9

491 39 1
                                    

✨ Bita

Aku akhirnya bisa kembali ke kamar hotel ku setelah entah berapa jam aku berada di kamar Elang.

Tubuhku rasanya terlampau ringan saking mati rasanya yang ku dapatkan.

Aku berjalan menuju kamar mandi, aku langsung menyalakan shower disana dan memilih duduk di bawahnya, aku membiarkan air air dari shower yang jatuh membasahi tubuhku, agaknya mereka bisa menghilangkan sedikit bekas Elang disana.

Aku membuka dress ku lebih dulu dan dilanjut dengan semua yang aku kenakan tadi, aku menatap tubuhku sendiri di bawah guyuran air, ternyata begini rasanya jijik menatap tubuh sendiri setelah pelecehan yang aku dapatkan.

Aku melihat beberapa bekas kemerahan bahkan ada yang sudah mulai terlihat membiru berkat pekerjaan Elang.

Aku sudah tidak bisa menangis, entah kenapa, mungkin aku tidak tahu harus menangisi apa lagi.

Aku hanya kecewa Elang bisa bertindak seperti ini, untuk sesuatu yang dia ambil aku tidak terlalu peduli karena bagiku hidup ku memang sudah berhenti ketika ibu meninggalkan ku sendirian, aku hanya melanjutkan hari ini dan menunggu hidupku selesai tanpa aku usai kan lebih dulu dengan caraku.

Kalau bunuh diri tidak dosa, sudah pasti aku lakukan sejak dulu dulu, hidupku sudah hampa walau aku tahu masih ada orang-orang baik yang menyayangi ku.

Elang salah satu yang aku percaya baik, nyatanya tidak beda dengan ibu yang mengecewakan ku.

Bahkan aku sudah berteriak dan memohon belas kasihan darinya tapi dia memilih untuk tuli dan buta.

Entah apa yang aku pikirkan saat ini, tapi rasanya memejamkan mata sebentar di bawah guyuran air membuat ku tenang.

Tubuhku lelah, dan mataku berat, tidak akan ada yang peduli juga saat aku tertidur sebentar dibawah guyurnya.



Aku terbangun dan merasakan tubuhku yang mulai kedinginan, aku segera mengganti ke mode air hangat sekalian aku membersihkan badan dan lanjut tidur di kasur.

Aku mengeringkan rambut ku lebih dulu menggunakan haid dryer yang memang ada di sana.

Dan saat ini lah untuk pertama kalinya aku baru melihat pantulan diriku sendiri, aku sadar ekspresi ku yang seperti ini bukan lah yang seperti biasanya aku pancarkan.

Aku memang tidak bisa selalu ceria di depan semua orang, hanya orang-orang tertentu saja aku bisa, dan kali ini aku merasa diriku benar-benar diliputi rasa kecewa yang sangat besar.

Detik berikutnya aku mendengar ponsel ku berbunyi, aku berjalan meraihnya dan ternyata itu adalah Dimas.

Aku menerimanya "Ya Dim?"

"Kamu  gak sarapan?" Tanyanya.

Aku melihat jam dinding yang ada di kamar ternyata ibu sudah jam 8 pagi, berapa lama aku berdiam diri di bawah guyuran shower?

"Aku sarapan di kamar aja kayaknya"

"Kenapa? Sakit ya? Suara kamu serak"

"Gak apa-apa kecapaian aja"

"Gak ikut kita ke luar lagi? Nanti sore kita udah balik loh Ta"

"Gak deh, aku titip oleh-oleh aja ya, nanti aku chat, aku mau tidur habis sarapan"

"Oke kalau gitu, telpon kami kalau ada apa-apa ya Ta"

"Iya gampang, thanks Dim" setelahnya aku menutup telpon dan meraih telpon kamar untuk meminta tolong front office agar sarapan ku dikirim saja ke kamar.

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang