31

313 41 1
                                    

✨ Bita

Ponsel ku berdering ketika aku baru saja bisa memejamkan mata setelah mengerjakan proyek ku untuk meeting esok hari.

Aku meraih benda itu dan tanpa melihat siapa yang menelpon aku langsung mengangkat nya "Ya?"

"Mbak Bita, ini Tuti, bapak kritis baru saja" kepala ku rasanya seperti disiram es batu satu ember penuh.

Aku langsung terduduk mencoba bernapas sebentar dan setelahnya aku baru membalas Tuti "Oke, saya kesana sekarang, Ale disana?"

"Iya mbak, mas Ale sedang konsultasi dengan dokter bapak"

"Oke oke, makasih Ti, saya tutup ya" aku lalu menutup sambungan telpon itu, turun dari ranjang dan bergegas mencari pakaian yang layak ku gunakan untuk segera ke rumah sakit.



Air mataku seakan tidak mau berhenti turun sejak aku menyalakan mobil dan berkendara menuju rumah sakit.

Aku ingat semua kenangan bersama bapak dan Ale sedari aku kecil, saat bapak masih harus meninggalkan Ale di panti asuhan bersama ku dan hanya bisa sesekali menemui kami, bahkan sampai aku lulus kuliah S2 bapak selalu menemani ku.

Aku tidak tahu sudah berapa banyak doa yang aku panjatkan atas namanya berharap tuhan yang maha kuasa mendengar permohonan ku untuk kesembuhan bapak.

Rasanya semua doa dan perhatian ku selama ini belum cukup untuk menebus segala kebaikannya di hidupku.

Akhirnya aku sampai juga dan aku buru-buru menuju ruang ICU, jam masih menunjukkan pukul 1 dini hari seakan tubuhku disambut oleh hawa dingin yang menusuk rusuk ketika memasuki gedung rumah sakit ini.

Aku mendapati Ale yang sedang memantau bapak dari luar ruangan, ya ruangan bapak adalah ruangan kaca jadi wali dari pasien bisa melihat keadaan orang yang mereka tunggu kabar baiknya.

"Gimana Le?" Tanyaku dan dia menggeleng.

"Maksudnya?"

"Kita berdoa aja ya Ta, yang terbaik buat papa" Ale merangkul ku dan mengelus pundakku dari samping.

Kami sama-sama melihat bapak dari luar ruangan, banyak alat yang menempel pada tubuhnya dan aku juga melihat matanya terpejam.

Tiba-tiba rasa pilu ku datang lagi, aku memeluk Ale benar-benar baru terasa kalau aku hanya punya mereka, bapak dan Ale.

Kalau bapak pergi apa yang aku lakukan? Apa yang kami lakukan? Tidak mungkin kami bisa menjalani hidup dengan mudah.

"Gak apa-apa Ta, kita harus siap dengan segala kondisi, ya?"

✨ Ale

Aku dan Bita menunggu papa di depan ruang ICU, kami sama-sama tertidur di bangku panjang yang khusus digunakan untuk penunggu pasien.

Aku terbangun ketika tidak sengaja kaki ku tersenggol sesuatu, ketika aku membuka mata sudah ada seorang office boy yang sedang mengepel lantai di depan ku sambil meminta maaf karena sudah tidak sengaja mengenaliku.

"Maaf mas" ucapnya dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum.

Setelahnya aku mendapati Bita yang ternyata tidur dengan bersandar di lengan kiriku.

Aku tersenyum menatapnya, matanya nampak lelah, dia sudah menangis sebelum akhirnya tadi tertidur, aku tidak tega membangunkannya jadi ku biarkan saja dulu.

Tapi seorang perawat menemui ku dengan terburu "Dokter Ale, bapak sudah sadar"

"Minta bertemu katanya Ale dan Bita" imbuhnya.

Pelanggan Rindu [End]Место, где живут истории. Откройте их для себя