68

365 37 1
                                    

✨ Ale

Aku benar-benar menemani Bita malam ini, dia nampak tertidur dengan nyenyak dan aku sedikit ragu mengelus perutnya, aku menarik napas dalam "Nak, maafin papa ya" air mataku tiba-tiba saja menetes "Papa gak tahu kalau kamu sudah ada di dalam perut mama."

Aku mengusap air mataku dan tercipta pergerakan dari Bita, aku langsung menegakan badanku untuk memastikan apa benar dia yang bergerak, apa aku membuatnya tidak nyaman? dan benar saja Bita sudah menatapku saat ini walau dia masih terbaring "Kamu kenapa Le?" tanyanya dan jujur aku langsung salah tingkah setelahnya.

"Kamu nangis? kenapa?"

Sibuk mencoba menenangkan diri terlebih dulu sebelum akhirnya menjawab pertanyaannya "Aku nyesel kemarin kasar ke kamu sebelum kamu meninggalkan rumah"

"Aku gak sadar kalau saat itu kamu sudah hamil, maafin aku Ta" aku menggenggam tangannya dan meletakkan di depan dahiku, aku menangis kembalo detik ini, tangan yang seharusnya ku lindungi malah kusakiti selama pernikahan kami.

"Aku benar-benar mohon kamu bisa kasih aku kesempatan lagi entah yang keberapa, aku mau membersamai kalaian sampai kapan pun."

Bita terdengar menarik napas dalam "Aku mau kita jeda dulu setelah ini"

"Kamu gak perlu khawatir aku gak bisa jaga anak ini"

"Aku gak mau membohongi diriku lagi, aku gak mungkin bisa langsung baik-baik saja di dekatmu setelah semua ini"

"Oke kalau itu mau mu, aku gak apa-apa Ta"

"Asal jangan menghindariku lagi ya"

"Aku gak mau setiap hari ketemu sama kamu" balasnya.

Kami terdiam beberapa saat sebelum akhirnya aku mengangguk "Ada Lia dia rumah ku, kamu gak perlu mikir aku sendirian, dan soal berhenti kerja, aku akan pertimbangkan, karena aku gak mau kehilangan anak ku lagi"

"Iya Ta, makasih banyak" aku benar-benar tulus mengucapkannya.

Aku menimbang apa akan memberitahunya sekarangg saja tentang informasi yang Elang dapat tadi? meningat ada kemungkinan besk atau lusa Bita sudah diijinkan pulang oleh dokter Gita.

"Ta, aku dan Elang ada kabar buat kamu"

"Kabar apa lagi?"

"Ibu kamu kembali" balasku cepat, aku benar-benar tidak mampu membendung informasi ini lebih lama.

"Maksud kamu?"

"Ibu kamu, tante Reta" aku menjelaskan.

"Kembali kemana? memang dia darimana?"

"Sekarang ada di rumah mu, kamu mau mendengar semuanya dariku atau besok saja dari tante langsung?"

"Katakan aja Le!"

"Tadi waktu Elang memanggilku, dia baru dapat telpon dari Lia katanya ada tamu bernama Margareta Sridewi dan mengakau sebagai ibu kamu, makanya Lia lngsung menghubungi Elang"

"Apa ibu sendirian?"

"Dia bersama anaknya, seorang putra"

"Oh, jadi selama ini tidak mencariku karena punya keluarga baru?" dia tersenyum smirk.

"Aku putarkan aja rekaman dari Elang ya?" aku memutarkan rekaman percakapan antara Elang, Ibu Bita dan adik sambungnya.

Kami menyimak rekaman itu selama beberapa menit, dan setelahnya Bita nampak meneteskan air matanya, aku tahu dia sedang mengatur emosinya, aku mendekat dan menghapus air mata itu dan dia tertenduk di lenganku, aku memebetulkan posisinya dan saat ini dia sedang bersandar di dadaku dengan aku duduk di sampingnya.

"Gak apa-apa kalau mau nangis Ta" aku mengelus punggungnya.

"KIta jadi tahu apa alasan ibu kamu selama ini tidak menjemputmu di panti asuhan"

"Kenapa tidak mengirimi ku kabar sama sekali kalau misal tidak bisa menjemputku?"

