/20.05.18/ ○ 19:35

7K 1.1K 426
                                    

¦good night, dear neighbor¦


Zefan bisa melihat Tegar tertawa dari kaca muka mobil saat ia mengancungkan jari tengah.

Dasar.

Zefan membetulkan posisi Didi di punggungnya. Untung saja anak itu tidak begitu berat sehingga Zefan tidak perlu ngos-ngosan membawanya ke dalam rumah.

Setelah melewati serangkaian pertanyaan dari mamanya Didi serta berhasil lepas dari Anya yang terus mengekorinya, Zefan akhirnya sampai ke kamar Didi di lantai dua.

Ia membuka pintu bercat gading. Masuk. Lalu menggeser ujung bawah pintu dengan kakinya supaya tertutup.

Zefan berjalan menuju kasur solo Didi. Berdiri membelakangi kasur, kemudian sedikit berjongkok lalu melepaskan pegangannya dari lengan-lengan Didi yang melingkari pundaknya. Membuat anak itu meluncur turun dari punggung Zefan.

Ada bunyi debaman pelan saat Didi jatuh ke atas kasur yang empuk.

Zefan berbalik. Mendengus geli mendapati Didi yang tidak terusik sama sekali oleh perbuatannya barusan.

Ia lalu melepaskan sepatu Didi. Menyimpannya di pintu terbawah lemari yang berfungsi sebagai rak sepatu. Tersenyum tipis saat melihat stiker hot wheels hadiah dari permen karet yang mereka beli saat SMP masih ada di balik pintu rak, menempel pudar.

Zefan sejenak mencari-cari remote untuk menyalakan pendingin ruangan. Setelah itu ia menggeser tangan dan kaki Didi, mencoba membetulkan posisi berbaring anak itu di kasur.

"Benar-benar nggak bereaksi ni bocah." Zefan iseng menjentik-jentikkan jari di depan wajah Didi. Namun tetap saja nihil respon. "Gue apa-apain juga nggak bakal sadar kalau begini," desisnya.

.

"Jangan khilaf."

.

"Nah," Zefan menunduk, mendekati wajah Didi, "salahkan Tegar karena ngingetin gue...."

Sejenak ia berhenti ketika ujung hidungnya telah bertemu dengan hidung Didi. Ragu untuk melanjutkan. Sedikit merasa bersalah ketika melihat wajah pulas Didi yang tenang.

Namun, akhirnya Zefan memiringkan kepalanya. Mengecup lembut bibir teman masa kecilnya—objek ketertarikannya sejak setahun belakangan.

Ck, pengen gue lumat—

Zefan menepis pikiran nistanya. Ia segera menjauhkan diri dari Didi sesaat kemudian. Kembali menegakkan badan.

"Malam," bisiknya.

Lalu keluar perlahan dari kamar itu.




A/n : In case ada yang nggak ngeh, ini flashback ya. Silakan perhatikan tanggal~

SnackingWhere stories live. Discover now