/20.05.18/ ○ 10:17

7.4K 1K 165
                                    

¦which flavour¦



Ingatkan Riko bahwa anak buahnya adalah sekumpulan onggokan daging yang tidak punya kesadaran manusia waras.

Sebab begitu mereka memasuki Indomaret dan mengambil keranjang belanja, empat orang tidak tahu diri itu langsung meraup setiap jenis jajanan dari kiri dan kanan rak yang mereka lewati. Lalu asal mencampakkannya ke keranjang.

Catatan kaki: Riko yang memegang keranjang belanjaan dan berjalan paling belakang.

"Berat woy. Sekalian aja masukin semua barang yang ada di katalog." Riko menendang jengkel objek terdekat; kaki Ron.

"Apaan sih!" Ron ngamuk. Wajar. Matanya melotot protes pada Riko.

"Jangan masukin barang ke keranjang seenak nenek buyut lo."

"Ya kan nih setan bertiga juga asal masukin barang tapi kenapa cuma gue doang yang lo tendang," protes Ron.

Riko menyeringai. "Lo spesial."

Ron menggertakkan gigi menyadari konotasi negatif itu. Tahan. Sabar. Tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang memang dasarnya membeci kita.

Riko tertawa mendengus melihat Ron yang berusaha menahan diri. Ia lalu beralih pada Zefan, Didi, dan Tegar.

"Dasar nggak berotak lo semua." Riko menampar ubun-ubun tiga manusia di depannya dengan gantungan kunci mobil. "Budget cuma lima puluh ribu tapi belagak mau beli seisi minimarket."

"Weeh, woles ketua."

"Ampun, ampuun."



Setelah mengosongkan kembali keranjang belanjaan, Heksagon mulai menjelajahi kawasan rak camilan.

"Gue mau skidipapap sawadikap biskuit Ahoy itu, Ketua!"

Sejak tadi, Didi yang paling heboh menunjuk berbagai makanan yang menarik perhatiannya lalu mengajukan proposal lisan pada Riko.

"Atau permen ceri ini, Ketua!"

Riko melotot pada kaleng Cavendish and Harvey yang diangkat Didi.

"Sejak kapan itu ada di—" Riko memijit dahi. "Letakkin, Di."

"Chitatooo. Life is never flat!"

Sementara dari kejauhan, terdengar suara isi keripik yang bungkusnya diguncang-guncang.

"Ambil yang rasa kerak telor, Gar."

"Jangaaan. Yang mie goreng kornet aja! Indomie for lyfee!"

"Di lidah gue, semua rasa Chitato sama aja—entah kenapa. Maka teman-teman, sebaiknya kita beli Mr. P aja."

"Lo aja. Gue punya."

Riko melirik datar. "Apa lo bilang, homo?"

"Kacang panggang rasa madu, anjeng."

Riko langsung menoyor Zefan begitu melihat kemasan makanan yang ditunjukkan anak itu.

Belanja pun dilanjutkan. Catatan kaki-2: Mr.P tentu saja tidak dimasukkan ke dalam keranjang.



"Twister Minis, gaes?"

"Masukiiiin."

"Rasa apa?"

"Cappucin—"

"VANILLAAA BLAAACK."

"Siaap."



"Oreo, gaes?"

"Masukiiin."

"Rasaaa?"

"Yang original!"

"Vanilla! Vanilla!"



"DORITOS NACHO CHEESE?"

"AYE!"



"NYAM-NYAM BUBBLEE. GUA MAU NYAM-NYAM BUBBLE. PLEASE, RIK. HARGANYA CUMA TIGA RIBU TIGA RATUS EMPAT PULUH. ADA HADIAHNYA LAGI."

Alis Riko naik, memandang Didi skeptis. "Memang apaan hadiahnya?"

"Penjepit kertas."

"Itu sendoknya, bego."

"JANGAN RUSAK IMAJINASI GUA NAPA, ZEFANJĚ."



"Minuman kita apa, gaes?"

"Cari yang promo aja. Beli empat gratis satu.  Beli dua lebih hemat. Atau sejenisnya lah."

"Ada satu nih, Kapten. Beli tiga gratis satu."

"Minuman apaan tuh? Isotonik?"

"Jus, Kapten."

"Buavita, ya?"

"Ah, bukan."

"Jadi apa? Mogu-Mogu?"

"Kiranti Juice Sehat."



"Kuaci Tjhia Tjhia, gaes? Gimana?" tanya Tegar.

Riko menjentikkan jari. "Enak tuh dimakan rame-rame."

Zefan melempar tatapan tidak tertarik pada kemasan kuaci. "Mending kuaci puteri duyung ke mana-mana. Murah. Berhadiah lagi."

"Enggak elo, enggak Didi—yang di pikiran kalian cuma hadiah doang."



Kasir.

"ZEEF, LO ADA KARTU MEMBER NGGAAK?"





A/n : Apaan sih ini—

Btw, penggunaan berbagai macam merk dagang di part ini murni hanya untuk kepentingan cerita. Tidak ada maksud untuk mempromosikan ataupun menjelek-jelekkan salah satu merk.

SnackingNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