16

398 43 5
                                    

✨ Bita

Aku mencium Elang!
Aku yang menciumnya lebih dulu karena aku yang menariknya.

Ciuman yang berhasil tercipta sangatlah hangat dan aku merasa aman.

Sebut aku gampangan tapi menurut ku lebih manjur mengobati trauma dengan yang menciptakannya dibanding aku harus menghindarinya terus menerus.

Pernah dengar kalimat berlindung di pusaran badai akan lebih aman dibanding harus menghindarinya? Sepertinya aku sedang melakukan itu.

Ciuman kami semakin intens, tangan Elang berhasil ia rangkul kan lagi di pinggang ku, napas kami semakin memburu.

Elang memposisikan aku untuk duduk di meja dapurnya yang bersebelahan dengan sink cuci piring.

Dia semakin memperdalam ciuman kami, aku meraba rambutnya, baru bisa ku sadari kalau dia memiliki rambut sehalus ini.

Elang sibuk menciumi daguku, rahangku dan kini telingaku sehingga membuat aku kegelian dan sedikit menggelinjang.

Elang menghentikan aktifitas nya sepertinya dia takut aku tidak suka "Kenapa?" Tanyaku seperti orang bodoh.

"Aku kelewatan lagi?" Dia balik bertanya dan aku menggeleng.

"Kamu suka?" Aku mengangguk benar-benar seperti anak kecil yang dengan polosnya memberikan jawaban-jawaban singkat.

Di tersenyum dan membawaku kedalam pelukannya, terasa hangat dan nyaman, entah lagi-lagi rasa itu yang aku bisa rasakan darinya.

"Makasih ya Ta" ucapnya pelan.

"Makasih sudah mau berani melawan ketakutan mu" dia mengimbuhkan.

"Aku tahu pasti berat menjalani hari di dekat orang yang membuat luka di cerita hidupmu, aku tahu gak gampang untuk baik-baik saja di depan ku"

Aku membalas pelukannya, kali ini aku mengusap punggungnya, aku tahu dia juga pasti merasa terbebani dengan tindakannya sendiri, tapi aku mau dia tahu kalau aku sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

"Aku bisa seperti ini juga karena kamu Lang, makasih sudah memberiku waktu dan makasih sudah menahan diri"

"Soal kemarin, aku sungguh-sungguh Ta, aku mau tanggung jawab"

"Kita jalani dulu aja ya, pelan-pelan, aku gak bisa kalau sekarang harus berlari untuk hubungan kita" balasku.

Dia melepas pelukannya kemudian menatapku "Kamu masih mau membuat hubungan denganku?" Dia nampak tidak percaya.

Aku mengangguk "Kalau kamu juga mau" ujarku dan Elang mengangguk dengan terburu, aku tertawa melihatnya tapi dia malah memeluk ku lagi.

"Aku gak tahu harus berterima kasih seperti apa lagi ke kamu Ta" dia mengecup kepala ku dan kembali memeluk ku erat.

"Kamu jangan berekspektasi tinggi ke aku ya Lang, aku sendiri kadang gak tahu mau ku apa, aku harap hubungan kita bisa berjalan apa adanya"

Elang meraih wajahku dengan kedua tangannya, dia memposisikan agar aku sedikit mengalahkan kepalaku ke atas untuk bisa menatapnya.

"Terserah alur nya mau gimana Ta, asal aku sama kamu" aku tersenyum dan dia kembali membawa ku ke dalam ciumannya yang manis.

Tidak ada napsu memburu disana, aku benar-benar bisa merasakan Elang dengan sempurna mengkontrol dirinya yang sebenarnya bisa meledak kapan saja.

✨ Elang

Aku menghentikan ciuman ku, dan memberi Bita akhirnya kesempatan lagi untuk menghirup oksigen sebanyak yang dia mau.

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang