62

363 42 15
                                    

✨ Ale

Jujur saja, aku terkejut dengan informasi duka yang Laras sampaikan saat ini tapi aku rasanya ingin mengumpat karena sepertinya semesta tidak bisa melihatku sedikit tenang dengan Bita.

"Ras, kami turut berdukacita" ujarku tulus.

"Maaf aku gak ada di waktu terpurukmu"

"Aku sedih Le kamu seperti ini, kamu leboh mentingin hidupmu dan bersenang-senang"

"Siapa yang tahu takdir Ras? bukan salah Ale atau siapa pun" Bita menimpali, akuu tahu saat ini dia sangat kesal dan atmosfer di ruangan ini semakin memanas saja.

"Tapi setidaknya kamu gak perlu melarang Ale buat stop menghubungi aku Ta!"

"Ras, Bita gak melarang ku, kami sama-sama ingin punya waktu yang berkualitas berdua, dan kami sengaja gak kasih tahu siapa-siapa selain rekan kerja kami biar tujuan ku dan Bita tercapai yaitu memperbaiki hubungan kami yang awalnya kurang baik"

"Tapi kamu gak seharusnya mengabaikan panggilangku yang sudah berkali-kali Le"

"Oke aku minta maaf Ras, aku yang salah"

"Sekarang kamu mau apa? semua juga sudah terjadi kan? kami turut berdukacita atas kepergian mama kamu, tapi maaf kalau kamu mau Ale menemani mu dalam masa duka ini, aku gak kasih ijin" ujar Bita dan setelahnya dia kembali masuk ke dalam menuju kamar kami.

Aku mengejar Bita, sebelum jauh berjalan aku langsung meraih tangannya dan mengajaknya bicara di tengah lorong "Kamu ini kenapa?"

"Kamu yang kenapa? kamu mulai goyah kan sama prinsip kamu sendiri? kenapa Le? karena ada yang meninggal jadinya kamu mau melonggarkan prinsip yang  kamu buat sendiri?"

"Ini mama Laras meninggal Ta bukan sakit atau yang lain"

"Iya aku tahu terus apa?"

"Kamu benar-benar gak bisa mentolerir hal ini?"

"Mentolerir bagaimana maksudmu? sekarang Laras kesini pun tujuannya apa selain memberi informasi ini? Dia berharap apa dari kamu setelah kamu tahu informasi ini?"

"Seenggaknya jangan bicara kasar ke dia, dia lagi berduka"

"Oh sorry aku nyakitin masa lalu mu ya? aku memang  gak tahu diri" dia akan meninggalkan ku tapi aku menahannya.

"Jangan bahas hal itu lagi Ta"

"Jangan pernah menemuinya sampai keadaan dia tenang dan bisa menghargaiku atau kita lebih baik bercerai aja?" dia melemparkan pilihan.

"Cerai? gini aja kamu melempar opsi cerai ke kita?"

"Gini aja?" dia seakan tidak percaya.

"Hal-hal gini aja yang selalu membuat hubungan kita terhambat Le!"

"Sekarang minta dia pulang atau aku sendiri yang akan menyeretnya keluar" Aku menatapnya tidak percaya.

"Kenapa belum gerak sayang? mau aku aja yang melakukannya?" dia  menawarkan, aku menghela napas lelah dan akhirnya berjalan kembali menuju ruang tamu.

"Sayang, jangan ada pelukan, elusan, ciuman, aku gak mau berbagi semua itu dengan wanita lain" ujar Bita lagi.

.

✨ Bita

Keesokan harinya aku mulai kembali bekerja, ditengah merevisi pekerjaanku sebuah notif di ponselku muncul, ituu notif pergerakan dari ponsel Ale, anggap aku gila tapi aku benar-benar ingin tahu sampai sejauh apa dia akan berubah lebih baik dan tidak membohongiku apalagi terkait Laras.

Aku melirik jam, belum jam dia untuk praktek hari ini dan aku memutuskan untuk mengikuti pergerakan itu sendirian, aku langsung sengaja memesan taksi online agar tidak ketahuan, dan tidak perlu menunggu waktu yang lama aku pun sudah mendapatkan taksi itu.

Pergerakan itu semakin meyakinkan ku kalau dia menuju suatu tempat yang cukup familiar untukku, benar saja dia ke rumah Laras sendiria, aku tersenyum remeh kemudian membuang napas malas.

Aku melihatnya mengetuk rumah Laras dan disambut sendu oleh si pemilik rumah, Laras langsung menangis dan memeluk Ale erat, Ale membalas pelukan itu, apa yang kulakukan? oh tentu mengabadikan momen manis mereka, siapa tahu besok Ale mau menikahinya dan potret itu bisa menjadi hiasan manis di dinding rumah mereka.

Bunga, Ale membawakan bunga untuk Laras, oh aku bahkan lupa kapan terakhir kali suamiku itu memberikan bunga untukku, aku melempar tubuhku untuk bersandar di jok kursi taksi ini sambil menertawai kelakuan suamaiku sendiri.

Aku meminta sopir taksi ini untuk menungguku sebentar karena aku akan turun dan tadi aku sudah menawarkan pada si sopir untuk mengantarku pergi dan pulang untungnya dia mau.

Aku turun dan berjalan menuju rumah Laras, memencet belnya dan disana asisten rumah tangga Laras yang membukanya, dia nampak terkejut tapi aku langsung masuk tanpa permisi lagi "Dimana nyonya kamu dan suami saya?" dia tidak menjawab tapi aku langsung menuju ke satu ruangan, tempat kerja Bima, aku tahu Laras sering menghabsikan waktu disana.

Aku akan berjalan masuk dan aku berpapasan dengan Sandra "Bita?" sapanya sedikit terkejut dan aku meletakkan jari telunjuk ku ke depan bibir kemudian perlahan membuka pintu ruangan ini.

Rasanya ingin mengumpat, bertepuk tangan, dan menendang dua orang ini dalam waktu yang bersamaan karena kami sedang melihat Ale dan Laras yang berciuman dengan sangat intens "Ras!" suara Sandra yang akhirnya menegur mereka, dan seketika dua orang itu langsung menghentikan aksinya, mata Laras melotot ke arahku dan setelahnya Ale berbalik badan dan tatapan mata kami bertemu.

Aku tersenyum sambil melambaikan tanganku padanya seakan menyapa mereka "Ta? Aku bisa jelasin" dia buru-buru mau mendekatiku.

"Aku tunggu di rumah, kita selesaikan disana saja" ujarku sambil berlalu meninggalkan ruangan ini.

Aku berhenti sebentar tepat disamping Sandra yang nampak masih shock "Tolong jaga teman kamu ya, saya takut banyak suami orang yang jadi korban" setelah itu aku tersenyum dan benar-benar pergi dari tempat ini, Ale mati-matian mengejarku tapi aku  menampik tangannya dan tetap masuk kembali ke taksi yang tadi aku pesan.

"Tolong jalan ya pak" Ale menggedor kaca samping tempat duduk ku tapi pandanganku tetap lurus kedepan dan sesaat kemudian taksi ini jalan meningglkan Ale yang masih mengejarnya.

Apa rasanya sakit? tentu saja sakit! sakit sekali!

Berkali-kali aku memberikan kesempatan untuknya dan berkali-kalii juga dia sia-siakan, aku kadang berpikir aku juga seharusnya tidak seserius ini untuk berusaha selama ini, aku merasa bodoh detik ini dan sepertinya akan merasa bodoh sampai kapanpun setelah kejadian ini.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now