7

570 44 2
                                    

✨ Elang

Aku dengan sadar melakukan ini pada Bita, aku menciumnya dan setelah beberapa saat terdiam ternyata dia membalas ciuman ku dengan tak kalah panasnya.

Aku semakin merapatkan tubuh kami, tak peduli masih berada di lift dan tertangkap kamera cctv yang ada disini.

Saat lift terbuka, aku buru-buru membawa Bita menuju ke kamarku untuk melanjutkannya disana saja.

Dia tertawa saat aku sedikit kesusahan untuk membuka pintu ini "Lihat saja, kamu akan membayar tawamu itu sayang" ujarku mengancam.

Setelah aku berhasil membuka pintu kamar, aku segera membawanya masuk dan tentu saja melanjutkan aksi bergairah kami berdua.

Aku menghimpitnya ke tembok dan dia semakin lihai meracau "Aku gak menyangka ternyata kamu pencium yang handal Ta" bisik ku dan dia tersenyum penuh arti.

Tanganku semakin aktif dan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, aku meremas pantatnya hal yang sudah sejak lama ingin kulakukan, dan rasa penasaranku akhirnya terjawab saat kedua telapak tangan ku bisa merasakannya.

Dia mengenakan dress dan aku menyukainya karena hal itu mempermudah akses ku untuk lebih menjangkaunya.

Aku menciumi lehernya yang jenjang dan aku bisa memastikan diriku mabuk disana, aroma tubuhnya benar-benar memikat ku dan sepertinya aku berhasil membuatnya kegelian sampai-sampai desahan lolos  dari bibirnya.

"Really?" Aku tidak mempercayai apa yang ku dengar ini dan segera aku membawanya naik ke atas ranjang ku.

Aku tahu dia mabuk, tapi sepertinya tubuhnya ini jujur sekali terutama bibirnya, dia tertawa saat aku membaringkan tubuhnya dan aku sibuk melepas kemeja ku sendiri.

"Nice tatto Lang" pujinya dengan mata yang sudah berkabut.

"Thank you love" aku membayarnya dengan ciuman di leher dan telinganya yang lagi-lagi berhasil membuatnya kegelian setengah mati.

Tubuh menggelinjangnya yang berusaha menghindari ciuman-ciuman ku membuat tangan kanan ku yang terbebas bisa menarik turun resleting baju yang ada di bagian belakang tubuhnya.

Dan setelahnya aku berhasil meloloskan dress manisnya itu, dan dugaan ku benar-benar terjawab ketika dengan nyatanya aku melihat tubuh indah ini hanya tinggal berbalut bra dan sebuah celana dalam.

"Indah sekali" aku tersenyum penuh arti dan langsung saja aku mengecap bukit indah itu dengan senang hati.

Aku harus sampai memegangi kedua tangan Bita saat menjalankan aksi ini karena dia benar-benar tipe orang yang mudah sekali merasa geli karenaya respon tubuhnya akan langsung menggelinjang atau berusaha menghindari sumbernya.

Aku membalik tubuhnya membuat tangannya berada di bawah untuk meminimalisir pergerakannya dan aku lebih leluasa mengeksplor tubuh indahnya.

Dia makin mendesah dan semakin menjadi aku tahu ini juga efek dari alkohol yang tadi dia minum dan aku berterimakasih pada Tuhan karena telah menciptakan Bita yang tidak toleran dengan alkohol sehingga dia mudah mabuk.

Pusat tubuhku semakin mengeras akibat reaksi tubuhnya saat menerima rasangan-rangsangan dariku, jadilah aku membuka celana ku sendiri dan dengan tergesa menggesekkan nya pada bagian tubuh belakang Bita.

"Lang......" dia memanggil namaku dengan rintihan.

"Ya sayang?" Aku mendekatkan bibir ku ke telinganya.

"Kamu bisa merasakannya kan?" Dia tidak menjawab, tapi beberapa saat kemudian dia menggeleng kecil.

"Stop, stop" pintanya.

"Kenapa? Bukannya kamu juga suka?"

Dia mencoba duduk tapi aku tahan dari belakang "Lang, please......"

