71

543 40 1
                                    

✨ Bita

Bapak datang ke rumah, dan kini tengah memelukku, erat, pelukan yang dia ciptakan sangat erat.

"Maaf........maaf kamu harus menunggu lama untuk sebuah pelukan ini nak" ujarnya, air mataku langsung menetes tanpa bisa aku tahan.

Aku membalas pelukannya dan menatap Ibu dengan tatapan penuh tanya dan disana ibu menganggukkan kepalanya singkat membuat hatiku langsung menghangat, aku serasa mendapat semua jawaban pasti dari pertanyaan yang aku cari selama ini, aku memeluk bapak ku erat, entah aku tidak peduli sekarang rupaku seperti apa, yang jelas impian terbesarku selama ini sedang menjadi kenyataan, aku hanya ingin menikmatinya.

"Maafin Bita hanya berani menulis surat singkat itu ya pak" ujarku dan bapak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Bapa bersyukur kamu berani untuk memberitahu bapak, karena selama ini pun bapak kehilangan jejak ibu kamu"

"Bapak?" pertanyaan Ale menjadi tanda bagi kami kalau ada orang yang belum tahu silsilah kami seperti apa.

"Kita masuk ke dalam aja ya, ibu jelaskan disana semuanya" ibu memberi saran kemudian aku mengangguk dan kami semua berjalan menuju ke ruang tengah, dimana ruang keluarga berada.

Gerald yang bingung dengan kehadiran bapak juga diminta Ibu untuk memberikan salam terlebih dulu sebelum akhirnya kami semua duduk untuk medengarkan penjelasan dari ibu dan bapak.

Ibu akhirnya mulai bersuara "Sebenarnya ibu tahu semakin dewasa Bita dia akan mencari cara untuk menemukan ibunya, kalau hal itu tidak berhasil pasti dia akan mencari tahu siapa ayahnya, dan dia berhasil"

"Iya nak, ini adalah ayah kamu, ibu gak tahu sejak kapan kamu mengetahui hal ini tapi ibu benar-benar berterimakasih kamu sudah seberani ini"

"Ayah kamu gak pernah tahu kalau ibu hamil, kami gak bisa bersama-sama dan saat kamu kecil ayah harus menikah dengan perempuan lain pilihan keluarganya"

"Ibu bukan wanita baik-baik di masa lalu, tapi ayah mu membuat ibu jadi punya impian lebih dan mau berusaha berubah walau memang status sosial kami kala itu akan sangat sulit diterima oleh keluarga ayah"

"Ibu sudah sebatangkara sejak lahir, panti asuhan tempat yang mewah untuk ibu tinggali dan mendapat perhatian, tapi seiring ibu dewasa ibu ternyata harus berdiri sendiri di bawah kaki ibu, cara ibu salah meski awalnya ibu dijebak dalam pekerjaan ini karena kebodohan ibu yang mudah percaya dengan orang lain"

"Tapi ayah kamu suatu hari datang, memberikan ibu pintu lebar untuk lari meninggalkan pekerjaan kotor itu, ibu lari dan ayah yang menemani sampai hari dimana hubungan kami diketahui oleh kakek nenek kamu, ayah harus pergi agar ibu selamat, kita selamat, ibu baru tahu kalau ibu hamil setelah kami berpisah, ibu yang mengambil jalan untuk memutus kontak dengan ayah kamu agar kamu tetap bisa lahir ke dunia tanpa diketahui oleh keluarga ayah"

"Ibu cuma gak mau hidup sendiri lagi di dunia ini nak, walau ibu tahu pasti ibu akan banyak menyulitkan kamu kalau nantinya  kamu lahir" Ibu mengusap air matanya dan aku mengelus tangan ibu, mencoba meminta ibu menenangkan dirinya sebentar kalau kalau dia tidak kuat melanjutkan ceritanya.

"Bapak juga waktu itu gak punya daya lebih untuk menikah dengan pilihan keluarga bapak, yang bapak mau saat itu ibu kamu gak kena imbas buruknya kalau bapak mengambil pilihan bapak sendiri"

"Bapak mencintai ibu kamu karena itu bapak lebih memilih melepaskannya walau bapak tetap meminta orang kepercayaan bapak untuk terus memantau ibu"

"Tapi tetap saja usaha itu tercium oleh orang tua bapak, semua usaha bapak sia-sia, bapak benar-benar gak tahu dimana ibu  kamu berada bahkan bapak gak tahu kalau ibu kamu hamil" kini bapak yang mencoba menghapus air matanya dengan masih terisak.

"Maafin kami nak......."

"Ehm, permisi sebelumya pak" Ale bicara.

"Jadi maksud bapak, bapak ini benar ayah kandung Bita?" bapak mengangguk.

"Kamu tahu ayah kandung kamu yang?" tanya Ale padaku dan aku mengangguk.

"Aku tahu sejak SMA, tapi aku gak bilang ke siapa-siapa karena saat itu aku gak mau merusak keluarga bapak yang tampak bahagia dan baik-baik saja"

"Beberapa tahun yang lalu bapak akhirnya pisah dengan istrinya dan itu membuatku ingin segera menemuinya tapi aku berpikir ulang kalau rasanya itu akan menambah beban pikiran bapak, aku gak mau itu terjadi"

"Baru kemarin aku berani datang ke Bapak itu pun lewat pameran lukisannya, ketika aku pergi dari rumah, Elang jug gak tahu kok kalau aku menemui bapak kandungku Le, dia tahunya aku menemui orang yng kemungkinan besar masih saudara ibu"

"Aku bersyukur bapak ternyata mencari ku juga setelah membaca surat dariku, dan di saat yang bersamaan ibu datang lagi bersama dengan Gerald" aku tersenyum diakhir kalimatku.

"Oh ya, ini anak aku Gerald" ibu memperkenalkan Gerald oada bapak dan bapak tersenyum "Gagah dan tampan" puji bapak.

Gerald tersenyum mengangguk "Ayah kamu pasti orang yang baik ya?" tanya bapak lagi dan Gerald mengangguk "Sangat baik" balasnya.

"Apa aku bisa bertemu dengan suami kamu? aku mau berterima kasih karena dia bisa mejaga kamu sebaik ini"

Ibu tersenyum "Dia sudah meninggal setahun yang lalu, tapi dia sering bilang kalau suatu saat ada kesempatan bertemu dengan mu dia juga akan berterima kasih padamu Ref" ujar ibu.''

"Oh ya Tuhan ternyata serumit ini jalan ceritanya" ujar Ale polos dan aku mengelus punggungnya.

"Kamu suami Bita?" tanya ayah dan Ale mengangguk.

"Kalian sedang dalam masalah?" Ale bingung menjawabnya.

"Aku mengajukan perceraian untuknya pak" jawabku.

"Yang, kan sudah mau kamu tarik" ujar Ale.

"Belum, karena aku belum menemukan alasan yang pas"

"Kan kamu hamil anak aku"

"Kenapa mau cerai?" tanya bapak.

"Salah paham pak dan komunikasi kami selama ini  kurang baik" Ale yang menjawab.

"Ale kurang tegas jadi suami pak" ujarku dan bapak tersenyum.

"Orang ketiga?" tebak bapak.

"Mantan pacar dia pak, Ale gak selingkuh sih cuma lebih punya waktu aja buat mantannya" ledekku.

"Mantannya belum menikah?"

"Janda ditinggal mati pak" balas Ale.

"Kamu yakin ninggalin anak saya demi janda? yakin kamu mau buat anak saya jadi janda demi janda lain?"

"Gak pak bukan begitu, saya benar-benar gak ada pikiran kesana, saya juga gak selingkuh, saya berniat memperbaiki semuanya, tapi Bita sudah mengajukan perceraian"

"Bita juga masih berhubungan baik kok dengan mantan pacarnya Ref, tapi menurutku kalau Elang ini lebih ke jadi kakaknya Bita, kalau Laras ini yang sepertinya masih belum selesai perasaannya ke Ale, ditambah Ale selalu meluangkan waktu untuk dia dan anaknya, jadilah mungkin berharap" ibu menjelaskan.

"Jadi kamu pilih anak saya apa janda yang mantan kamu itu?"

"Pilih istri saya pak, sungguh saya sudah gak ada perasaan ke mantan saya itu, tapi memang kemarin-kemarin saya yang bodoh karena lebih bisa meluangkan waktu ke Laras dibanding ke Bita, saya minta maaf pak, sungguh"

Bapak tersenyum melihat aksi Ale, aku pun juga sebenarnya aku sudah mencabut rencana perceraian yang aku ajukan, aku hanya meminta tolong pengacara kami untuk tidak memberikan informasi ini ke Ale agar aku tahu sejauh mana usaha dia untuk mempertahakan rumah tangga kami.

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang