8

556 43 0
                                    

✨ Ale

Aku mencoba menghubungi ponsel Bita karena hari ini dia sama sekali belum mengabari ku, bukan tidak bisa percaya padanya semua baik-baik saja tapi sedari tadi Papa juga tidak mendapatkan kabar apa pun darinya.

Bita sudah seperti anak perempuan papa sendiri jadi wajar saja bagiku kalau papa juga khawatir ketika dia tidak berkabar.

Tadi ponselnya sempat aktif tapi saat ini posisinya malah mati dan tidak bisa dihubungi.

Beberapa menit aku coba lagi dan nyatanya tetap sama, apa dia lupa mengisi daya ponselnya? Padahal pekerjaan nya hampir semua memakai benda itu.

Akhirnya aku mencoba menelpon nomor Elang walau jam sudah menunjukkan tengah malam tapi juga tidak membuahkan hasil.

Aku akhirnya memilih untuk mengirim pesan pada Elang untuk menanyakan kabar Bita.

Tidak lama kemudian Elang yang menelpon ku lebih dulu dan aku segera menerimanya.

"Halo" sapanya.

"Hai Lang, ini Ale sorry tadi telpon"

"Santai Le, ada apa?"

"Kamu tahu Bita dimana?"

"Dia kayaknya tadi keluar sama anak-anak buat makan, terus bilang balik ke kamar buat lanjutin kerjaan"

"Oh, oke"

"Kenapa Le?"

"Gak apa-apa, aku cuma gak bisa menghubunginya hari ini, pasti kerjaan kalian lagi banyak-banyaknya ya"

"Ya gitu lah, dikejar deadline sana sini, besok aku coba cek langsung ya Le"

"Oke Lang, thank you ya"

"Yok" dan setelah itu Elang memutus sambungan telpon kami.

✨ Elang

Aku menutup telpon Ale dan menatap tubuh Bita yang masih terkapar di atas ranjang setelah permainan kami.

Aku berjalan mendekatinya yang tidur terlungkup, merapikan rambut rambutnya yang menutupi matanya.

Aku tersenyum bahagia, akhirnya hari ini datang juga, aku bisa melihat wajahnya dengan sangat dekat dan tidak peduli lagi bagaimana caranya.

Lucu saja, setelah beberapa tahun aku memikirkan cara untuk dapat lebih dekat dengannya, ternyata cara ini yang lebih berhasil.

Matanya mengerjap beberapa kali kemudian dia perlahan membuka matanya yang indah itu.

"Hai sayang" sapaku.

Dia langsung duduk dan memasang mode awas terhadap ku, aku bukannya tersinggung tapi malah tertawa dengan tingkahnya.

"Apa yang kamu lakukan Ta?"

Dia buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut dan sibuk mencari dimana semua pakaiannya.

"Mau balik ke kamar kamu sekarang?" Tawarku tapi dia tidak menjawab.

"Besok pagi saja, aku gak yakin tubuh mu baik-baik saja" dia tetap tidak menanggapi ku.

Aku mendekatinya dan langsung meraih tubuhnya dengan keras untuk menghadap ku "Aku paling benci tidak di dengarkan" ucapku pelan.

Dia tidak mau menatapku tapi tetap mencoba melepas pegangan tangan ku tapi aku makin memegangnya erat.

"Kalau aku bicara tolong dengarkan Ta" aku mencoba mengontrol emosi ku saat ini agar tidak makin menyakitinya.

Mata itu akhirnya menatap ku dan satu tamparan keras mendarat sudah berhasil aku dapatkan.

"Kenapa kamu lakuin ini ke aku Lang? Kenapa aku?" Tanyanya penuh dengan emosi yang berusaha dia tekan.

Pelanggan Rindu [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora