21

368 40 5
                                    

✨ Bita

Hari ini sepulang kerja aku mampir ke rumah Pak Dewa karena aku belum menemuinya sejak bapak keluar dari rumah sakit.

Aku sudah mengabari Elang saat sampai di rumah bapak, Elang tadi langsung pulang karena dia merasa tubuhnya kurang fit dan aku melihatnya sendiri sepertinya dia memang kurang istirahat.

"Halo pak" aku menyapa bapak yang sedang berada di ruang perpustakaan rumahnya. Dee

"Nduk, sini masuk, pulang kerja?" Aku mengangguk kemudian masuk ke dalam.

"Sudah makan? Bita bawain makanan, makan sama-sama yuk, Bita lapar" ajak ku.

Bapak tersenyum kemudian menganggukkan kepala "Ayo kita makan, bapak kangen sama kamu Ta" ucapnya bersamaan dengan kami keluar dari perpustakaan.



Aku dan pak Dewa sibuk makan bersama sambil membicarakan hal-hal ringan sampai pak Dewa bertanya tentang Elang.

"Laki-laki kemarin yang antar kamu ke rumah sakit waktu bapak drop, namanya siapa Ta? Elang ya?"

"Iya pak betul"

"Bos kamu?"

"Iya"

"Kata Ale bos kamu itu naksir kamu, kamu gimana ke dia?"

"Kami baru aja pacaran pak" nampak Pak Dewa yang sedikit terkejut dengan informasi yang aku sampaikan ini.

"Ale sudah tahu?" Aku mengangguk.

"Elang gimana orangnya Ta?"

"Baik pak, pekerja keras"

"Kamu sayang di?"

"Bapak ini, kalau Bita gak sayang kenapa Bita jadikan pacar?"

"Kamu sayang Ale?"

"Kok pakai tanya to pak? Ya pasti Bita sayang Ale"

"Kalau Elang sama Ale pilih siapa ta?"

"Mereka bukan pilihan pak, sudah ayok bahas yang lain aja pak"

"Pacarannya sama Elang tapi nikahnya sama Ale mau?" Aku meletakan alat makan ku dan bapak mengawasi itu, bapak jadi salah tingkah sendiri karena sepertinya dia baru sadar kalau sudah cara bicara.

"Bita kenyang nih pak"

"Eh, gak, gak, ayo makan lagi dulu, oke bapak diem aja ini gak bahas-bahas mereka lagi"



Aku akhirnya berpamitan pada bapak dan berjalan menuju mobil ku, tapi disaat yang bersamaan ternyata Ale keluar dari mobilnya.

Aku akan masuk ke dalam mobil tapi dia memanggilku "Sengaja banget mau menghindar Ta" serunya.

Aku kembali menutup pintu mobil dan menghadapnya tanpa bicara apa pun.

"Sudah mau pulang?"

"Menurut kamu?"

"Kenapa segitunya sih sebel ke aku Ta?"

"Gimana Le?"

"Aku minta maaf Ta, tindakan ku kemarin buat kamu shock, aku cuma mau kamu tahu perasaan ku"

"Ya, aku sudah tahu kan sekarang"

Ale mantap ku dalam "Perasaan kamu ke aku gimana?"

"Bukannya kamu cuma mau ungkapin perasaan kamu ke aku ya Le? Bukan mau tahu balasannya?"

"Ta, please ......."

"Kamu kenapa sih?"

"Gak tahu, aku sendiri gak tahu aku kenapa, aku cuma ngerasa kamu berubah belakangan ini"

"Apa Elang ngancem kamu?"

"Hubunganku dan Elang baik-baik saja Le, gak ada yang perlu kamu cemaskan"

"Yang aku heran kenapa kamu baru ungkapin perasaan kamu ke aku setelah aku dan Elang ada hubungan?"

"Aku gak tahu maksud kamu apa tapi aku minta kalau bisa kamu hargai hubungan kami"

"Elang mungkin bukan orang yang sempurna Le, tapi aku juga mau disayang sama orang yang menganggap aku penting, gak cuma datang pas dia jatuh"

"Ta, aku anggap kamu penting" ucapnya dan aku menggeleng pelan sambil tersenyum remeh.

"Udah ya Le, aku capek mau pulang" aku akan membuka pintu mobil lagi tapi tangannya menahan ku.

✨ Ale

Dia akan pergi tapi aku belum mengijinkannya jadi aku meraih tangannya dan menahannya lagi.

"Kasih tahu aku Ta, apa yang Elang lakuin ke kamu pas kalian dinas di lombok?"

Bita tertawa pelan, tapi tawanya terdengar pilu dan dalam "Apa penting nya buat kamu Le?"

"Aku mau tahu biar aku gak semakin berpikir buruk ke Elang"

"Aku mabuk dan di tengah sadar gak sadar ku Elang ambil kesempatan itu buat perkosa aku, sudah puas?" Tanyanya balik.

Tubuhku kaku rasanya beda ketika mendapat konfirmasi langsung dari Bita walau aku sudah menerka kebenarannya.

"Aku mati-matian berusaha untuk menghentikan aksi Elang biar gak lebih jauh, tapi aku gagal"

"Aku tahu Elang salah dan dia sadar akan perbuatannya, tapi aku gak mau lama-lama terpuruk di fase itu"

"Tapi bukan artinya kamu malah pilih jadian sama Elang Ta!" Aku geram.

"Please Le, jangan samain kasus kamu yang dulu dengan kasus ku saat ini, Laras bisa menjauh dari kamu karena dia punya keluarga dan gak sendirian, aku?"

"Aku cuma mau ada yang peduli ke aku tanpa tapi walau awalnya cara Elang salah"

"Tapi gak harus melempar diri ke sumber sakit mu Ta!"

"Kamu sumber sakit ku yang sebenarnya Le, kamu! Bukan Elang" deg, jantungku serasa berhenti beberapa saat mendengar kalimat itu.

"Aku sayang kamu sejak lama, mungkin sebelum kamu sayang ke aku seperti saat ini, tapi aku capek karena selalu menjadi yang terakhir kamu tuju bukan yang pertama"

"Kamu akan selalu kembali dan ada buat Laras bukan buat aku, dan aku sadar banget kok"

"Jadi tolong, aku cuma mau bahagia saat ini dan itu sama Elang"

"Ta......"

"Aku tahu banget rasanya berusaha tapi gak dilihat, menaruh rasa tapi takut mengungkapkan dan berujung gak terbalas, aku tahu sesaknya harus pura-pura bahagia saat yang kita sayang bahagia karena yang lain, rasanya sesesak itu"

"Aku gak mau Elang merasakan itu, sekarang aku sayang Elang, aku tahu semua usahanya dan itu memang gak gampang untuk kami berdua"

"Kami cuma butuh berteman dengan waktu, dan aku minta tolong banget ke kamu, jangan kacaukan proses kami ini"

"Elang tahu kok aku dulu ada rasa sama kamu tapi dia juga mencoba buat gak menjadikan itu masalah yang besar, kami hanya mau fokus ke hubungan kami bukan penilaian orang lain tentang kami"

"Aku pulang, aku sudah ingin istirahat" Bita benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan masih meninggalkan ku yang memaku di sini.

Semua yang mau aku tahu jawabnya sudah Bita jawab semuanya tanpa terkecuali dan tidak ada warna abu-abu lagi tapi itu semua membuat hatiku semakin tercubit.

Rasanya semua energi ku hilang, menguap entah kemana karena detik ini  kakiku kehilangan kemampuan menyangga.

Aku jatuh terduduk, menundukkan kepala ku, ingin rasanya meremas keras kepala ini kenapa tidak bekerja lebih cepat untuk mengutarakan rasa ini ke Bita.

Aku juga merasa tertampar karena baru saja sadar ternyata selama ini Bita menyimpan semua luka usahanya yang sia-sia itu sendirian tanpa diketahui oleh orang lain.

Aku merasa menjadi pria paling bodoh ketika ingat ekspresi wajahnya tadi, bisa-bisanya ternyata selama ini aku menyakiti Bita secara tidak langsung dan aku masih bisa memintanya bahagia dengan ku saja saat dia sudah mulai menemukan bahagianya yang lain.

Benar kata Laras, aku ini memang salah satu pria brengsek di dunia dari jutaan pria lainnya.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now