/21.12.18/ ○ 14:09

4.8K 783 523
                                    

¦imagine¦



Jika Zefan bisa melecehkan Didi di dalam pikirannya, maka Didi juga bisa—pikir bocah itu tidak terima.

Itu yang sejak tadi terngiang-ngiang di benak Didi. Tapi tetap saja dia kepalang tidak habis pikir bagaimana melakukannya.

.

Si bocah Tionghoa tengah duduk di atas tutup kloset. Berpikir keras mengenai apa kira-kira yang bisa difantasikannya tentang Zefan.

Argh, tapi ya ampun, memangnya apa juga yang bisa difantasikan?! Dada Zefan jelas rata. Lekuk pinggul tak ada. Kelamin? Cuih, amit-amit. Anus? Ergh.

Didi menyipit pada jari-jari kakinya. Apa kira-kira yang dibayangin si Zefanjě soal gue kalo begini ya? pikirnya. Lalu merinding sendiri.

.

Ketika Zefan mengatakan bahwa ia juga tertarik pada Didi secara seksual—tentu Didi cukup terkejut.

Bukan berarti ia tidak pernah memikirkan kemungkinan itu sebelumnya. Hanya saja ia ... tidak bisa mengerti. Maksudnya—apa juga enaknya membayangkan sesama laki-laki?!

Astaga.

.

Didi nyaris putus asa. Tapi tidak. Dia tidak akan menyerah. Dia harus balas dendam.

Anak itu mencoba memutar akalnya. Di kasus seperti ini, dia tidak bisa hanya mentok mengandalkan imajinasinya semata. Dia perlu objek. Perlu material.

Well, saat ini dia terpikir untuk meminta Zefan mengirimkan beberapa foto.

  ———
|  Zef   |
  ———

ZEEEEEF

WOII

Napa di?

PAP

Pap apanya

Pap bagian paling menarik
dari tubuh lo

Tapi bukan persneling dan printilannya ya

Hah

Lu ngapain

Gue sedang bertapa

Definisikan bertapa

ARGHH

CEPETAN AJAAA

.

[Zef mengirim gambar]


.

Didi emosi ingin mengunyah ponselnya ketika Zefan mengirimkan foto mata kaki. Tolong ya, dia tidak punya fetish semacam itu.

ZEFANJENG

YANG AGAK NORMAL WEY

ATAU PAP MUKA LU AJA DAH


Buat apa wkwk

Memangnya lu ga punya foto gua?



Tentu saja punya—tapi kebanyakan foto aib. Didi mengerang. Manusia satu itu memang paling susah disuruh berswafoto. Ia terpaksa terus meneror sehingga Zefan akhirnya mengirimkannya. Namun, tampang Zefan di foto itu asem sekali. Angle-nya jelek kayak profil WhatsApp uwak-uwak. Boro-boro bikin ngaceng. Yang ada Didi sambelit melihatnya. Malah ada si Mika mengintip di belakang lagi.

.

Yah, meski Didi juga tidak yakin dia bisa bereaksi hanya dengan foto wajah semacam itu. Tapi apa salahnya mengetes.


YANG BENER WOI

SENYUM DIKIT KEK


Aih

Ngelawak dong biar gua ketawa

Males ga punya lawakan


Kirim gambar lucu atau apa kek

[Pisangkrispi mengirim gambar]

[Pisangkrispi mengirim gambar]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anjir

Maksud gua gambar lucu tadi
foto elu gitu

.

Hmm. Didi melihat-lihat kembali gambar yang pernah didapatnya dari si Kei itu. Kemudian ia menerawang plafon. Jadi kepikiran mencoba membayangkan Zefan gondrong. Siapa tau mempan kan ya. Namun lamunannya terbuyar begitu nada notifikasi kembali menggema di kamar mandi.

Zefan ternyata sudah mengirimkan foto lagi. Ekspresinya jauh lebih cerah sekarang. Melihatnya saja membuat Didi ikut cengar-cengir. Lalu zoom in-zoom out tanpa henti.

Tapi tunggu sebentar. Perhatian Didi tersita pada background foto yang kali ini berubah. Bukankah itu dipan kasurnya yang tertangkap kamera?!

Ceklek.

Didi terlonjak setengah mati menaikkan celananya.

Untung saja on time. Bodohnya ia karena lupa mengunci. Di ujung pintu, Zefan sudah menatap jail.

"Bangun ga si Acong?"

Didi mengumpat. "Enggak anjir, lu nggak menyelerakan—"

"Kampret."

"—ARGH KELUAR SANA ZEFANJING."






A/n: Yap, biarkan Didi bereksplorasi. Kadang-kadang saya mikirnya Didi itu di pertengahan antara polos dan poltak (polos ga berotak) hshshs.

SnackingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang