. Panjang umur, Keanu yang tadi sempat disebut-sebut muncul ke luar dari rumah. Barangkali tertarik dengan suara ribut-ribut di teras.

"Ken! Duren nih, Ken!" panggil Riko.

"Wih." Keanu antusias mendatangi bagasi mobil yang terbuka. "Kebun siapa yang habis lu rampok, Rik."

"Sembarangan lu anjing."

"Haha. Lagian kenapa lu di sini? Perasaan kemarin lu bilangnya pengen skip."

Yohan ikut tertawa meledek. "Gimana, Ken? Kita kasih masuk mereka?"

"Ya udahlah kasih aja, Han. Kasihan durennya."

SnackingWhere stories live. Discover now