/05.11.18/ ○ 15:17

5.2K 799 479
                                    

¦bouquet¦


"Lo yakin ini ... aman?"

.

Ron menatap ragu pada semak hydrangea yang tumbuh rimbun di depan pagar sebuah rumah. Sehabis kelas siang hari ini, Riko mengajaknya pergi ke sebuah gang yang tidak jauh dari sekolah. "Ini jalan alternatif gua kalau macet di Kejora," jelas pemuda itu sebelum kemudian menuntun Ron ke depan rumah orang yang tidak dikenal.

.

"Yah." Riko mengangkat bahu. "Gua rasa yang punya nggak bakal keberatan kalau kita ambil dua atau tiga bonggol. Bunganya banyak banget tuh."

Ron tetap saja ragu. Ia jelas jauh lebih bermoral daripada Riko. "Gua rasa kalau gue pemilik bunga, gue bakal marah." Ia memutar langkah, tetapi Riko buru-buru menghalanginya.

"Ambil sedikit aja. Daripada lo beli 'kan. Mending duitnya buat gua."

Ron mendelik. Lalu melirik lagi pada semak bunga. Mahkota-mahkota berwarna putih sampai merah pastel menggoda sekali untuk dipetik. Ron menelan ludah. "Kalau gitu mending permisi dulu."

Sementara Ron sibuk memanggil pemilik rumah sambil mengguncang pagar, Riko merogoh-rogoh tempat paling tersembunyi di ranselnya untuk mengambil silet lipatnya.

"Pak! Permisii! Paak! Buu!" Besi pagar bergemerencing. "Paak—woi Rik, jangan main potong aja lu, anjing!"

"Lo kayak orang bego, tahu nggak. Udah, mending lo bantuin gue nampung bunganya sini."

Ron tetap bersikeras memanggil-manggil pemilik rumah. Namun, semenit kemudian ia akhirnya menyerah. Berjalan kesal lalu ikut berjongkok di samping Riko.

Riko tebahak. "Bisa aja orangnya lagi ga di rumah."

"Atau mungkin dia budek." Ron memegangi bunga-bunga yang sudah dipotong Riko. "Udah woi, gua rasa udah cukup."

"Banyakin dikit lagi aja. Tanggung nih." Ia menyeringai. "Biar bikin papan bunga sekalian."

"Cukup woy. Anjir, lo itu ga punya otak-"

"HEH SIAPA KALIAN!"

Kedua pemuda SMA itu membatu.

Seorang pria tua mendadak berteriak dari halaman rumah. Agak kesusahan saat berusaha membuka selot pagar yang macet.

"BERANI-BERANINYA NGERAMPOK BUNGA ORANG!!"

Bangsat, kenapa baru sekarang dia munculnya.

Ron gelagapan ingin menjelaskan. "Kami adalah—BANGSAT RIKO JANGAN KABUR DULUAN! TUNGGU!"

Riko berlari kencang menuju mulut gang sambil menahan tawa. Ron tergopoh menyusulnya sambil menadahi bunga-bunga di tangannya.

"Bangsat lu emang! Bangsat!"

Mulut Ron berbuih oleh makian. Ia mengatur napas. Masih memeluk hydrangea. "Apa sih yang ada di otak lu, bego?! Kita kan bisa minta maaf terus jelasin! Ini lo malah main kabur aja!"

"Lo pikir dia bakal mau denger? Posisi kita tadi itu ketangkep basah." Riko masih bertumpu pada lutut. "Lagian elu sih, pake manggil-manggil segala. Muncul deh bosnya."

Ron menggerutu. Meski begitu, apa yang dikatakan Riko ada benarnya juga jika dipikir-pikir.

"Haah. Sekarang tinggal ngebungkus bunganya."

"Yep." Riko membungkuk untuk meraih plastik asoy yang terkapar di dekat kakinya lalu menyodorkannya.

Ron memincingkan mata. "Lo udah gila," vonisnya. Ia menerawang. "Pake apaan ya ... kertas kado? Kertas jeruk? Kain flanel?"

SnackingWhere stories live. Discover now