72

727 45 3
                                    

✨ Ale

Aku masih bengong seperti orang bodoh, mencoba memahami semuanya dengan perlahan, sampai tepukam Bita di bahuku membuyarkan pikiran sibukku.

"Gak kerja kamu?" Aku menghela napas dalam, dan setelahnya malah membaringkan diriku di ranjang sambil sibuk menatapi langit-langit kamar.

"Kamu kenapa gak bilang ke aku Ta kalau selama ini kamu sudah tahu siapa bapak kandungmu?" hatiku masih kesal mengetahui kenyataan ini.

Kini giliran Bita yang menghela napas panjang "Memang mau apa kamu Le kalau sedari dulu aku kasih tahu informasi ini?"

"Ya aku bakal bantu kamu untuk kasih tahu informasi penting ini ke bapak kamu Ta"

Bita malah tersenyum simpul sambil menatapku "Yakin kamu?"

"Iya lah" jawabku ke lewat percaya diri.

"Gak, waktu itu kamu sudah terlalu sibuk dengan dunia kamu sendiri Le, aku yakin membantuku melakukan hal besar itu tidak akan pernah terwujud kalau dari dulu kamu tahu"

"Lagi pula saat itu bapak masih bersama dengan istrinya, pikiranku keluarga kecil mereka bahagia, jadi aku gak mau merusak kebahagian itu hanya untuk memenuhi ego ku"

"Intinya aku gak tega mengorbankan hati beberapa orang hanya demi memuaskan diriku sendiri, terlalu jahat Le" dia tersenyum miris dan kini sudah duduk di tengah ranjang, aku menyusulnya untuk duduk juga dan mengambil tangan kirinya untuk kubawa dalam genggaman ku.

"Kamu sadar gak Ta? kamu tuh jahat ke diri kamu sendiri?" dia mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaanku.

"Kamu selalu merasa gak enak dan takut menyakiti hati orang lain tanpa mau mikir ulang diri kamu sendiri kedepannya akan seperti apa kalau kamu terus-terusan berkorban."

"Itu yang selalu papa khawatirkan Ta, papa takut kalau waktu datang untuk selamanya pergi kamu akan mudah dimanfaatkan oleh orang lain."

"Sebenarnya papa juga gak se random itu meminta aku menikahi mu, papa sayang kamu dan papa tahu aku sayang kamu sedari lama, sayangnya selalu aku pungkiri saja, dan papa tahu orang tepat untuk ku cuma kamu, tanpa papa tahu kalau ternyata aku ini banyak sekali kurangnya untuk dirimu yang sempurna."

"Aku lega kita menikah, aku lega Elang mengambil keputusan untuk tidak meanjutkan tanggung jawabnya dengan mengajak kamu menikah, aku tahu bukan proses yang mudah untuk kita semua bisa sampai di titik ini, tapi rasanya semua lelahku kini ada ujungnya Ta."

"Aku lelah menyangkal perasaanku untukmu dan berujung aku bisa menikahimu walau peranku dipernikahan ini belum sempurna dan utuh."

"Aku lelah dengan Laras yang membayangiku" aku tersenyum sebentar sebelum melanjutkan kalimatku "Sebenarnya aku selelah itu menghadapinya, dan berkat keberanian mu keluar dari zona nyaman yang biasa kamu tempati aku juga berhasil mengambil keputusan untuk tidak mempersulit diriku sendiri lagi"

Bita tersenyum "Makasih sudah berani menyadarkan kalau keluarga itu harus utuh agar tidak mudah rapuh."

"Aku sadar Le, kita bukan orang yang punya background keluarga utuh, harmonis dan baik, maka dari itu aku benar-benar berpikir ulang ketika papa meminta kita menikah, rasanya hanya akan ada 2 pilihan kedepan, kita sama-sama hancur atau benar-benar sukses membangun keluarga yang bahagia."

"Jujur, aku lelah hanya menjadi bayangan di hidupmu, menjadi pilihan kedua mu untuk apa pun itu, dan aku sadar kalau status baru kita ini bisa memberiku power lebih untuk mengambil keputusan dan bertindak."

