12

464 44 4
                                    

✨ Elang

"Ale nginap sini?" Tanyaku dan Bita mengangguk.

"Aku tadi bawa buah dan beberapa makanan, mau aku kupas kan atau aku bantu taruh di kulkas?" Tawarku.

"Ada buah apa?" Tanyanya.

Aku tersenyum kemudian mengambil bungkusan yang aku bawa "Apel, strawberry, anggur, melon, buah naga"

"Kamu mau dagang buah?" Dia tertawa dan aku tertegun mendengarnya.

"Sini aku bawa ke dapur dulu" dia meminta tas itu kemudian membawanya berjalan menuju dapur.

Aku mengikutinya sambil membawa tas bingkisan yang lain untuk ku letakan di dalam kulkas.

Bita nampak mengeluarkan semua buah dan memindahkannya ke dalam sebuah mangkok, kemudian mencuci bersih menggunakan air mengalir di wastafel dapurnya.

"Aku yang kupaskan aja, kamu tadi diminta Ale minum obat kan?" Aku meningkatkan dan dia mau memberi buah dan pisau itu padaku.

Dia berjalan mengambil kotak obat yang ada di dekat meja makan, sepertinya memang sudah disiapkan disana.

"Kamu gak perlu repot-repot kayak gini Lang" ucapnya tiba-tiba saat aku sedang memotong apel.

"Aku gak repot, aku cuma memastikan keadaan kamu"

"Maaf kalau aku ganggu waktu mu sama Ale" imbuhku.

Dia tersenyum kemudian menggeleng "Aku dan Ale sudah seperti saudara, agak aneh kalau orang menganggap kami lebih dari itu"

"Aku takut kamu sayang ke Ale lebih dari seorang saudara Ta"

Dia menatapku "Aku baru mau usaha buat bisa lebih dekat sama kamu tapi kalau Ale diam saja sudah bisa dapat atensi kamu, aku bisa apa?"

Dia merapikan kotak obatnya "Aku gak pernah nutup kemungkinan buat memulai hubungan dengan siapa saja Lang, tapi kalau Ale aku pun tahu dia masih ada rasa ke Laras, tadi sudah lihat sendiri kan buktinya?"

"Aku gak cukup punya energi hanya untuk menghabiskan sisa hidup bersama orang yang rasa cintanya untuk orang lain tapi dia sangkal"

"Ale gak nikahin Laras karena Bapak gak ngebolehin, menurut bapak Laras bisa melanjutkan hidup tanpa Ale dan dia bertemu Bima, sayangnya Bima beberapa bulan lalu meninggal"

"Dan kayak yang kamu dengar sendiri tadi, sampai kapan pun Laras yang akan lebih membutuhkan Ale bukan aku"

"Aku gak ada waktu untuk menangisi diriku sendiri seandainya aku pilih Ale untuk menghabiskan hidup"

Aku meletakan pisau yang ada di tanganku kemudian menyodorkan mangkuk berisi apel pada Bita.

"Jadi aku punya kesempatan?" Tanyaku to the point.

"Ya" dia mengangguk.

"Tapi aku rasa aku butuh waktu untuk baik-baik saja dulu Lang"

"Aku gak mau takut sama kamu, aku mau hubungan kita lebih baik" Aku mengangguk.

"Ya, aku tahu, kamu butuh itu"

"Maaf ya Ta, aku lepas kendali dan pakai cara kotor"

"I'll be fine Lang"

"Tapi tolong aku buat sembuh juga ya" aku mengepalkan kedua tanganku, rasanya detik ini aku ingin menghajar diriku sendiri melihatnya setegar ini.

"Kamu boleh pukul aku Ta, apa pun itu kamu boleh, aku pantas dapat yang lebih buruk karena perbuatanku"

"Aku gak mau balas atau menghukum kamu kamu Lang, aku cuma mau kita kembali seperti semula, baik-baik aja"

"Biar waktu yang bantu kita pilih sama-sama, ya?"

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang