/20.12.18/ ○ 13:07

4.5K 786 428
                                    

¦pool¦



Ini hari terakhir ujian semester. Komplotan Koplak merasa perlu refreshing sekaligus melakukan perayaan karena berhasil melewati masa-masa sulit (meski mereka bahkan belum tahu berapa skor ujian mereka, hueh). Jadi, ketua mereka mengusulkan untuk mendatangi sebuah waterpark yang baru saja dibuka tahun ini—yang kebetulan searah dengan komplek perumahan Didi dan Zefan.

Masalahnya, ketika mereka mampir sebentar ke rumah Didi untuk mengambil ban karet, pistol air, pompa, dan semacamnya, ada Mika yang sudah stay di depan pagar sebelah. Setia menunggui Zefan pulang. Lalu minta ikut.

Awalnya Zefan agak keberatan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, bayangan Mika terombang-ambing di kolam ombak sebenarnya cukup menarik—bercanda.

.

"Miki ikut, Bang!"

"Memang lu ada duit?"

"Ada! Bentar mintaing Papa."

"Minta yang banyak, Mik."

"Oke!"





Jadilah Mika dinaikkan ke jok depan mobil Riko.

"Ye ... Yee—"

"Yerikho," bantu Riko karena balita ini terus menusuk-nusuk tag namanya sambil kesusahan mencoba mengeja.

"Oh!" Mika mengangguk. Kali ini menunjuk huruf inisial di belakang. "G? G-nya apa, Bang??"

Riko menyengir najis. "Ganteng."

"Goblok!" sambar Roni yang motornya berhenti tepat di samping jendela sopir. Riko kalem segera menaikkan kaca.

"Gay," timpal Kei dari sisi kiri.

Dan Mika, secara normal, menangkap kosakata yang paling anyar dan paling gampang baginya. "Gei!"

Kei ngakak sambil menepuk-nepuk tangannya. Mika ikut tertawa gembira.

Riko dongkol. "Jangan dengerin, dek." Ia mengibas-ngibaskan tangan. "Dia tuh yang gay."

"Oh!" Mika mengerjap. "...oh? Bang Gei ada dua?"

Kei menyeringai. "Sebenarnya ada empat."

Tegar langsung tanggap menggeplak kepala Kei. "Anak orang itu woy," katanya tapi ujung-ujungnya terbahak juga. "Jangan lo rusak pola pikirnya."

"Coba bilang guguk Mik," kata Riko lagi.

"Guguk!"

"Nah, hadep ke situ dulu." Pelan-pelan ia menolehkan kepala Mika ke jendela kiri, di mana Kei masih tertawa maniak di atas motornya. "Guguk lo! Bilang gitu, Mik."

"Guguk lhoo."

"Yah salah, bukan gitu." Riko mendecak sok bijak. "Tapi nggak apa-apa dah. Bertahap ya kan."

Untungnya Zefan segera datang dan menyelamatkan Mika dari pembodohan berkelanjutan itu.

"Lah, kalo bilang anjing sih dia udah fasih."

Atau mungkin tidak juga.

Zefan baru saja selesai memasukkan barang-barang ke bagasi Riko. Ia menarik Mika agar kembali menyandar ke jok lalu menyimpulnya dengan safety belt sedimikian rupa. "Lo sama si Riko, ya? Duduk manis aja."

"Kalo Bang Jep?"

"Gua naik motor. Nanti ketemu di kolam, sip?"

"NGGAAK!"

SnackingWhere stories live. Discover now