60

287 23 1
                                    

✨ Bita

Aku mendapatkan kembali kesadaranaku yang sempat hilang beberapa saat lalu, aku tidak mendapati Ale berada di sekitarku jadi aku memilih untuk duduk dulu, kepala ku rasanya masih pusing dan tubuhku benar-benar remuk.

Saat mengitari pandangan di ruangan ini aku melihat koperku yang tergeletak rapi di samping lemari, sepertinya pulang adalah pilihan yang baik, aku sudah kehilangan minat melanjutkan honeymoon ini bersama dengan Ale, aku berjalan menuju koper ku, berencana mengambilnya untuk memasukan semua barang yang aku bawa.

Semua rencana terhenti ketika sebuah tangan menghentikan kegiatanku mengambil koper, itu tangan Ale "Kamu mau apa Ta?"

"Pulang" balasku tanpa mau berbohong.

"Kita masih 3 hari lagi disini"

"Aku mau pulang sekarang"

"Tetap disini Ta"

"Buat apa?" Tanyaku sedikit membentak dan mengibaskan tangan Ale.

"Aku benar-benar minta maaf Ta"

"Minta maaf yang keberapa kali ini Le? besok juga akan kamu ulangi kan?"

"Ta please, iya aku salah, aku benar-benar gak percaya diri selama ini, maafin aku, kasih aku waktu untuk buktiin ke kamu kalau aku bisa lebih baik, aku bisa menghargai semua usaha kamu"

"Kamu tahu gak sih Le, aku capek banget!" entahlah rasanya diriku benar-benar lelah detik ini, tangisanku pecah, aku sudah terisak dan mencoba menghapusnya dengan kedua tanganku dan disaat itu Ale meraih ku dalam pelukannya.

"Maafin aku Ta, aku sunguuh-sungguh kali ini, tolong jangan pergi"

Bukannya aku tidak mau melawannya, tubuhku dan emosiku tidak memungkinkan lagi untuk melakukan semua perlawanan itu detik ini, jadi aku membiarkannye melakukan ini.

Ale semakin erat memelukku, aku tidak tahu dia melakukannya karena benar-benar takut kehilangan ku atau hanya untuk mencegahnya sendirian di dunia ini, aku tidak pernah tahu isi hatinya yang paling dalam, dan aku tidak ingin menerkanya, terakhir kali aku melakukan itu aku berujung terlempar jauh oleh ekspetasiku sendiri.

.

✨ Ale

Aku membiarkan Bita tiduran di ranjang kami dengan menonton series favoritnya, sedangkan aku memilih vitamin-vitamin yang bisa dia konsumsi, aku sudah terlalu membuatnya lelah baik secara fisik dan psikis, bunyi bel dari depan vila kami terdengar, sepertinya petugas vila yang mengantar makanan pesanan kami.

Aku berjalan mendekat sumber suara dan benar dugaanku, ini makanan untuk kami, aku mendorong masuk kereta dorong yang khusus untuk membawa makanan yang tadi aku pesan, aku mendekat ke arah Bita "Ta, ayo makan dulu" ajakku tapi dia sama sekali tidak membalas bahkan tidak menengok ke arahku sedang berdiri.

"Apa dia benar-benar jadi kepikiran tentang hubungan kami yang berulang kali mengalami pasang surut?" batinku, aku memilih semakin mendekatinya dan ketika sudah berada di dekatnya aku baru sadar kalau tatapannya benar-benar kosong, aku buru-buru menyentuh lengannya untuk menyadarkan Bita dari lamunan.

"Hei Ta, jangan ngelamun!" tegurku dan dia mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Aku mau tidur Le" dia menarik napas dalam.

"Makan dulu ya" dia menggeleng.

"Aku suapin Ta" lagi-lagi dia menggelengkan kepalanya, aku tidak mau memaksanya detik ini mengingat dia yang lebih banyak menekan ego untuk kami selama ini.

"Oke kamu tidur aja dulu, makannya nanti pas kamu bangun lagi" dia mengambil posisi untuk berbaring, aku membantu membenahi selimutnya karena aku hapal dia akan tidur nyenyak kalau memakai selimut.

"Tidur nyenyak Ta" aku mengelus kepalanya tapi dia sedikit menarik diri, terasa tidak nyaman dengan sentuhan yang baru saja ku ciptakan.

Aku tidak mau tersinggung, tidak boleh lebih tepatnya, aku harus juga sadar diri dan berusaha mengimbangi Bita dalam hal menekan ego.

"Tidurlah, aku ada disini terus kalau kamu butuh sesuatu" dia mengangguk kemudian memunggungi diriku yang masih melempar senyum untuknya.

.

✨ Bita

Aku terbangun saat hari sudah cukup malam. bahkan mungkin ini sudah dini hari, aku tidak tahu pasti karena aku tidak melihat jam sama sekali untuk mengkrosceknya, rasanya perut ku mual dan aku buru-buru ke kamar mandi untuk menumpahkan isi perutku.

Aku terduduk di depan closet mulai lelah dengan isi perut yang tidak kunjung usai untuk mengeluarkan isinya, tiba-tiba tangan Ale memijat tengkukku dari belakang "Masuk angin?" aku mengangguk.

"Minum obat maag dulu baru makan, ini asam lambung kamu naik karena belum makan sama sekali" ujarnya.

Aku tidak mendebatnya karena apa yang dia katakan benar dan dia memang dokter, setelah membersihkan diri aku berjalan kembali ke arah ranjang dan Ale mengambilkan segelas air mineral dan obat untuk ku minum lebih dulu.

"Kamu kebangun karena aku berisik?" dia menggeleng.

"Aku belum tidur daru tadi"

"Kenapa?"

"Gak tahu gak bisa aja"

"Ini minum dulu" dia menyodorkan obat yang dia maksud dan aku menerimanya, setelah itu dia menemaniku utnuk menunggu waktu aku boleh makan dan dia juga memastikan aku makan dengan tepat dan cukup, jika saja ini terjadi tanpa banyak tragedi menjengkelkan mungkin aku akan menjadi wanita paling berbahagia di muka bumi walau untuk sesaat, karena cinta pertama ku akhirnya bisa benar-benar peduli dan menemani ku, sayangnya kondisi kami masih canggung dan aku juga sudah malas berharap lebih untuk hubungan kami ini.

Setelah selesai makan aku masih harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya kembali tidur, Ale masih menemaniku sampai pada akhirnya aku naik ke atas ranjang dan dia pun mengikutiku, jujur saja pikiranku langsung kemana-mana takut dia memintaku melakukan hubungan badan lagi dengannya, jujur saja aku tidak sanggup bila saat ini itu terjadi lagi.

Aku berbaring dengan kaku dan memilih utnuk memunggunginya agar tidak menciptakan kontak mata yang cukup intens dengannya, tapi sedetik kemudian tangan Ale sudah memelukku dari belakang, aku langsung mendadak semakin tegang mendapatkan perlakuannya seperti itu.

"Le aku lelah......." ujarku lirih.

"Aku cuma mau meluk kamu sampai tertidur Ta"

"Tidurlah" imbuhnya sambil mengusap rambutku, deru napasnya terasa di bagian belakangku, cukup stabil dan setelahnya dia tidak mengeluarkan suara lagi, aku menganggap dia melakukan ini karena masih merasa bersalah dan aku tidak mau terlalu banyak memikirkan hal-hal yang bisa semakin membuatku stress kalau aku pikirkan jadilah aku memilih memejamkan mataku dan menutup hari ini dengan perasaan yang masih cukup was-was.

                                                                                                                                      

Pelanggan Rindu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang