43

356 37 3
                                    

✨ Bita

Aku memasak makan malam untuk Ale dan Elang, tentu saja ditemani oleh Tuti tapi memang aku lebih banyak duduk dan menuntun Tuti untuk melakukan ini itu.

Ale belum pulang, tapi rasanya sebentar lagi dia akan sampai rumah, katanya tadi dia sudah menyelesaikan operasi kedua lebih cepat dari perkiraan.

Elang? Dia duduk di ruang tv untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri, hampir setengah hari dia membantu pekerjaan ku yang memerlukan revisi di beberapa poin.

"Nyoya, rasanya begini?" Tuti memintaku mengkoreksi rasa semur buatan kami.

"Kurang mantep Ti, sini coba saya tambah kaldunya sedikit aja" aku berdiri dari dudukku, kemudian mendekati ke kompor dan mencoba membetulkan rasa masakan ini.

"Kamu coba deh" aku meminta Tuti kembali merasakan dan dia mengangguk ketika rasa yang baru sudah berhasil dia cecap.

"Yang ini mantap nyonya!" Ujarnya sambil mengacungkan jempol padaku.

"Sudah berapa kali saya bilang gak usah panggil nyonya? Mbak Bita aja" aku sedikit kesal.

"Gak sopan nya"

"Gak ada, pokoknya mbak Bita aja Ti" aku berjalan kembali ke kursi, tapi sebelumnya aku ingin membuka kulkas dan mengambil apel disana.

Setelah mendapatkan yang aku mau, aku mengambil pisau dan mulai mengupasnya, entahlah tapi aku tidak suka memakan apel langsung bersama kulitnya.

Aku mengupas kulitnya tapi ternyata pisau ini berhasil melukaiku, aku otomatis menjatuhkan pisau itu dan detik selanjutnya seseorang sudah meraih tanganku yang tadi terkena gores pisaunya.

Ale sudah meraih tanganku dari belakang, mengeceknya kemudian menyesap darah yang mulai mengalir keluar.

Tatapannya nampak tidak suka dan aku sadar kali ini aku melakukan kesalahan, dia memposisikan aku duduk di meja makan, terlalu cepat untuk mengambil kotak P3K yang ada di dekatnya.

Dia duduk di sampingku dan dengan telaten membalut luka ku yang menurutku hanya goresan kecil.

"Mulai detik ini aku mau kamu gak berhubungan dengan pisau Ta, kalau butuh apa-apa bilang ke yang lain" ujarnya.

"Hanya tergores Le"

"Aku tetap tidak suka walau hanya tergores" nadanya terdengar final seakan tidak bisa didebat.

"Terakhir kamu pegang pisau, jiwaku seakan pergi meninggalkan badanku beberapa saat" aku tahu maksudnya, ini mengingatkannya pada tindakan ku tempo hari, percobaan bunuh diri di depannya dan juga Elang.

"Maaf" ujarku.

"Duduk disini, biar aku yang mengupas apelnya buat kamu" setelahnya di kembali ke dapur tanpa berkata apa-apa lagi.

Aku menatap plester luka di jari ku, sepertinya dulu yang lebih sering menempel plester ini ke hampir semua kaki, tangan dan wajahnya.

Kami melewati makan malam dengan baik, setelah itu Elang berpamitan untuk pulang sedangkan Ale kini sibuk membersihkan diri, ya tadi dia memilih untuk makan malam dulu baru mandi karena sudah terlalu lapar.

Aku sudah siap akan tidur di atas ranjang sampai Ale belum menyelesaikan mandinya "Apa dia baik-baik saja?" Batinku tapi aku mencoba untuk tidak ambil pusing karena kantuk ku berhasil mengambil alih semua atensi ku dan aku memilih untuk tidur lebih dulu tanpa menunggu Ale.

Aku tidak tahu aku sudah tertidur berapa lama, tapi saat aku terbangun karena suara berisik dari kamar kami hari masih terlihat gelap.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now