47

367 40 4
                                    

✨ Ale

Dihadapan ku emosi Bita semakin menjadi, aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengikuti arus emosinya.

Aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti ini dan topik bahasannya adalah tentang hubungan suami istri yang seharusnya sudah kami lakukan sejak lama jika kami mau.

"Kamu mau aku jawab apa?"

"Jawaban apa yang pas utuk memuaskan semua pikiran liar mu itu?"

"Bilang ke aku, aku akan lakukan Ta!" Tantang ku. 

Aku berpikir bisa saja saat tadi Bita bertemu dengan Laras tidak sengaja mereka membahas topik sensitif ini, yang aku tahu Laras tidak tahu informasi mengenai Bita yang mengandung anak Elang kemudian keguguran.

Aku cuma menerka emosi Bita sedang tidak stabil karena tubuhnya masih mudah lelah ditambah psikisnya yang belum kembali sempurna setelah kepergian Ratih.

"Jawaban paling jujur yang aku mau dengar Le!"

"Aku benar-benar sudah tidak ada rasa ke Laras, selama ini kalau aku perhatian padanya itu karena aku gak mau Bima sedih aku tidak membantunya menjaga Laras dan Lemba"

"Aku tidak pernah merasa jijik dengan keadaan mu"

"Aku belum menyentuhmu karena aku tahu kamu sedang proses melepaskan Elang, aku menghargai itu"

"Aku tidak akan menyentuhmu tanpa persetujuan darimu dan tanpa ada kejelasan kalau hati dan ragamu benar-benar sudah bisa ku miliki seutuhnya" 

"Aku tidak mau membuat trauma mu muncul kembali karena beberapa saat lalu aku melihat sendiri kamu hampir bunuh diri ketika Elang memperkosa mu lagi"

"Aku mau memberi waktu tubuhmu untuk recovery pasca kamu kehilangan Ratih"

"Itu semua jawaban jujur dari aku Ta"

"Apa yang masih mengganjal untukmu? Coba beri tahu aku" aku menambahkan.

Mata Bita bergerak ke kiri dan kanan mengamati ku, mencari tahu apakah semua yang aku utarakan ini hanya kalimat bohong semata atau benar-benar mengandung kejujuran.

"Kenapa gak kamu kasih tahu ke aku sejak awal Le?"

"Kenapa kamu membiarkan aku sibuk dengan pikiran ku sendiri?"

"Karena kita gak pernah ada waktu bersama yang berkualitas Ta"

"Aku sadar aku masih banyak kesibukan yang sulit aku tinggalkan dan itu membuat waktu kita tidak bisa tercipta"

"Iya dan salah satu kesibukan itu Laras" balasnya tajam, mataku memicing.

"Aku pikir selama ini kamu diam karena aku memang tidak menarik di matamu, kamu gak peduli aku, kamu hanya peduli dengan Laras dan dunianya" sahutnya.

"Aku gak bisa lihat kamu lebih terpuruk lagi, aku tahu rasanya kehilangan, bukanya kita sudah sama-sama tahu rasanya?" Tanyaku memastikan.

"Waktu kita gak bisa tercipta juga karena kamu sibuk memastikan Laras baik-baik saja Le, bukan cuma aku"

"Kenapa jadi fokusnya bahas Laras?" Aku mulai tersulut kembali.

"Gak tahu, aku cuma merasa kamu lebih tepat untuknya dibanding untukku"

"Kebersamaan kalian selalu membuat ku berpikir apa aku yang sebenarnya menghalangi kalian untuk bersama lagi?"

"Bita cukup!" Akhirnya aku membentaknya.

"Katakan saja apa mau mu sekarang? Akan aku lakukan"

"Menjauhi Laras?" Aku bertanya dan dia tersenyum seolah meremehkan ku.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now