15

439 46 5
                                    

✨ Bita

Hari ini aku pulang sangat larut dan tidak bisa menemani pak Dewa pulang dari rumah sakit, ya beberapa hari di rawat disana membuat kondisi beliau kembali stabil dan akhirnya diperbolehkan pulang kembali.

Aku berjalan menuju mobil dan disana hanya tersisa beberapa mobil saja, aku akhirnya segera menyalakan mesinnya tapi sial, ternyata tidak mau menyala.

Aku turun dan mengecek mesinnya, dan aku merutuki diriku sendiri detik ini karena jika Ale mengajari perihal mobil aku selalu malas memperhatikan.

Aku tidak menyerah, aku coba sekali lagi dan tetap tidak bisa, aku akhirnya menelpon bengkel langganan ku, aku tahu ini sudah sangat malam untuk jam kerja mereka, tapi aku berharap masih ada orang yang bisa mereka kirim kesini.

Akhirnya doa ku terkabul setelah beberapa kali dering menunggu, aku menjelaskan kondisi mobil ku dan mengatakan dimana lokasi ku, akhirnya mereka setuju untuk mengirim seorang teknisinya kesini.

Aku hanya perlu menunggu beberapa saat untuk memberi kunci mobil ku pada teknisi itu dan akan pulang menggunakan taksi.

Aku memilih untuk sementara keluar dari mobil dan menutup kap mesin mobil ku dan disaat itu Elang menyapaku "Kenapa Ta?"

"Eh, ini gak mau nyala mesinnya"

"Sini aku lihat" dia berjalan mendekat.

"Aku sudah telpon bengkel langganan ku sih, mereka lagi kirim orang kesini" aku menjelaskan dan Elang mengangguk.

"Gak apa-apa aku tungguin kamu" sambil dia melinting kemeja lengan kerjanya dan kemudian sibuk membuka kap mesin mobil ku.

Aku memperhatikan Elang dari samping, dia nampak fokus pada apa yang akan dia kerjakan, jujur saja aku sempat tertarik padanya saat aku awal-awal kerja disini.

Di mataku dia orang yang pekerja keras tapi tidak semena-mena pada pegawainya, malah dia berhasil merangkul semuanya dan membuat mereka merasa Elang bukan lah seorang atasan melainkan partner tim yang membantu mereka berkembang.

Elang sibuk mengecek mesin mobil ku yang aku sendiri tidak tahu detail itu apa "Aki nya nih kayanya" ujar Elang kemudian dia meminta ijin padaku untuk mencoba menyalakan mobil.

Aku memberi kunci ku dan dia masuk ke dalam kursi kemudi dan beberapa kali hampir menyala tapi selalu gagal.

Dia nampak gemas sendiri tapi kemudian turun lagi "Kita tunggu aja orang bengkelnya kalau gitu"

Aku tersenyum sambil mengangguk kemudian memintanya mendekat sedikit padaku "Kenapa?" Dia tampak heran, tapi tetap tidak mendekat, jadilah aku yang mendekat padanya.

Aku mengeluarkan tisu basah satu tas ku, kemudian mengusapkannya pada dagu dan dahi Elang yang memang sedikit menghitam efek dia membenarkan mobilku.

Dia menatap ku kemudian tersenyum "Mau makan malam bareng?" Tawarnya.

"Aku yang masak buat kamu" imbuhnya lagi.

"Emang kamu bisa masak?" Tanyaku meragukan.

"Eh, jangan nyepelein aku" Elang nampak pura-pura sebal karena aku meragukannya.

"Makanya aku masakin kamu yang cobain, biar bisa aku buktiin" imbuhnya.

Aku tersenyum kemudian melihat jam tanganku "Nanti aku pulangin, janji" dia seakan membaca pikiranku.

"Dari pada naik taksi kan"

"Tapi ongkosnya nemenin kamu makan malam?" Aku mengkoreksi.

"Hei, aku yang masak kamu yang makan Ta" aku tertawa dan dia ikut tertawa.

Pelanggan Rindu [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora