57

344 34 0
                                    

✨ Bita

Aku akhirnya memakai bikini pilihan Ale dan sekarang aku sedang melihat pantulan diriku sendiri di cermin kamar mandi.

Seumur-umur aku baru memakai pakaian renang seperti ini dan jujur ini membuatku merasa tidak nyaman, walau Ale bilang hasilnya pasti akan baik-baik saja.

Perutku memang tidak menggelambir, aku tidak punya stretch Mark tapi tetap saja aku merasa berbeda karena biasanya aku selalu memakai pakaian-pakaian tertutup, hanya sesekali memakai dress di atas lutut dan baju tanpa lengan itu pun bukan model crop top.

Aku menghembuskan napas kasar mencoba menyemangati diri untuk tidak salah tingkah sendiri ketika nanti aku keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Ale yang sudah menunggu di kolam renang yang ada di bagian depan kamar vila ini.

Akhirnya aku berani melangkahkan kakiku keluar dan menuju Ale, matanya langsung menatapku tapi masih saja protes "Kok pakai bathrobe?" Astaga pria ini benar-benar cerewet dan banyak mau sekali.

"Suka-suka aku lah" dia mendekatiku dengan cara berjalan di dalam kolam dan menuju aku yang masih berdiri di pinggirannya.

"Ayok lepas bathrobe nya Ta terus masuk sini"

"Aku disini aja deh" aku masih melakukan negosiasi dan dia langsung menggeleng.

"Gak ada judulnya berenang kalau cuma duduk-duduk di pinggiran Ta!"

"Ayo" dia meraih tangan ku kemudian tersenyum, dan akhirnya aku melepas bathrobe ku ketika air mulai mengenai kakiku.

"Bentar Le!" aku memastikan bathrobe itu benar ku letakakan di meja yang ada di pinggi kolam dan aku baru turun menujunya yang sudah tersenyum dan melempari ku dengan siulannya.

"Tuh kan cocok buat kamu, makin seksi." Entah ini pujian atau hinaan yang baru saja dia lontarkan tapi apa pun itu membuat bulu kuduk ku langsung meremang karena aku takut.

Aku akhirnya masuk dan tangan Ale langsung meraih pinggangku untuk masuk dalam dekapannya "Le!" Aku menegur.

"Apa?" Balasnya seakan tidak terjadi apa-apa.

"Katanya mau renang? Lepasin!"

"Aku tadi udah renang Ta, kamu mau renang dulu?" Aku menekuk dahiku.

"Pertanyaan kamu tuh apa deh, aku masuk ya buat berenang, mau ngapain lagi?" Aku mencoba menciptakan jarak dengannya tapi tangan Ale makin mempererat dekapannya.

"Kita coba main di sini, seru kalau dibayangin." Bisiknya dengan nada nakal.

"Le......gak usah macam-macam!" Aku berusaha menghindarinya yang mulai menyerang tengkukku.

"Come on Ta, apa kamu gak penasaran juga sama sensasinya?" Bisiknya dan itu membuat bukuku semakin meremang.

Aku mencoba membalik badan dan melepaskan diri dari Ale tapi semuanya sia-sia karena ternyata aku malah makin memberinya akses untuk lebih mengeksplore tubuhku.

Posisi kami sudah berhadapan lagi dan kini Ale mendaratkan kecupan-kecupan di sekitaran leherku dan semakin turun menuju ke belahan payudaraku "Ale stop...." Aku mulai merasa semakin geli.

"Ini akan menyenangkan sayang" bisiknya lagi tapi aku menggeleng.

"Jangan gini please....."

"Kenapa?" Aku menggelengkan kepala.

"Aku gak nyaman" jawabku.

"Akan aku buat nyaman sayang." Dia sudah mengangkat tubuhku untuk dia  sandarkan pada dinding kolam dan kini tangannya mengangkat satu kaki ku untuk ia lingkarkan di pinggangnya.

Dia menahan tubuhku, menguncinya lebih tepatnya sambil menghujani ku dengan ciuman panas ciptaannya, aku kesulitan bernapas.

Aku tahu di bawah sana miliknya mulai tegak karena saat ini aku bisa merasakannya, Ale mulai menggesekkan ke arah lembahku yang masih tertutup celana bikini.

"Kamu bisa merasakannya kan Ta?" Dia memastikan.

Aku sudah tak karuan, rasa takut mendadak semakin tebal menyelimuti ku, aku takut ada yang melihat kegiatan kami ini di lain sisi tubuhku juga rasanya masih pegal akibat ulahnya semalam.

"Le stop....." Aku merintih.

"Kenapa?" Dia makin jadi menggesek.

Aku menggelengkan kepala berharap kesadaran masih setia bersama ku detik ininagar aku tidak begitu saja terlena dengan rencananya nakalnya ini.

"Aku masih lelah" ujarku susah payah dan dia tahu itu.

"Tapi tubuhmu sangat menggodaku sayang, aku sudah gak tahan, rasanya aku ingin melakukannya terus dan terus" aku menggeleng.

"Jangan begini Le, aku malu"

"Gak ada yang melihat Ta"

"Aku akan melakukannya dengan cepat" dan bersamaan dengan itu dia membuka sedikit celanaku dan langsung menghujamnya dengan senjata miliknya, kepalaku otomatis mendongak ke atas akibat serangan ini.

Aku berusaha agar tidak meloloskan satu teriakan dengan cara menggigit bibir bawahku sendiri "Jangan begitu, aku bisa menyerangmu lebih lama kalau kau menggigit bibir mu sendiri"

Kepalaku rasanya pening, tindakannya dan perkataannya sama-sama membuatku tidak baik-baik saja rasanya detik ini aku seperti perempuan yang tidak berdaya karena harus mengikuti permainan yang berusaha dia ciptakan.

Ale semakin intens menyodok ku, tatapannya seakan pasti dan dia memintaku untuk balas menatapnya juga karena sekarang tangannya yang lain susah menarik tengkukku agar kepala ku mau kembali ke posisi semula agar tatapan kami dapat bertemu.

Aku menahan rintihan, matanya datar tidak bisa aku baca, dia seakan diam dan tenang tapi bagian bawahnya sedang menuntut sebuah pelepasan hebat dibawah sana, air kolam ini yang menjadi saksinya.

Kami saling diam, tidak ada lagi yang bersuara dan tatapannya lurus, menembus retina ku, tangannya menurunkan sebelah kain bikini bagian atasku sehingga membuat payudara kiriku keluar dari penutupnya.

Tangannya yang bebas di atas ia gunakan untuk meremas payudaraku yang berhasil ia keluarkan dan satu rintihan akhirnya lolos dari bibirku, aku tidak kuat berlama-lama dalam posisi ini.

Tanganku akan memegang pinggiran kolam sebagai pelampiasanku menahan semua serangan ini tapi lagi-lagi Ale lebih dulu meraihnya dan membawa kedua tanganku dalam kalungan lehernya.

"Bertahan sayang" bisiknya parau.

"Setelah ini aku akan sampai" dia semakin kesetanan dan menambah daya pompa senjatanya di bawah sana, aku kepayahan dan di hentakkan-hentakkam akhirnya lenguhan ku lolos dan bersama dengan itu dia menyemburkan hasil permainannya di dalam ku.

Tubuhku terkulai lemah dan limbung ke arah dada bidangnya, dia perlahan menurunkan kakiku yang tadi dia lingkarkan di pinggangnya, dia masih saja mengecupi ku di beberapa titik tubuhku,

"Benar-benar nikmat Ta, kamu memang selalu memuaskan"

Sebut aku sensitif dan mudah tersinggung tapi detik setelah dia melontarkan kalimat itu, aku merasa menjadi seorang pelacurnya yang handal dalam bekerja.

Aku tidak mau menangis, tidak boleh, aku sudah lelah dikasihani dan mengasihani diriku sendiri, harusnya aku sudah terbiasa kan dengan hal-hal semacam ini, kemarin aku sendiri kan yang bilang kalau anggap saja semua ini adalah bentuk terima kasih ku pada Pak Dewa yang selama ini telah membantuku, terima kasih ku dengan cara menjadi pelacur putranya.

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang