35

326 34 0
                                    

✨ Bita

Aku membuka mata, rasanya tidur ku semalam sangat nyenyak karena kini tubuhku terasa lebih ringan dan rileks, entah kapan terakhir kali aku merasakan seperti ini.

Tepat dihadapan ku ada Elang yang masih memejamkan mata, dia masih lelap dalam tidurnya.

Semalam setelah kami membersihkan di masing-masing dari hujan, Elang meminta ku untuk menenangkan diri dulu.

Nyatanya aku sudah lelah sendirian setelah selama ini baik-baik saja menjalaninya.

Aku meminta Elang tetap di samping ku bahkan sampai kami tertidur, tidak, kami tidak melakukan apa pun kecuali ciuman panas yang hampir lepas kendali jika saja tidak Elang hentikan lebih dulu saat kami masuk kembali setelah hujan-hujan singkat di halaman.

Dia menepati janjinya, dia tetap di sampingku saat aku membuka mata, wajahnya tampak teduh tapi juga tampak kelelahan.

Mungkin dia lelah karena aku, aku yang tidak kunjung pergi dari hidupnya dan selalu muncul setiap kali dia melakukan progres yang bagus, aku sadar itu.

Aku memilih tetap diam di posisiku saat ini, menikmati momen ini bersama Elang karena mungkin ini momen paling intim terakhir yang bisa aku rasakan bersamanya.

Aku jarang melihat keteduhan wajahnya, dulu aku hanya sering melihat dia yang sibuk bekerja dan bekerja bonus dengan semua ledakan amarahnya, tapi kali ini aku merasa berbeda.

Aku mengelus rambutnya, lembut rasanya lembut, aku sampai memandangi telapak tanganku sendiri yang baru saja menyentuh rambut itu, seakan tidak percaya ini rambut seorang pria dewasa.

Kenapa perasaan ku jadi campur aduk seperti ini? Apa yang sedang terjadi?

Aku masih menatap telapak tanganku saat peragakan dari Elang mulai terasa dia menyesuaikan diri karena baru saja terbangun dari tidurnya.

Kemudian dia seakan baru sadar kalau aku masih berada di sampingnya saat ini "Pagi Ta" sapanya sambil mengelus kepalaku.

"Tidurmu nyenyak?" Aku mengangguk.

"Badan kamu demam gak?" Dia mengecek suhu tubuhku menggunakan punggung tangannya.

"Aku gak apa-apa Lang" dia mengangguk seakan percaya.

"Mau sarapan apa?" Tanyanya.

"Aku aja yang buat, gantian" balasku.

"Kamu kan tamu disini, udah biar aku aja, oke?"



Aku sedang duduk di kursi pantry sambil memandangi kesibukan Elang menyiapkan sarapan kami.

Aku baru sadar dia mempunya tato baru di area rusuknya, tidak jelas apa gambarnya tapi aku tahu itu tato baru karena sebelumnya aku tidak pernah melihatnya.

"Udah jadi" serunya riang sambil meletakan hasil masakannya ke piring saji.

"Aromanya enak" pujiku.

"Thank you senior" balasnya.

"Tato kamu baru?"

"Ini?" Dia menunjuk tato yang aku maksud, ya dia tidak mengenakan atasan apa pun saat ini.

Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan balik darinya.

"Iya baru"

"Itu gambar apa? Artinya apa?"

"Gambar jam yang sudah rusak, gak terlihat gamblang ya?" Aku mengangguk.

"Sebenarnya lebih ke harapan sih Ta, besok kalau aku bertemu dengan calon tulang rusuk ku yang hilang, aku gak salah waktu dan menyia-nyiakan waktu lagi"

"Kapan kamu buatnya?"

"Beberapa hari setelah kita di UGD"

"Itu buat aku?" Tanyaku percaya diri.

"Iya, aku melampiaskan sedih ku ke kamu lewat tato ini"

"Aku gak mau menyakiti kamu lagi jadi yang aku lakukan kemarin ya ini"

"Menyakiti dirimu sendiri dengan mentato tubuh?" Tanyaku lebih dulu dan dia mengangguk.

"Kamu gak perlu lakuin itu Lang"

"Merokok juga? Kamu kenapa jadi begini?"

"Aku gak tahu Ta, mungkin caraku yang seperti itu terlihat salah tapi setidaknya aku jadi bisa teralihkan dari kamu"

"Walau sedikit" imbuhnya.

Aku berjalan mendekati Elang kemudian memeluknya "Maaf aku membuat mu seperti ini Lang"

"Aku akan segera menjauh dari hidupmu setelah ini"

"Aku gak mau itu terjadi Ta"

"Aku mau kita baik-baik saja walau gak bersama, aku masih mau menjadi orang yang bisa ada saat kamu perlukan"

"Aku mungkin bisa lebih parah kalau kamu pilih pergi dan menghilang begitu aja"

"Apa kamu gak sakit kalau harus melihat ku dan Ale bahagia?"

"Sakit Ta, tapi gak se sakit kalau aku harus melukai kamu lagi dan lebih jauh"

"Aku tahu Ale baik, kalian sudah mengenal hampir seumur hidup jadi aku gak akan khawatir"

"Walau memang jalan kalian awalnya seperti ini, tapi aku yakin kalian akan berhasil bersama"

Elang membalas pelukan ku "Aku masih akan tetap ada buat kamu, kapan pun itu, kalau besok dengan persetujuan suami mu Ta, aku akan menghargai batasan-batasan itu"

"Ayo jadi sahabat yang baik buat waktu yang lama" ajaknya.

"Aku sekarang malah ngerasa lagi selingkuh sama kamu Lang" dia tertawa.

"Iya juga, aku kayak pria simpanan mu"

"Nanti aku share ke Ale biar dia cemburu" godanya.

"Ale gak akan cemburu" balasku.

"Cemburu Ta, tapi reaksinya aja yang gak sesuai sama harapan mu"

"Lang....."

"Ya?"

"Kamu akan cari perempuan lain dalam waktu dekat?"

"Kenapa?"

"Gak apa-apa, aku belum siap kalau kamu melakukan itu" dia tertawa lagi.

"Gak Ta, aku mau memastikan kamu bahagia dulu sama Ale, aku nanti aja"

"Kenapa?" Giliran aku yang bertanya.

"Anggap aja itu hukuman buat aku atas kelakuan ku selama ini"

"Nanti kasih tahu aku ya kalau aku udah boleh cari cewek lain" aku mengangguk.

"Suami langsung 2 boleh gak sih?" Godaku.

"Gak boleh serakah, nanti bulanan kamu makin banyak, kalau jadi istriku aja pasti gak habis-habis apa lagi kalau ketambahan bulanan dari pak dokter spesialis?" Dia kesal.

Aku tertawa "Kan biar bisa cepat kaya Lang!"

"Kamu tuh sudah kaya, rumah ada, kendaraan ada, gak kelaparan, baju layak, ala lagi?"

"Gak punya orang tua" balasku.

"Sudah jangan mulai bahas yang itu!" Elang mengingatkan dan aku mengangguk.

"Aku nanti mau ke Laras, mau tengok bayinya juga"

"Ide bagus"

"Kamu mau ikut?"

"Aku titip kado aja ya buat mereka Ta, aneh aja kalau aku ikut nyamperin kami kan baru ketemu sekali"

"Oke kalau gitu"

"Biar gini dulu ya Lang?"

"Apanya?"

"Posisi kita, aku nyaman begini" ujarku dan dia mengiyakan.





Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now