13

418 40 5
                                    

✨ Ale

Aku dalam perjalanan menyusul Laras yang hendak pergi ke makan Bima dan disaat bersamaan aku menerima salinan video cctv tempat Bita menginap kemarin ketika tugas luar.

Tanganku mengeras seakan memeras ponselku sendiri ketika aku melihat video yang sedang ku putar itu.

Disana Elang dan Bita sedang berciuman dengan panasnya, aku membuang ponsel ku ke belakang jok, entahlah rasanya aku belum siap melihat adegan itu.

Aku tahu Elang menyukai Bita, sangat bisa terbaca di mataku, tapi aku tidak yakin Bita menaruh rasa yang sama padanya, tapi melihat Bita membalas ciuman itu rasanya aku sedikit kecewa.

Aku melihat bekas kiss mark di beberapa area tubuh Bita semalam, apa sudah sejauh itu? Apa Bita dengan suka rela melakukannya tanpa pikir panjang?

Kali ini setir ku lah yang aku remas untuk meluapkan segala pikiran-pikiran ku.



Aku dan Laras sudah sampai di makam Bima, dan disini pun aku masih kepikiran oleh hubungan Bita dan Elang.

Aku tidak fokus ketika Laras bicara, aku kira dia sedang bicara dengan Bima, sampai tangan Laras menggoyangkan lenganku "Ale...."

Aku serasa baru tersadar dari pikiranku sendiri "Eh, ya Ras?"

"Kamu kenapa? Sakit?" Aku menggeleng.

"Terus?" Tanyanya lagi dan aku memilih untuk tidak menjawab tapi lagi-lagi Laras bersuara.

"Aku ganggu waktu kamu? Sampai kamu gak fokus gini?"

"Gak, bukan gitu"

"Terus?"

"Aku cuma kepikiran Bita, kemarin dia sakit, tadi aku tinggalkan walau katanya sudah enak badan"

"Kamu tinggalin Bita sendirian?" Aku menggeleng.

"Dia sama temen cowoknya"

"Kamu kepikiran karena dia sakit atau karena sama temen cowoknya?" Dia menyelidik.

"Entahlah" aku berjalan lebih dulu untuk meninggalkan makam Bima.

"Bim, aku duluan, baik-baik di surga" ucapku sambil jalan.

Laras mengikuti ku kemudian mulai bicara lagi "Kamu cemburu ke cowok itu Le, gak ada alasan lain" serunya.

"Aku tahu cowok itu suka Bita tapi aku gak tahu Bita gimana"

"Kamu takut Bita suka juga ke dia?"

"Aku takut Bita nerima karma dari tindakan yang sudah aku lakukan ke kamu Ras" ucapku pelan dan dengan susah payah.

Laras nampak terdiam sebentar dan kemudian dia mencoba menarik napas lebih dalam untuk menetralkan hawa disekitaran kami yang mendadak canggung.

"Kamu gak sadar kalau kamu tuh sayang Bita lebih dari seorang kakak sayang ke adiknya Le?"

Aku menatapnya seolah akan menyangkal kalimatnya dan dia lebih dulu menunjuk ku.

"Iya itu masalah kamu, kamu gak mau mengakui kalau itu cinta bukan sekedar sayang"

Aku berjalan meninggalkan Laras tapi kemudian aku mendengar Laras menerima sebuah telpon.

Aku langsung merebut ponsel Laras saat aku tahu itu dari Bita, jantung ku langsung tidak karuan saat dia menelpon Laras.

Pikiran ku langsung kemana-mana dan aku berpikir dia dalam bahaya sampai-sampai Laras yang dia hubungi.

Ternyata ini tentang Papa, dia bilang Papa drop lagi dan sekarang sedang dibawa ke rumah sakit.

Aku langsung memberikan ponsel ke Laras, meminta Laras untuk lebih cepat berjalan karena aku akan segera ke rumah sakit.

"Kamu taruh mana ponsel kamu Le?"

"Jok belakang"

"Why?" Tanya Laras aneh.

"Nanti aja, ayo cepat Ras"

Aku membantunya berjalan dan menuntunnya menuju mobil, aku sudah mendapati banyak missed called dari Bita, rumah, bahkan Elang.