"Mungkin mertua ibu kamu memang butuh waktu lama untuk menerima status ibu, dan ibu berusaha totalitas agar ketika saat ini tiba kamu benar-benar dapat diterima di keluarga barunya"

"Aku gak butuh diterima oleh siapa pun Le, dari dulu yang aku rindukan cuma kabar dari ibuku, aku bahkan gak berani berharap ibu masih hidup, aku hanya berdoa yang terbaik untuknya tanpa meminta lebih"

"Dan ya, dia mendapatkan hal-hal yang baik sesuaii doa yang kamu panjatkan"

"Ibu dan adik kamu ada di rumah, menunggu kamu pulang,kamu pasti menerima mereka kan?"

"Kalau mereka tinggal disana aku gak apa-apa Le, tapi kayaknya aku belum siap secepat ini bertemu mereka"

"Kamu butuh waktu berapa lama kira-kira Ta?" Dia tidak menjawab, aku tebak dia sendiri juga belum tahu dengan apa yang pikirannya mau.

"Ya udah kalau gitu jalan tengahnya kamu tetap ikut aku balik ke rumah kita setelah dari sini, ibu sama adik kamu biar di rumah kamu" dia langsung menatapku tidak suka.

"Kok gitu?" Aku mempertanyakan ekspresi yang dia munculkan.

"Aku balik ke rumah ku aja langsung, soal ibu biar aku hadapi"

"Kamu beneran se gak mau itu dekat-dekat sama aku?"

"Kamu kalo banting aku tuh sakit banget walau di atas kasur" balasnya dan aku langsung merasa bersalah lagi.

"Maaf Ta, aku benar-benar kelepasan"

"Kalau kamu balik ke psikiater yang waktu itu bantu kamu gimana Le?"

"Kamu mau aku temui dia lagi?" Dia mengangguk.

"Aku rasa kamu perlu bantuan medis untuk mengelola lagi emosi kamu, tapi kalau kamu mau aja, toh buat kamu sendiri"

"Buat kita kedepannya juga misal kamu berpikir pernikahan kita masih bisa diselamatkan, aku gak mau anak kita tahu ayahnya tempramen dan suka pakai cara fisik untuk menyelesaikan masalah"

Aku mengangguk, menyetujui saran Bita "Oke, besok aku coba hubungi dokter Poppy, aku akan cari sesi yang kosong untuk membicarakan ini"

"Aku gak berharap kita berakhir gak baik Le, tapi jujur, jadi bayangan tuh gak enak banget"

"Mungkin kamu merasa sudah menomorsatukan aku, tapi aku tidak bisa merasakan itu, buktinya hal-hal kecil aja kamu masih bohong kan?"

"Jadi aku gak mau di situasi seperti itu terus, aku mau punya pasangan yang benar-benar percaya padaku dan percaya hubungan kita itu baik"

"Aku tahu Laras bagian dari hidup mu juga walau di masa lalu, tapi aku gak sanggup kalau harus membagi dirimu dengan masa lalu itu"

"Ta, aku benar-benar minta maaf, aku janji aku akan melakukan semua saran mu, memperbaiki diriku, supaya aku bisa lebih stabil melindungi dan memimpin keluarga kecil kita"

"Kamu jangan berpikir aneh-aneh ya mulai saat ini, aku benar-benar sudah memutus semua kontak dengan Laras, tolong kamu percaya lagi ke aku"

"Aku gak mau kalian drop seperti ini, ya?"

Bita menatapku sesaat dengan dalam kemudian menganggukkan kepala "Tolong jangan permainkan lagi kesempatan ini ya Le?"

"Sungguh aku bisa meninggalkan mu dengan mudah kalau itu kamu hancurkan"

Aku mengangguk, meminta ijin padanya untuk memeluknya tapi sayangnya dia tidak mau dan memilih untuk kembali lagi tidur.

Aku gak apa-apa mendapat penolakan seperti ini dari istriku sendiri asal hubungan kami yang tadinya di ujung tanduk mulai kembali ke bagian tengah.

Pelanggan Rindu [End]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz