Jika Zefan bisa melecehkan Didi di dalam pikirannya, maka Didi juga bisa—pikir bocah itu tidak terima.
Itu yang sejak tadi terngiang-ngiang di benak Didi. Tapi tetap saja dia kepalang tidak habis pikir bagaimana melakukannya.
.
Si bocah Tionghoa tengah duduk di atas tutup kloset. Berpikir keras mengenai apa kira-kira yang bisa difantasikannya tentang Zefan.
Argh, tapi ya ampun, memangnya apa juga yang bisa difantasikan?! Dada Zefan jelas rata. Lekuk pinggul tak ada. Kelamin? Cuih, amit-amit. Anus? Ergh.
Didi menyipit pada jari-jari kakinya. Apa kira-kira yang dibayangin si Zefanjě soal gue kalo begini ya? pikirnya. Lalu merinding sendiri.
.
Ketika Zefan mengatakan bahwa ia juga tertarik pada Didi secara seksual—tentu Didi cukup terkejut.
Bukan berarti ia tidak pernah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. Hanya saja ia ... tidak bisa mengerti. Maksudnya—apa juga enaknya membayangkan sesama laki-laki?!
Astaga.
.
Didi nyaris putus asa. Tapi tidak. Dia tidak akan menyerah. Dia harus balas dendam.
Anak itu mencoba memutar akalnya. Di kasus seperti ini, dia tidak bisa hanya mentok mengandalkan imajinasinya semata. Dia perlu objek. Perlu material.
Well, saat ini dia terpikir untuk meminta Zefan mengirimkan beberapa foto.
——— | Zef | ———
ZEEEEEF
WOII
Napa di?
PAP
Pap apanya
Pap bagian paling menarik dari tubuh lo
Tapi bukan persneling dan printilannya ya
Hah
Lu ngapain
Gue sedang bertapa
Definisikan bertapa
ARGHH
CEPETAN AJAAA
.
[Zef mengirim gambar]
.
Didi emosi ingin mengunyah ponselnya ketika Zefan mengirimkan foto mata kaki. Tolong ya, dia tidak punya fetish semacam itu.
ZEFANJENG
YANG AGAK NORMAL WEY
ATAU PAP MUKA LU AJA DAH
Buat apa wkwk
Memangnya lu ga punya foto gua?
Tentu saja punya—tapi kebanyakan foto aib. Didi mengerang. Manusia satu itu memang paling susah disuruh berswafoto. Ia terpaksa terus meneror sehingga Zefan akhirnya mengirimkannya. Namun, tampang Zefan di foto itu asem sekali. Angle-nya jelek kayak profil WhatsApp uwak-uwak. Boro-boro bikin ngaceng. Yang ada Didi sambelit melihatnya. Malah ada si Mika mengintip di belakang lagi.
.
Yah, meski Didi juga tidak yakin dia bisa bereaksi hanya dengan foto wajah semacam itu. Tapi apa salahnya mengetes.
YANG BENER WOI
SENYUM DIKIT KEK
Aih
Ngelawak dong biar gua ketawa
Males ga punya lawakan
Kirim gambar lucu atau apa kek
[Pisangkrispi mengirim gambar]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anjir
Maksud gua gambar lucu tadi foto elu gitu
.
Hmm. Didi melihat-lihat kembali gambar yang pernah didapatnya dari si Kei itu. Kemudian ia menerawang plafon. Jadi kepikiran mencoba membayangkan Zefan gondrong. Siapa tau mempan kan ya. Namun lamunannya terbuyar begitu nada notifikasi kembali menggema di kamar mandi.
Zefan ternyata sudah mengirimkan foto lagi. Ekspresinya jauh lebih cerah sekarang. Melihatnya saja membuat Didi ikut cengar-cengir. Lalu zoom in-zoom out tanpa henti.
Tapi tunggu sebentar. Perhatian Didi tersita pada background foto yang kali ini berubah. Bukankah itu dipan kasurnya yang tertangkap kamera?!
Ceklek.
Didi terlonjak setengah mati menaikkan celananya.
Untung saja on time. Bodohnya ia karena lupa mengunci. Di ujung pintu, Zefan sudah menatap jail.
"Bangun ga si Acong?"
Didi mengumpat. "Enggak anjir, lu nggak menyelerakan—"
"Kampret."
"—ARGH KELUAR SANA ZEFANJING."
○
○
○
A/n: Yap, biarkan Didi bereksplorasi. Kadang-kadang saya mikirnya Didi itu di pertengahan antara polos dan poltak (polos ga berotak) hshshs.