/28.07.18/ ○ 15:21

6.7K 1K 460
                                    

¦just because a damn coke¦


Dahi Didi mengernyit ketika Zefan berbelok ke sebuah pasar swalayan terdekat dari rumah Riko lalu memarkirkan sepeda motornya.

"Ngapain ke sini?"

"Mau ngeganti Pepsi-nya si Rein lah. Lo nggak liat tadi dia ngancem-ngancem gue sebelum pulang?"

"Terus nanti kita balik lagi ke rumah Riko buat ngasih Pepsi-nya gitu?"

"Yoi."

Didi mendesah malas. Melepas helm. "Mending kabur aja, bego."

"Jauhkanlah gue dari segala macam setan kayak elo."

Didi menendang kaki Zefan. "Sok budiman lu."

Mereka kemudian masuk ke swalayan dan langsung menyusuri deretan minuman segar di showcase cooler.

"Zeef, woi! Gue nemu Pepsi Blue kalengnya nih."

Zefan melirik. "Nggak usah deh. Gue ganti pake yang botolan aja. Lebih banyak isinya."

"Ceh. Lebih murah aja, bilang."

"Nah itu lo tau."

Didi akhirnya mengembalikan minuman kaleng itu. Pandangannya kemudian tersita pada jejeran susu kotak UHT. "Zef, traktir gue-ugh."

Didi tidak sengaja menabrak tubuh Zefan saat ia ingin berbalik. Entah sejak kapan pemuda itu telah berdiri di belakangnya.

Didi mengusap dahinya. "-traktir gue susu UHT."

"Ogah."

"Pelit lu. Dukung program gue buat tambah tinggi napa, njeng."

"Nggak bakal ngefek." Zefan menampar pelan kepala Didi. Menyeringai melihat pusaran rambut yang menggemaskan di area puncak kepala anak itu. "Udah, tinggi lo segini aja cukup."

"Cukup apanya." Didi mencibir. Enak sekali Zefan mengatakan hal seperti itu sementang ia menjulang. "Traktir gue 'napa. Tahun ini gue ulang tahun lho."

"Tiap tahun lo ulang tahun, nyet."

Didi mengabaikan. "Gue ambil susunya," putusnya seenaknya. "Kan nggak lucu lo datang ke sini cuma beli Pepsi sebiji." Matanya mulai jelalatan mencari merek susu mana yang kira-kira paling efektif.

"Gaya banget lo. Pake ngeliatin persenan kalsium di informasi nilai gizi segala."

"Berisik lu." Didi mendecak. Meletakkan kembali susu kotakan yang baru saja diceknya. Ia kemudian menjentikkan jari. "Ah, apa gue liat ke rak susu impor aja ya."

"Weh, ga tau diri ni makhluk." Zefan merapat untuk menghalangi Didi. Nyaris mengurung anak itu di antara rak minuman dan tubuhnya. "Gue setuju traktir cuma kalau lo ambil yang 125 mililiter."

"Anjir, yang sekali sedot ludes-"

Didi memaki saat Zefan menyodorkan sekotak Ultra Mimi ke depan wajahnya.

Tulang belulangnya meronta.

Dan ia benci fakta bahwa Zefan harus melakukan hal itu sembari menunduk sedikit.

Si setan ini kayaknya tambah tinggi lagi.

Zefan barangkali sudah mencapai seratus delapan puluh senti. Itu wajar mengingat mereka memang sedang berada di puncak pertumbuhan. Riko, Tegar, dan Ron juga menunjukkan pertambahan tinggi badan yang variatif. Meski tak sejangkung Zefan, setidaknya mereka menunjukkan tanda-tanda kalau mereka berkembang.

Sementara itu Didi akan stuck sepanjang masa di 162.

Tidak. Tidak boleh.

Bisa-bisa Niki yang akan menunduk sewaktu mereka berciuman nantinya.

SnackingWhere stories live. Discover now