45

316 36 6
                                    

✨ Bita

Ale sudah pulang ke rumah dari semalam, dan pagi ini kami sarapan bersama seperti hari-hari sebelumnya.

"Masih capek ya?" Tanyaku dan dia mengangguk.

"Tidur lagi aja setelah ini, toh hari ini kamu dapat jatah libur"

"Iya, ngantuk banget tapi kangen makan bareng kamu jadi aku tahan-tahanin" aku tersenyum mendengar gombalannya.

"Beneran Ta, seminggu kemarin aku makan bareng orang-orang tua padahal di rumah ada istriku yang cantik yang makan sendirian"

"Udah udah gak usah gombal kamu, aku jadi neg mau tambah makan"

"Eh, makan lagi, udah deh aku diem" ujarnya dan aku menahan tawa.

"Oh ya, kamu ada oleh-oleh gak buat Laras?"

"Ada, buat Lemba juga"

"Kenapa Ta?"

"Mau sekalian titip ke aku? Nanti siang aku ada makan bareng klien di tempat Laras kalau jadwalnya sesuai"

"Oh ya? Boleh deh, aku ambilkan setelah kita makan"

"Oke"



Siang harinya aku benar-benar makan siang dengan klien di resto milik Laras, meeting santai ku berjalan lancar dan tanpa kendala.

Sampai akhirnya klien ku berpamitan lebih dulu karena akan ada jadwal lanjutan yang harus ia selesaikan hari ini.

Setelah klien ku pergi aku mengambil dua paper bag yang berisi oleh-oleh dari Ale untuk Laras dan juga Lemba.

Aku bertanya kepada salah satu pegawai di resto ini tentang dimana sekarang Laras berada dan pegawai itu memberitahu bahwa Laras sedang berada di taman belakang, dia baru saja selesai dari dapur mungkin sekarang dia break sebentar.

Karena menurutku itu tidak akan menggangu kesibukannya aku memutuskan untuk berjalan ke arah taman belakang sesuai arahan pegawai tadi.

Di lorong menuju tempatnya aku bisa mendengar dua orang wanita yang sedang bercengkrama dengan seru.

"Iya, kamu bayangin aja San, gimana Ale mau napsu nyentuh dia coba kalau sebelum nikah aja ternyata dia hamil anak dari mantan pacarnya"

"Aku tuh kasihan banget sama Ale kadang juga bingung apa yang dia pikirkan sampai bisa nikah sama Bita" itu suara Laras, aku yakin.

"Cuma karena permintaan terakhir Papa nya, konyol banget gak sih?" Laras tertawa.

"Apaan sih Ras, Ale juga cinta kali ke Bita, gak mungkin juga karena hal sepele, lagi pula Ale kan pernah bilang ke kamu kalau dia ternyata naruh rasa ke Bita tapi Bita udah sama mantannya"

"Iya dulu, sekarang menurut aku gak"

"Apa lagi setelah janin Bita gugur, makin gak paham deh aku sama konsep hubungan mereka tuh gimana"

"Kalau Ale cinta nih gak mungkin dong masih kasih kesempatan Elang deket sama Bita?"

"Heh inget, Bima juga dulu malah bikin kamu Deket lagi ke Ale kan? Menurutku cara Ale gak salah, dia tahu mereka baru aja kehilangan anak, dia gak mau Bita dan Elang merasa sendirian, itu juga bisa dilakukan karena Ale punya kelapangan hati Ras"

"Udah deh menurut aku Ale cuma kasihan sama mereka, dan dia gak cinta Bita"

"Apaan sih, mendadak kok kayak begini? Kamu kenapa sih sensi? Kenapa? Tiba-tiba suka lagi sama Ale?"

"Gak lah, aku cuma gemas aja sama hidup mereka yang muter aja gak ada habisnya"

"Ya sudah Ras itu kan hidup mereka bukan hidup kamu, lagi pula kamu juga seorang ibu kan, ibu mana sih yang dengan mudah menerima kepergian anaknya? Bita butuh Elang untuk melewati fase mereka" ucap wanita lawan bicara Laras.

"Kamu gak ingat dulu sehancur apa saat Ale pergi ninggalin kamu? Ale cuma pacar kamu kan dan kamu hampir gak bisa melanjutkan hidup, apa kabar yang kehilangan anak?"

"Nah, bisa jadi Ale gak mau nyentuh Bita karena dia masih terbayang aku"

"Apa sih Ras, kenapa jadi haus validasi dan GR mu jadi tingkat dewa gini?"

"Loh mbak, masih disini?" Suara pegawai tadi membuyarkan konsentrasi ku dan aku hanya bisa tersenyum.

"Sini saya antar mbak, sungkan ya?" Pegawai tadi dengan lebih dulu berjalan di depan ku dan memintaku untuk mengikutinya.

Tidak lama kemudian kami sudah bisa melihat Laras dengan Sandra, salah satu orang kepercayaannya untuk mengurus resto ini, dan aku melihat sebatang rokok bertengger diantara jemari Laras.

"Bu bos, ini ada teman yang mencari" ucap si pegawai, tatapan Laras dan Sandra langsung tegang ketika mereka berhasil tersadar kalau aku yang muncul dihadapan mereka, ya orang yang dari tadi menjadi topik perbincangan mereka.

"Ta? Ada apa kesini?" Tanya Laras seperti hati-hati.

"Tadi aku ada meeting dengan klien disini, dan aku membawa titipan dari Ale untuk kamu dan Lemba" aku maju dan memberikan paper bag, Laras menerimanya.

Sandra menatap ku dengan tidak emak tapi aku tersenyum padanya seperti tidak tahu apa-apa agar dia tidak merasa sungkan.

"Makasih Ta" ujar Laras.

"Iya sama-sama, aku duluan ya Ta" aku berpamitan.

"Kok buru-buru?"

"Iya mau masakin Ale di rumah mumpung aku bisa pulang lebih awal"

"Oh dia sudah selesai praktek?"

Aku menggeleng "Hari ini dia off, dapat jatah istirahat setelah dinas luar, aku balik ya, salam untuk Lemba" sebelum berlalu meninggalkan mereka, aku lebih dulu mengangguk kecil pada Sandra dan juga pegawai yang tadi dengan baik mengantar ku.

"Dia sudah lama disini?" Tanya Sandra ke pegawai tadi.

"Tadi saya sudah lama kasih tahu bos dimana tapi ternyata mbaknya diam di lorong, saya pikir sungkan untuk mendekat makanya saya antar" jelasnya, aku masih bisa mendengar jelas percakapan mereka.

"Ras, minta maaf deh sekarang, dia pasti dengar semua pembicaraan kita tadi"

"Gak San, aku gak perlu minta maaf, toh semua yang kita bahas benar kan?"

"Kamu kenapa sih? Baby blues? Kenapa jadi kayak gini?"

Aku tidak mau mendengar lebih jauh perdebatan mereka jadi aku putuskan untuk mempercepat langkah ku menuju ke area parkir resto ini.

Aku akan membuka mobil dan suara Sandra memanggil ku dari belakang "Mbak Bita" dia sepertinya berlari karena suaranya tidak stabil.

Benar saja, saat aku membalikan badan aku sudah mendapatinya seakan baru saja berhenti berlari.

"Iya?" Tanyaku.

"Mbak maaf ya kalau tadi ada kalimat-kalimat kami yang menyakitkan untuk mbak Bita dengar, kami gak maksud mencampuri hidup mbak Bita"

"Kamu gak salah kok, Sandra, Sandra kan?" Aku memastikan namanya dan dia mengangguk.

"Santai saja, saya biasa mendapat kalimat-kalimat yang tidak mengenakan sejak lama, gak perlu merasa bersalah" aku tersenyum.

"Saya tahu selama pernikahan mbak dan Ale Laras masih sering menyita waktu kalian, saya akan berusaha menghandle nya setelah ini"

"Oh gak apa-apa San, Ale juga melakukan itu semua karena dia merasa bisa membantu Bima, kami baik-baik saja"

"Saya dan Elang juga sudah cukup berjarak, mungkin Laras cuma gak mau sahabatnya dikecewakan oleh saya, tapi sungguh kami baik-baik saja"

Nampak wajah Sandra yang makin merasa bersalah "Saya duluan ya, sudah terlalu sore" aku permisi kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now