✨ Bita

Aku menemani pak Dewa sampai pindah ke ruangan rawat inap nya dan memastikan pak Dewa istirahat dengan baik.

Elang masih menemaniku dan kini dia duduk di dekat jendela kamar ini, aku mengecek ponsel ku dan membaca chat dari Laras kalau mereka sudah OTW sejak 20 menit yang lalu.

Tidak lama kemudian pintu kamar ini dibuka dan yang membuka adalah Ale, wajahnya nampak khawatir dan aku bisa melihat Laras berjalan di belakangnya.

"Gimana?" Tanyanya padaku.

"Kamu bisa tanya ke dokter Anwar nanti, aku gak fokus saat tadi dengar penjelasannya" ucapku.

"Duduk dulu Ras" aku mempersilahkan Laras untuk duduk di kursi yang tadi aku tempati.

"Iya Ta, makasih disini saja" ujarnya.

Ale melihat Elang yang akhirnya berdiri di dekat jendela saat pintu ini terbuka "Thanks ya Lang"

"Santai aja Le"

Ale mendekati papa nya dan mengelus rambut pak Dewa lembut.

"Lain kali jangan tinggalkan ponsel kamu atau kamu silent Le, dari tadi Bapak cari kamu"

"Iya Ta, maaf, tadi ponsel ku aku taruh di jok belakang dan gak kebawa pas turun ke makam Bima"

"Kamu butuh sesuatu? Biar aku carikan" Ale menggeleng.

"Nanti Bi Tuti kesini bawain kamu baju ganti, besok bisa gantian sama aku yang jaga"

Ale mengelus tanganku "Gak apa-apa biar aku Ta, kamu besok ada meeting penting, kamu jaga kesehatan mu aja, oke?"

Laras melihat jam tangannya kemudian dia berkata akan pulang, besok akan kesini untuk bertemu pak Dewa lagi.

"Mau pulang bareng kami?" Tawar Elang.

"Oh gak usah, nanti merepotkan" tolak Laras dengan halus.

"Gak kok, ya kan Ras?" Elang memastikan padaku dan aku mengangguk.

"Ikut kami aja Ras, biar gak perlu cari taksi" ujarku.

Dan setelahnya kami berpamitan pada Ale, dia tetap duduk di samping bapak sampai kami sudah menuju pintu kamar.

Dia berdiri kemudian memeluk ku sambil terisak "Makasih Ras, makasih sudah jagain papa"

Aku merasa aneh dengan tindakannya saat ini, Laras dan Elang hanya saling melemparkan tatapan dengan ku.

Aku mencoba mengelus punggung Ale, berharap dia tenang sedikit "Kamu gak apa-apa sendirian?" Dia mengangguk.

"Aku cuma mau bilang makasih" ucapnya.

"Iya sama-sama" balasku.

"Aku balik dulu ya, besok kesini lagi" dia mengangguk.

"Telpon aku kalau ada yang kamu perlukan Le" ucap Elang dan Ale mengangguk.

"Ras, sorry ya gak bisa antar kamu pulang" Laras mengangguk.

"Sudah kamu jaga papa dulu aja Le, titip salam dulu ke papa ya nanti kalau papa bangun" Dia mengangguk.

"Balik dulu ya, nanti aku kirim makanan kesini buat kamu makan malam"

"Take care Ta, jangan lupa minum obat" aku tersenyum, mengelus pipinya kemudian benar-benar berjalan meninggalkan kamar inap pak Dewa.

Selanjutnya aku mendengar Elang yang menanyakan dimana dia harus mengantarkan Laras dan Laras menjawab, sedangkan aku menoleh ke belakang dan masih mendapati Ale yang berdiri di depan pintu kamar pak Dewa.

Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya seolah berharap semua akan baik-baik saja.

Aku tidak tahu dia tetap berada di depan sana untuk memastikan aku baik-baik saja atau Laras yang baik-baik saja.

Aku melihat Laras, dia memang pantas mendapat perhatian lebih dari Ale untuk saat ini, kondisinya yang sedang hamil pasti membuat orang lebih memikirkannya ketimbang aku yang biasa menjadi cadangan.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now