2

1.1K 84 3
                                    

Ale

Aku baru selesai mandi saat aku mendengar suara mobil masuk ke dalam halaman rumah Papa.

Aku melihat dari arah balkon kamar dan aku mendapati mobil Bita lah yang terparkir disana.

Aku langsung menaruh handukku dan bergegas memakai pakaian baru kemudian aku segera turun ke bawah.

Sudah beberapa lama Bita tidak mampir ke rumah Papa, padahal sebelumnya dia rajin menengok Papa walau aku tahu dia diminta oleh Bu Elis untuk melakukannya.

Suara ceria Papa sudah terdengar ditimpali oleh suara Bita yang tidak kalah ceria, aku lumayan rindu dengan suara itu.

Aku turun dan menyala Papa yang bersiap menyantap sarapan dengan Bita, kami pun basa basi sebentar dan akhirnya siap untuk menyantap makanan.

Di tengah sarapan ini tiba-tiba dering ponsel Bita terdengar dan dia meminta ijin papa untuk mengangkatnya.

"Kamu berangkat jam berapa?" Tanya Papa.

"Agak siang hari ini ada operasi sore, gak ada jadwal parktek." jelasku.

"Sama Bita baik-baik aja kan? Kok papa ngerasa kalian sekarang jarang tegur-teguran."

Aku melirik papa dan papa tersenyum "Gak ada apa-apa." balasku singkat sampai akhirnya Bita kembali ke meja makan dan pamit pada Papa, katanya dia harus koordinasi lagi sebelum meeting bersama klien.

Aku mengantarnya sampai ke depan mengajaknya makan malam tapi dia tidak bisa, sampai akhirnya aku membahas soal dia yang mendiamkan ku.

"Aku gak mendiamkan mu." ucapnya.

"Kalau gitu kamu menjaga jarak dengan ku."

"Kenapa aku harus jaga jarak?"

"I don't know, mungkin kamu gak nyaman denganku setelah sekian banyak rencana kita keluar bareng yang gagal."

"Apa aku pernah pergi atau gak datang?" Tanyaku balik dan dia terdiam.

"Apa aku yang gak datang tanpa kabar Le?" Beberapa kali aku melewatkan rencana makan bersama kami tanpa memberi kabar lebih dulu walau itu selalu tentang pekerjaan ku di rumah sakit.

"Aku yang gak pernah berkabar dan membiarkan mu menunggu terlalu lama." aku akhirnya mengakui itu.

"Aku minta maaf Ta, tapi aku mau mencoba lagi."

"Le, aku memang kenal kamu sejak lama, tapi aku gak kenal kamu sejak kepergian Bima, kamu cuma Ale yang hilang arah."

Deg,
Ternyata karena hal ini dia seperti itu.

Jujur saja semenjak kepergian Bima dan aku melihat video dirinya aku merasa bingung dengan diriku sendiri.

Bita sudah di dalam mobil dan aku
masih saja berdiri mematung di posisi semula, perkataan Bita kena ke hati dan pikiranku langsung sehingga aku membiarkannya pergi begitu saja.


Bita

Aku sudah sampai di kantor dan benar saja, aku sudah mendapati Elang, bosku sedang sibuk menatap layar laptopnya di meja pantry sendirian.

"Hai, kok sendirian?" Tanyaku sambil menyapa.

"Yang lain masih di jalan." balasnya.

"Nih kopi dulu Ta biar melek." dia memang membuat dua kopi panas di cangkir.

"Wah thank you bos!" aku kemudian duduk dan membuka laptopku untuk mengecek pekerjaan yang akan aku presentasikan nanti.

"Yang mana yang direvisi?" Tanyaku dan Elang berjalan ke belakangku untuk melihat pekerjaanku, dia sambil fokus pada laptopnya dan mencari poin-poin yang sepertinya baru saja dia catat.

"Ini sudah oke, yang ini better ganti warna yang lebih maskulin karena kata klien dia di ACC istrinya buat mendominasi ruangan ini."

"Ini kita bikin lebih safety untuk anak-anak, kemarin mereka lupa bilang."

"Oh oke." aku menandai poin-poin itu sesuai urutannya.

"Kalau ini, dia minta dapurnya yang lebih open space tanpa merombak luasan yang awal."

"Dan aku udah coba revisi, aku mau tahu pendapat kamu." Elang menunjukkan pekerjaan barunya dan aku memeriksanya.

"Nah, ide jendelanya oke kok mas dan pintu ini better sliding aja biar gak terlalu makan tempat karena lahan yang ada cukup minimal kan."

"Oke boleh, ini aku coba ganti model sliding pintunya, thanks Ta!" Aku mengangguk.

"Kamu sudah makan?" Tanyanya lagi.

"Sudah tadi di rumah pak Dewa."

"Oh, kirain tadi masak."

"Masak sedikit dan bu Elis minta tolong buat tilik in pak Dewa jadi sekalian"

"Mas sudah makan?"

"Gampang nanti Ta"

"Eh gak apa-apa kalau mau sarapan dulu, revisi-revisinya biar aku yang handle."

"Yakin kamu?"

"Iya lah, kenapa gitu?"

"Kamu gak mau sarapan juga, bareng?"

Aku menggeleng "Gak deh mas masih kenyang."

"Ya sudah kalau gitu nanti aja aku sarapannya, kerja dulu, masa ninggalin kamu sendirian sementara aku enak makan, dih bos apaan aku!" dia kembali ke mejanya sambil tertawa ringan.



Malam harinya aku benar-benar lembur di kantor karena beberapa klien baru yang masuk memintaku secara khusus untuk menghandle request mereka.

Sebenarnya sedari tadi Elang sudah memintaku untuk pulang saja dan dikerjakan esok hari, tapi aku merasa terlalu tanggung kalau pulang sekarang.

Sebuah ketukan di pintu departemen ku terdengar dan suara Marta teman seberang mejaku sudah terdengar "Oh lihat lihat siapa yang so sweet disini!" ujarnya riang tapi aku tetap membiarkannya saja.

"Mas Ale bawa apa? Kok banyak banget?" Tanyanya lagi, dan sebentar jantung ku menjadi kacau.

"Ale? Apa benar Ale?" Tanyaku dalam hati.

"Hai Mar, lembur juga?" Benar, itu suara Ale.

"Iya nih mas demi bisa nikah sebelum pacar aku pindah tugas, cari nafkah yang banyak biar gak jadi perawan tua!" ujarnya centil.

"Mau? Ini aku sengaja bawa agak banyak biar yang lembur kebagian semua."

"Wah mau-mau kalo ditawari!" Marta langsung bergegas mendekati Ale dan mereka sibuk menata bawaan Ale di meja pantry yang cukup luas.

Marta mengambil sebuah kotak dan minuman yang aku rasa adalah es kopi susu kemudian akan kembali ke meja tapi dia kembali lagi ke arah Ale "Mas mau cium gak? Tanda terima kasih." tanya Marta.

Ale tampak bingung menjawabnya tapi kemudian dia berkata "Gak usah Mar, bener deh."

"Padahal mau nyuruh mas Ale minta ke Bita aja nanti, soalnya kalau aku yang cium nanti yang marah ada pacar aku sama Bita." dia seakan menggodaku tapi kemudian kembali ke mejanya lagi.

Ale hanya bisa tertawa kemudian berjalan ke arah mejaku "Ganjel dulu perutnya biar gak sakit!" dia menyodorkan sekotak makanan padaku dan aku  meliriknya "Meja aku masih penuh."

"Oke aku tunggu di meja pantry aja kalau gitu." balasnya dan dia kembali menuju ke meja pantry.

Marta langsung menjawilku "Lagi berantem?" Aku menggeleng.

"Kok dicuekin mas gantengnya? Ntar diambil orang kamu uring-uringan!" dia tidak berhenti menggoda.

"Kamu lihat sendiri aku masih ada kerjaan Mar."

"Oke deh oke, ampun master." Marta akhirnya kembali duduk di mejanya dan aku bisa fokus pada pekerjaanku.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now