/15.01.18/ ○ 09:30

11K 1.5K 61
                                    

¦munch ... munch¦

Guru Matematika sedang menerangkan di depan papan tulis. Seisi kelas memperhatikan dengan jiwa melayang-layang.

Kecuali garis tempur belakang kelas.

Mereka tampak khidmat menatap si Guru Matematika—seolah sedang menonton film.

Kress ...

"Bagi, oi."

Didi berbisik jengkel pada Zefan di sampingnya. Tapi anak sialan itu tampak sengaja mengabaikan.

Kress ... kresss ...

Bungkusan wafer pindah dari tangan Zefan, ke tangan Tegar. Meja Tegar dan Riko terletak di sebelah kiri meja Zefan dan Didi, fyi.

Kress ... kress ... kresss ...

Lalu pindah ke tangan Riko.

"Oii, laper guaa."

Didi mulai kehilangan kesabaran.

"Berisik. Ini wafer yang kami beli hasil dari patungan uang jajan kami," desis Tegar. Sedikit memiringkan kepala supaya bisa bertemu tatap dengan Didi lalu memeletkan lidahnya.

"Kalian nggak bilang sama gue kalo mau patungan," protes Didi. "Bagi dua biji aja napa, elah."

Didi sedang muak. Penjelasan guru di depan membuat perutnya ngisep.

"Gar."

Krreeeeeeeessssssssss ...

Riko mengoper bungkus wafer dari bawah meja, kepada Ron yang duduk di depan.

"PAK! Riko, Ron, Tegar, sama Zef makan Richoco Nabati kemasan ekonomis di dalam kelas!"

Anjing, Di.










A/n : *bacaulang* Well ... it's kinda garing. I'm so sorry : v

SnackingWhere stories live. Discover now