"Dan ternyata diriku ini ingin merasakan namanya menyentuh bahagia yang utuh, aku ingin suamiku benar-benar merasakan hidup dan menjadi nadi di keluarga ku, aku ingin bapak ku tahu kalau aku ada, jujur kalau soal ibu aku benar-benar tidak pernah mendapat informasi apa pun."

"Dan saat kemarin dia datang aku baru percaya dengan yang namanya keajaiban"

"Di sisa hidupku awalnya aku hanya mau  menghabiskannya sendiri saja agar aku tidak membebani siapa-siapa, tapi ternyata rencana Tuhan adalah rencana yang paling baik dan indah"

Aku memeluknya, aku tahu dia sudah menangis bahagia saat ini "Makasih sudah menjaga baik anak kita Ta, makasih kamu tidak menjadi ibu yang egois"

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk akrab dengan bapak dan ibu, agar anak kita tidak asing dengan kakek dan neneknya, aku benar-benar butuh waktu untuk menghadapi ini semua" dia mengangguk "Aku juga Le"

"Tolong janji ke aku kalau kamu benar-benar gak akan mengulang tindakanmu yang semaunya sendiri itu di hubungan ini, jujur tangki kesabaran ku melihat mu meluangkan waktu untuk wanita lain sepertinya sudah akan habis setelah ini"

Aku semakin mempererat pelukan ke Bita, rasanya aku benar-benar takut membayangkan jika dia tidak lagi ada dalam bagian hidupku.

"Maafin aku Ta, aku benar-benar mau memperbaiki semuanya"

"Tolong beri aku kesempatan Ta"

.

✨ Bita

Aku tersenyum saat dia telah menyandarkan kepalanya ke pundakku lagi, rasanya sejak kami kenal pun dia tidak pernah bersikap semanja ini, detik ini aku merasa dibutuhkan, dibutuhkan oleh Ale, cinta pertamaku yang ternyataku sering aku rindukan.

Aku menghela napas, baru sadar kalau aku sudah terlalu lama meninggalkan bapak dan Ibu, aku rasa mereka akan canggung jika aku memilih tidak muncul di antara mereka lebih lama dari ini "Cepat berangkat ke rumah sakit Le, kita harus lebih banyak nabung buat lahiran anak ini"

"Anak kita Ta" tegurnya.

"Iya anak kita"

"Berarti kamu mau kan batalin perceraian kita?"

"Kamu masih mau aku nafkahin kan?"

"Sebenanya aku masih punya cukup tabungan walau aku resign, dan wow ternyata bapak kandungku cukup kaya jadi kalau cuma gak punya nafkah suami aku gak masalah"

"Ta........."

"Bekerja salah satu usaha mempertahankan rumah tangga Le, dan kamu mulai malas melakukan itu!"

Dia langsung bangkit berdiri dan hormat kepadaku "Demi kehidupan baik istri dan anakku, aku akan membanting tulang lebih keras, bekerja lebih cerdas dan menabung lebih banyak" aku menggeleng kecil melihat tingkahnya sampai satu ketuka terdengar di kamar ku.

Ale berjalan dan membuka pintunya, dia mendapati Ibu yang sedang membawa telpon rumah "Dari rumah sakit, buat dokter Ale"

"Makasih bu" Ale mengangguk kemudian meraih telpon itu dan dia nampak serius menjawab telpon yang memang untuknya itu.

"Oke saya meluncur sekarang, tolong atasi dulu sebaik mungkin" Ale mematikan telpon itu kemudian menciumku "Doakan aku setelah ini ada operasi darurat, jangan lupa minum vitamin dan istirahat, nanti malam aku bawaka makanan yang kamu mau, chat aku aja, bye cinta!" dia kemudian keluar kamar dengan sedikit berlari, aku mendengar dia pamit kepada bapak dan ibu dan tak lupa juga ke Gerald.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now