/28.10.18/ ○ 15:09

5.7K 850 650
                                    

¦eavesdropping¦


Miranda gembira mengetahui kegigihannya selama ini tidak berujung sia-sia. Untung saja ia tidak gampang menyerah dalam medekati Roni Wijaya. Sekarang ia bisa menuai hasil kerja kerasnya—bahkan kali ini, Ron sendiri yang mengajaknya kencan.

Ehm, mungkin masih lebih tepat disebut hang out. Tapi ayolah, siapa yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya.

Yeah, siapa yang tahu.

Karena nyatanya Ron mendadak muncul dengan tiga orang temannya.

Plot twist-nya jelek.

Kalau ini komik, mungkin rahang Miranda akan terjatuh. Rasanya kemarin Ron tidak bilang kalau dia akan membawa teman-temannya ikut serta. Ah, atau Miranda yang tidak ingat?

Ini gua mau digilir apa gimana, setan.

Dua orang di antara mereka, yaitu Zefan dan satu lagi yang Miranda yakini adalah Kei Achalendra Smiley (berdasarkan nama channel-nya yang tersebar, Miranda jujur tidak terlalu mengenal anak baru di komplotan Riko itu selain karena skandal homonya yang hit di sekolah), langsung beranjak pergi begitu selesai membeli es krim corong.

Tersisa Riko dan Ron yang berdiri di hadapannya. Ron menyapa Miranda ringan, tetapi ada sedikit kesungkanan di nada suaranya. Sementara itu, Riko hanya cengar-cengir di belakang—membuat Miranda ingin melemparnya dengan payung-payungan merah yang menancap di meja.

"Ngapain lo di sini."

Jelas itu pertanyaan untuk Riko.



Zefan tengah berdiri di balkon lantai tiga mal. Tangan kanannya memegangi es krim cone matcha top sementara tangan kirinya mengarahkan teropong binokular mainan ke matanya.

"Kelihatan jelas?" tanya Kei yang berdiri di sebelahnya.

"Nggak." Tentu saja Zefan tidak mengekspektasikan apa pun. Teropong plastik itu barangkali memang dilengkapi lensa cembung dan cekung serta prisma, tetapi pembesarannya hanya beberapa kali lipat dan jelas tidak mampu menjangkau jarak sejauh dua lantai. "Rasanya kayak ngarahin kaca pembesar ke bawah sana."

Ngomong-ngomong, jangan pikir bahwa Zefan sengaja membeli teropong hanya untuk acara tidak penting ini. Teropong itu adalah mainan milik adik laki-lakinya yang tertinggal di kamarnya. Well, sebenarnya lebih tepat disebut keponakannya sih—tapi mari sebut adik saja.

Teropong itu kini terkalung di leher Zefan. Untung saja warnanya hitam polos sehingga tidak konyol-konyol amat.

Zefan menyesap es krimnya. Melirik pemuda di sebelahnya. "Gue heran kenapa lo mau sukarela ikut."

Kei benar-benar tidak jelas. Di saat orang waras mana pun menghindar, dia malah berinisiatif tanpa perlu dijemput. Anak itu datang sendiri dengan motornya. Ia berpapasan dengan kelompok Riko di eskalator sekitar McDonald's, membuat Riko speechless.

Zefan geleng-geleng kepala. Kalau bukan karena Riko yang kesetanan menglaksoni rumahnya, Zefan jelas ogah berpartisipasi. Tidak ada benefitnya selain es krim matcha traktiran—yang itu pun karena sedang ada promo Rp5.018 dengan pembayaran melalui GoPay.

Catatan kaki; Kei dan Ron tidak dapat traktiran berhubung Kei merupakan orang yang tidak diundang sedangkan Ron sendiri dengan gengsinya menolak.

"Kegiatan ini bahkan nggak bisa lo cantumin di portofolio lu."

Kei tertawa. "Portofolio apaan, njir." Ia menarik teropong Zefan. "Siniin. Gua mau coba."

Zefan melepaskannya dan memberi teropong itu pada Kei. Tidak butuh waktu lama sampai ia mendengar decakan.

SnackingWhere stories live. Discover now