"Jangan gini" dia seakan mendapatkan kesadarannya kembali dan langsung mencoba duduk sambil mendorong tubuhku.

"Sorry, aku kelewatan" ucapnya dan dia mencoba mengusap wajahnya agar sadar.

"It's okay Ta, aku juga mau" balasku mendekatinya tapi dia menarik diri dengan memundurkan posisi duduknya.

"Kamu bos aku, kita gak bisa gini"

"Lebih baik gak gini" dia seakan merevisi, dia sibuk mencari dress nya yang tadi aku lempar sembarangan tapi dengan cepat tangan ku meraihnya lagi.

"Kenapa Ta?" Suara ku sudah berubah menjadi lebih tegas dan dalam.

Bita mencoba melepas cekalan ku tapi tidak aku biarkan "Aku gak mau kita ada di posisi sulit suatu hari nanti Lang, tolong lepas"

"Kita sudah sejauh ini dan kamu mau meninggalkan ku begitu saja?" Desis ku dan dia semakin mencoba menjauhi ku tapi tetap aku tahan.

"Kamu yang membalas ciuman ku, kamu yang mendesah, kamu yang....."

"Iya aku minta maaf, aku yang salah sudah hilang kendali juga tapi please, sebelum terlalu jauh"

"Kita sudah sejauh itu, gak ada bedanya" aku langsung membanting tubuhnya, menguncinya sebisa ku dan aku langsung menyerangnya bertubi-tubi.

Kali ini bukan desahan yang aku dengar, melainkan teriakan dan permintaannya untuk menghentikan semua ini.

"Elang stop Lang, aku gak mau!"

Dengan terpaksa aku mencekiknya agar dia bisa diam sebentar kemudian langsung merobek segala kain yang tersisa di tubuhnya.

Tangannya sibuk mencoba melonggarkan jari-jari ku yang ada di lehernya tapi aku masih berusaha untuk tetap pada tujuan ku yaitu membuatnya tanpa sehelai kain pun yang menutupinya.

Dia hampir kehilangan kesadarannya lagi dan akhirnya aku melepas cekikan dari lehernya, dia sibuk mengambil udara yang beberapa detik lalu sulit dia dapatkan.

Detik ini ku gunakan untuk langsung melesakan penis ku ke dalam lembahnya, dia tercekat, matanya membulat menatap ku tidak percaya.

Lembahnya sangat sempit, apa aku orang pertama yang memasukinya? Oh jika benar aku akan berbangga diri setelah ini.

Dia mencoba mendorong tubuhku dan memilih fokus untuk menghindari ku tapi lagi lagi tangan ku langsung mencekiknya "Aku bisa pastikan kamu akan baik-baik saja kalau kamu menjadi gadis yang baik Bita" bisik ku dan saat ini aku bisa mendengar isakan kecilnya.

Aku langsung menghujamkan penis ku lebih dalam, untuk segera merobek dinding pembatas itu, aku sudah tidak sabar untuk memiliki Bita seutuhnya.

Beberapa kali percobaan dan akhirnya aku pun bisa mencapai tujuan itu, aku merasakan seperti ada cairan yang mengalir di bawah sana, dan saat aku melihat ke bawah benar dugaan ku, cairan itu berwarna merah, darah perawannya menjadi saksi keberhasilan ku memilikinya dengan utuh.

Dia nampak memejamkan matanya dan masih mencoba melepaskan diri dariku, sepertinya ini akan seru dan secara bersamaan aku putuskan untuk memompanya lebih keras dan dalam.

Dia menjerit kesakitan dan aku tertawa bangga "Sebentar saja sayang, setelah ini akan nikmat, pegang janji ku" aku menciumi bibirnya dan disana dia masih bisa menolak.

Sampai tangan ku akhirnya melepaskan satu tamparan untuknya, membuatnya makin kacau dan pusing, matanya sudah mulai kehilangan fokus lagi dan ku gunakan itu untuk memuaskan hasrat ku.

Aku lihat ponsel ku berdering, nama Ale terpampang disana, aku semakin panas dan semakin menggilai tubuh Bita yang mulai melemah di bawah tindihan ku.

Pelanggan Rindu [End]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora