39

312 38 0
                                    

✨ Ale

Malam ini sangat meriah, pernikahan kami meriah dengan banyak tawa yang terhias di dalamnya, memori indah untuk dikenang.

Aku melihat Papa tampak bahagia keinginannya bisa kami wujudkan walau papa harus duduk di atas kursi rodanya.

Berkali-kali aku memastikan Bita juga bisa menikmati pesta pernikahan kami ini, walau tidak banyak mengundang orang tapi menurutku pesta kami cukup meriah.

Tadi Elang sempat datang dan menemui Bita lebih dulu sebelum kami masuk ke hall untuk resepsi pernikahan ini.

Tatapan mata Elang berbinar hari ini tapi aku tahu disana juga masih ada kesedihan untuk merelakan wanita yang dia cintai menjadi pendamping hidup pria lain.

Beberapa kali aku meremas telapak tangan Bita memastikan dia baik-baik saja, awalnya aku merasa ini hanya soal dia meninggalkan Elang tapi aku juga baru tersadar kalau menikah adalah hari yang penting bagi sebagian orang terutama wanita, dan aku yakin dia menginginkan ibunya bisa hadir di hari istimewa nya ini.

✨ Bita

Hari ini adalah salah satu hari spesial di hidupku, sedari tadi aku tersenyum memandang interaksi para undangan yang menikmati acara kami, tapi tidak kupungkiri kalau saat ini aku merasa sepi dan sendirian.

Ibu, sosok itu yang selalu aku harapkan akan ada di momen penting ku ini, sampai detik ini terjadi pun aku tidak tahu dia dimana, dia masih hidup atau tidak, ibu benar-benar pintar menghilang tanpa jejak.

Aku memandangi dress pernikahan ku yang anggun, hampir sama persis dengan gaun impian ku sewaktu aku masih kecil.

Kala itu aku tidak sengaja melihat sebuah dress anak-anak yang sangat anggun, sepertinya itu dress untuk pesta ulang tahun.

Ibu tahu aku mengagumi dress itu dalam dia, sorot mataku tidak bisa berbohong ketika memandangnya.

Dan suatu ketika ibu pulang membawa beberapa bahan kain, dan mengajak ku untuk mengukur badan.

Ibu setiap pagi memang bekerja di tempat konveksi bagian menjahit, ibu juga punya mesin jahit tua karena dia memang suka jahit-menjahit.

Aku sangat bahagia ibu dengan segala usaha dan cintanya mampu membuatku gaun yang sama persis dengan yang aku inginkan.

"Besok Bita mau menikah dengan pangeran pakai gaun ini, buatan ibu" itu kalimat yang aku ucapkan sehingga membuat ibu tersenyum.

Sekarang aku sudah menikah, dengan gaun impian ku walau itu bukan buatan tangan ajaib ibuku, tapi tetap tidak lengkap karena satu-satunya orang yang aku punya di dunia ini tidak hadir menjadi saksinya.

"Ta, kamu capek?" Suara Ale membuyarkan pikiranku sendiri.

Aku menoleh padanya kemudian mengangguk singkat "Minum dulu ya, aku gak mau kamu kelelahan" dia menyodorkan segelas air mineral dalam kemasan kemudian seorang tim WO yang menjadi asisten ku juga siap memberiku sepiring kecil makanan.

"Makan dulu mbak gak apa-apa, sudah datang semua kok tamunya" ujarnya memberi informasi, aku mengangguk dan segera menerima piring darinya "Makasih ya" ujarku dan dia mengangguk.

✨ Ale

Akhirnya acara kami selesai dan kami bisa membersihkan diri di kamar hotel, ya aku dan Bita masih stay di hotel sedangkan Papa memilih untuk langsung pulang dan beristirahat di rumah.

Aku melihat Bita yang baru saja keluar dari kamar mandi, walau kami bersama sejak kecil tapi rasa akward itu pasti ada ketika aku menyadari status kami sekarang sudah suami istri.

Dia tidak mengatakan apa pun, langsung duduk di depan cermin sambil mengeringkan rambutnya yang basah karena memang seharian ini dia mengenakan hairspray dan pasti dia keramas untuk membuatnya normal kembali.

Bita duduk dengan santai sedangkan aku mencoba biasa saja tapi ternyata susah, Bita mengenakan pakaian baby doll biasa dengan celana panjang.

Dia nampak akan meraih hair dryer dan aku membantunya "Aku bantu" ujarku, dia menatapku sesat tapi akhirnya menyerahkan benda itu padaku.

Aku mengeringkan rambutnya sedangkan dia menyisir bagian lain yang masih basah, dia tidak bicara satu kata apa pun dan ini membuat suasana menjadi semakin akward.

"Kamu mau pesan sesuatu?" Aku menawarkan dan dia menggeleng.

"Sudah kenyang?" Dia mengangguk.

"Apa yang lagi kamu pikirkan Ta? Coba kasih tahu ke aku"

"Aku cum keinget sama Ibu" balasnya, benar dugaan ku.

"Tadi lihat bapak bisa tersenyum bahagia aku jadi kepikiran aja Le, apa ibuku juga akan tersenyum seperti itu kalau bisa melihat anaknya menikah"

"Kamu mau kita cari ibu lagi?" Aku menawarkan.

Dia melihat ku dari pantulan cermin kemudian tersenyum "Bertahun-tahun aku masih mencarinya dan memang gak ada perkembangan informasi yang aku dapat"

"Mungkin ibu memang gak mau aku temukan makanya selama ini jalan ku ya cuma di tempat dan gitu-gitu aja" dia tersenyum.

"Sudah sini hair dryer nya, kamu mandi aja nanti makin malem" dia merebut hair dryer dari tanganku.

"Aku bantu sampai kering Ta"

"Udah mandi aja sana" dia tetap kekeuh memintaku untuk segera mandi.

Akhirnya aku mengalah dan memberikan hair dryer itu kepadanya, berjalan menuju kamar mandi tapi aku berhenti lagi dan berkata pada Bita.

"Ibu juga pasti akan bahagia di hari pernikahan kamu Ta"

Dia tersenyum kemudian mengangguk untuk membalas pernyataan ku barusan.

"Iya"



Setelah aku mandi, aku sudah mendapati Bita yang tidur di atas ranjang, dia nampak sudah terlelap dan pulas.

Aku perlahan menaiki ranjang kami agar tidak menganggu tidur malamnya, memandangnya sebentar kemudian jadi salah tingkah sendiri dengan kondisi kami saat ini.

Jujur aku tidak tahu harus bagaimana dengan Bita setelah pernikahan ini, aku tahu dia masih ada hati dengan Elang walau mereka sedang berusaha untuk sama-sama menghilangkan nya.

Aku takut salah bertindak pada Bita, kalau aku menyentuhnya langsung sebagai layaknya suami istri seperti aku tidak menghargai usaha Elang dan Bita.

Tapi juga akan akward jika kami harus saling diam dan canggung ketika tidur di atas ranjang yang sama.

Aku benar-benar merasa apa yang aku lakukan saat ini adalah hal baru dalam babak kehidupan ku.

Tidak pernah sebelumnya aku berpandangan akan menikah dengan sahabat ku sendiri, aku kira akan berjalan biasa saja nyatanya saat ini aku sendiri yang salah tingkah dan merasa segala pergerakkan ku menjadi serba salah. 

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang