/14.02.18/ ○ 07:51

10.2K 1.5K 185
                                    

Pandangan Didi langsung tersita pada sebuah benda yang tergeletak di atas mejanya begitu ia memasuki kelas.

Pandang.

Pandaaaang.

"NJAY INI BENARAN COKELAT?"

Didi heboh. Ia mengambil cokelat batang itu lalu mendekatkannya ke depan matanya.

"Cokelat benaran...."

Didi terpukau. Ini pertama kalinya dalam sejarah hari Kasih Sayang, ada Silverqueen Toblerone tergeletak manis di mejanya.

Akhirnya ada juga seorang siswi yang cukup cerdas untuk menyadari ketampanan hakiki seorang Hadrian.

"Gilaa, cokelat pertama gue."

Didi memeluk, mengelus sayang cokelat itu dengan pipinya. Niki—siswi yang duduk di depan Didi—mengedik jijik.

"Norak lo."

"Biarin. Ah, apa jangan-jangan cokelat ini dari lo, ya?" Didi menaik-naikkan alis. Sekalipun tabiat Niki terkenal najis, tampang gadis itu tetap memadai untuk jadi pujaan hati.

"Hoek."

"Bodo amat."

Sukacita Didi tetap bertahan sampai ia membalikkan cokelat untuk mengecupnya, dan menemui sticky note kecil berwarna hijau neon menempel di alas cokelat. Menyilaukan.

.
.

Buat Kak Zefanya
Dimakan ya, Kak :)

.

.

k
r
e
t
e
q
.
k
r
e
t
e
q

.

.

"Kenapa lo, Di?"

Alis Zefan naik. Ia baru tiba di depan mejanya, langsung heran melihat Didi yang meremas dada.

"Bangsat lo, Zef."

Kok gua.

Zefan pasang tampang tak berdosa, menggigit roti bakar cokelat keju dari tangan kanan lalu menyeruput kopi arabika dari tangan kiri.

Didi emosi.

Dengan enaknya anak setan itu sarapan sementara Didi gigit jari.

Zefan duduk—masih tidak mengerti. Dan sepertinya tidak mau mengerti. Sampai Didi tiba-tiba menyodorkan sebatang cokelat ke depan wajahnya.

"Apa ini?"

"Ya cokelat lah, bego."

"Gue tahu, njeng. Maksud gue, dari siapa?" Kali ini Zefan menoleh pada Didi. "Dari lo?"

"Dari cewek. Adek kelas, kayaknya."

"Oh."

Niki ngakak heboh. "Firasat gue benar. Mustahil ada yang mau ngasih lo cokelat—"

Didi sampai harus menarik kuncir rambut gadis itu.

Zefan mengernyit. "Di."

"Apa."

"Lepas, bego."

Didi merengut. Jari-jarinya melepas cokelat tidak rela. Cokelat itu kini berpindah ke tangan Zefan seutuhnya.

"Swiss milk chocolate with honey and almond nougat—hmm ... lain kali gue bilang kalo gue lebih suka dark chocolate, minimal dua puluh lima persen."

Faq.

Dasar tidak tahu bersyukur.

Zefan senyam-senyum tidak jelas saat melirik Didi. "Kenapa? Lo mau?"

"Nggak, makasih."

Niki terkikik seperti iblis. "Jangan malu-malu, Di. Suapin gih, Zef."

"Oke." Ekspresi jahat Zefan begitu kentara saat ia membuka bungkusan cokelat. Dengan rapi membelah bagian kecil dari cokelat lalu menyodorkannya pada Didi.

Didi dengan malas menepis tangan Zefan.

"Disuap pakai mulut dong, Zef."

Didi mendelik pada Niki.

Zefan mengendik, "Dih." Lalu mengerling jahil pada Niki. "Mending elo yang gue suapin pakai mulut."

"Woy," hardik Didi berbahaya.

"Ogah." Niki melengos. Lalu beralih pada Didi sambil mengatupkan tangan. "Please dong, Diii."

Didi berpikir sejenak. "Cuma kalau gue dapet cokelat dari lo tahun depan."

"Fine." Niki mengangguk cepat.

"Dan jangan foto."

Niki tertawa melihat telunjuk Didi yang mengancung ke depan wajahnya penuh peringatan. "Iya, iyaa."

Didi menggumam panjang—menyatakan persetujuan. Langsung memberi aba-aba. "Cepetan, Zef."

"Lo serius?"

"Ck, buruan aja."

"Apa untungnya bagi gue?"

"Lo bisa merasakan bibir gue yang keseksiannya absolut."

"Cueh."

"Pliis Zeef. Bantuin sohib lo napa sih."

Zef menyerah. Meletakkan wadah styrofoam kopi—yang sejak tadi diseruputnya— ke atas meja. Potongan cokelat yang tadi dipegangnya kini berpindah ke celah belahan bibirnya.

Dengan satu gerakan kilat, Zefan menarik kerah kemeja Didi dan berbagi cokelat dengan anak itu.

"Mmmff—ohok! Anjir lo, Zef! Kasih aba-aba dong kalau mau mulai!"

Zefan hanya mengangkat bahu.

Niki sudah nge-fly ke langit ketujuh. "KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA—"
Kejang-kejang seperti orang epilepsi.

"Dasar cewek gila," desis Didi.

"Lebih gila lagi orang yang ngegebet dia."

"Diam lo."

"Lo tahu, Di. Lo harus berhenti nurutin gitu aja semua permintaan dari cewek cantik."

Didi hanya melengos.

.

.

A/n : Heheh ... udah lama nggak update. Ini chapter terpanjang di "Snacking" untuk saat ini.

SnackingWhere stories live. Discover now