52

338 37 3
                                    

✨ Bita

Aku akhirnya pulang ke rumah sebelum senja benar-benar tenggelam dan tidak menemukan Ale di rumah, aku menuju dapur dan melihat Tuti yang sedang menyiapkan bahan untuk dimasak.

"Biar aku saja yang masak Ti malam ini" ujarku.

"Non Bita gak apa-apa?"

"Memangnya saya kenapa?" Tanyaku balik.

"Tadi sama mas Ale saya diingatkan buat minta non Bita istirahat aja"

Aku tersenyum "Saya baik-baik aja, kamu bisa urus pekerjaan lain, masak biar saya yang urus"

Setelah memastikan Tuti meninggalkan dapur, aku menggulung lengan bajuku agar memudahkan ku untuk bergerak saat memasak.

Aku memotong daging menjadi potongan dadu kemudian memasukkan ke dalam rebusan air mendidih dilanjut dengan menutupnya beberapa saat.

Aku kembali lagi ke meja dapur untuk mengiris bumbu-bumbu yang akan aku gunakan, aku akan membuat garang asam saja untuk makan malam.

Sebelumnya aku memastikan kembali kalau Tuti sudah selesai menanak nasi agar aku tidak perlu memasak nasi lagi.

Baru aku akan kembali memegang pisau sebuah tangan sudah mengehentikan aksi ku "Sudah kubilang aku tidak mau melihat mu menyentuh benda ini lagi sayang" Ale sudah muncul di hadapanku, entah kapan datangnya.

Aku tidak menanggapinya dan mencoba melanjutkan pekerjaan ku agar cepat selesai dan bisa makan malam, terserah dia mau makan malam dimana aku tidak peduli.

"Aku sungguh-sungguh Bita" kali ini Ale sudah langsung mengambil pisau itu kemudian membuangnya jauh ke lantai.

"Aku butuh benda itu untuk bisa memasak"

"Apa yang kamu takutkan Le?" Tanyaku remeh.

"Takut aku bunuh diri? Menyakiti diriku sendiri?" Aku memastikan.

"Bukankah tugas itu sudah kamu ambil alih?" Rahangnya mengeras, aku tahu dia mulai emosi mendengar semua cercaan ku tapi masih dia tahan.

"Kamu kira menyakitiku seperti kemarin tidak lebih kejam daripada bunuh diri?" Tanyaku.

"Kemarin aku sudah mati Le, benar-benar mati, di tangan mu"

Tangannya meraih rahangku dia mencari celah di mataku apakah saat ini aku hanya sedang bercanda dengannya.

"Kamu......" Serunya menahan amarah.

"Apa? Aku kenapa?"

"Sejak kapan kamu bersikap seperti ini Ta?"

"Seperti apa maksudmu?"

"Liar, seperti tidak punya aturan" balasnya dan aku tersenyum.

"Entahlah, mungkin sejak suamiku yang seharusnya menuntunku ke jalan yang benar malah sibuk dengan wanita lain"

Dia memberiku ciuman ganas dan terburu setelah aku menyelesaikan kalimatku, tangannya menekan tengkuk ku agar dapat memperdalam ciuman ini.

Aku tidak boleh melawannya, aku harus mengimbanginya agar aku tidak semakin terpuruk.

Aku membalas ciuman brutalnya, kali ini malah mengalungkan tangan ku pada lehernya seakan mempersilahkan dia melakukan lebih kalau dia mau melakukannya.

Tangan Ale yang bebas langsung mematikan kompor yang masih menyala, dia berbisik "Apa harus ku lakukan disini? Kita pantas mencobanya disini"

Aku tersenyum sinis "Kamu boleh menyetubuhi ku tapi jangan sampai tubuhku menjadi tontonan orang lain sayang" balasku.

Pelanggan Rindu [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora