70

460 43 1
                                    

✨ Bita

Aku bermimpi buruk dan rasanya napasku sudah diujung ketika aku terbangun, aku menata detak jantungku untuk kembali normal dan mencari dimana keberdaan Ale, dia tidak ada di dampingku, aku memejamkan mata sebentar dan baru teringat kalau dia aku suruh tidur di bawah memakai kasur lipat.

Buru-buru aku langsung lihat ke bawah dan menemukan dia yang sudah tertidur di kasur lipat yang tidak terlaluu besar itu, aku menimbang untuk memintanya pindah ke atas dan tidur di sampingku saja tapi ada rasa gengsi di hati ini.

Potongan mimpi menyeramkan tadi langsung terbesit lagi di pikiranku, aku buru-buru turun dan membangunkan Ale dengan menepuk nepuk bahunya karena saat ini dia sedang tidur dengan posisi tengkurap.

"Le..... Ale...." panggilku, dia seperti tidak terganggu sama sekali dengan guncangan yang tercipta, aku tidak menyerah dan aku mencobanya sekali lagi "Ale...... please bangun dong!" aku sedikit berbisik di telinganya diikuti dengan tepukan di bahunya.

"Ale, bangun dong aku takut!" tetap tidak ada perubahan berarti.

Akhirnyaku mendaratkan ciuman di pipi kanannya dengan sedikit kesal dan ajaibnya pria menyebalkan ini langsung bagun "Ta? kok kamu di bawah?" tanyanya bingung.

"Pindah atas aja!" pintaku.

"Kenapa? bukannya kamu yang mau aku tidur disini aja?"

"Diatas aja udah, biar kamu gak masuk angin"

"Aku kan pakai selimut, aman"

"Oh ya sudah berarti fix ya kamu memang mau pisah ranjang sama aku?"

"Eh ya gak gitu dong" dia langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kamu yakin aku tidur di atas? kamu gak apa-apa?" dia memastikan dan aku mengangguk.

"Aku mimpi buruk barusan, gak enak aja kalau samping kasur ku kosong" akhirnya aku jujur dan dia tersenyum.

"Ya sudah ayo aku temenin, kamu tidur duluan baru nanti aku tidur setelah kamu pulas"

"Ok" balasku singkat dan aku segera menuju ke atas ranjangku lagi diikuti dengan Ale setelahnya.

Posisi tidur kami saat ini saling berhadapan, dan dia tersenyum menatapku "Sudah tidur dulu Ta, aku jagain kamu" dia mengelus kepalaku.

"Kamu serius sama rencana pindah ke luar kota?" aku tiba-tiba saja membuka bahasan ini.

"Kalau kamu sudah dapat kota yang potensial untuk kita tinggali aku oke aja, nanti kita bangun semuanya dari awal" balasnya.

"Kamu yakin tentang Laras?" dia mengehembuskan napas kasar, sepertinya lelah aku membahas topik ini lagi.

"Ta, sekarang yang aku mau cuma keluarga kita bahagia sudah, menjaga hubungan baik sama Laras gak setimpal kalau aku harus melepaskan kamu dan anak kita"

"Aku mau kita punya keluarga yang utuh Ta, aku juga tahu rasanya ditinggal pergi mama, papa jadi hilang arah, hidupnya kacau padahal mama happy happy dengan pria selingkuhannya, aku gak mau anak kita kayak aku dulu, dia gak perlu merasakan hal-hal menyedihkan yang kita rasakan, ya?"

"Kamu yakin Laras akan baik-baik aja sama pilihan kamu ini?"

"Iti urusan dia Ta, aku selama ini bersikap baik hanya karena mau membantu Bima bisa sedikit tenang di alam sana, tapi tindakan Laras kemarin sudah aku anggap melampaui batasan teman"

"Aku gak mau kamu yang pergi, jadi biar aku yang pergi dari Laras"

"Mimpi buruk mu tentang aku balik lagi ke Laras ya?" dia menebak mungkin karena mendadaka kami jadi fokus dengan membahas Laras, aku tersenyum kemudian menggeleng.

"Bukan kok"

"Aku cuma kepikiran tentang tawaran kamu untuk pindah ke luar kota setelah ingat ada ibu disini"

"Aku belum tahu apa rencana ibu kedepannya, jadi kalau kita harus pindah kota rasanya kita perlu diskusi lagi Le"

"Iya aku paham, aku ngikut kamu aja, pokoknya kamu nyaman aku ikut Ta"

"Makasih juga sudah gak menghajar Elang waktu dia bantu aku pergi dari rumah, jujur aku merasa gak punya siapa-siapa lagi selain dia tiap kita berantem hebat, aku mau minta bantuan Marta tapi aku takut kamu sakitin dia"

"Akuu percaya kalian sudah gak ada perasaan di luar pertemanan Ta, jadi sekarang aku malah lihat Elang kayak kakak kamu, gak tahu pandangan mataku tentang kalian sekarang benar-benar berubah dan beda aja"

Beberapa saat kami saling berdiam diri mungkin sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Ale meminta ku untuk kembali tidur karena aku butuh istirahat yang cukup.

.

✨ Ale

Pagi harinya aku baru saja mandi dan akan menuju ke pantry untuk membuat kopi, tadi Bita masih belum selesai mandi jadi aku lebih dulu keluar dari kamar, di lar aku sudah disapa oleh Gerald dan Ibu, ibu nampak menyiapkan meja makan dan Gerald sibuk dengan tabletnya "Pagi mas" sapa Gerald padaku dan aku menepuk bahunya "Tidur nyenyak?" dia mengangguk menjawab pertanyannku.

"Kakak mana?"

"Masih mandi"

"Kamu suka rawon gak Le, ibu hari ini masak rawon" ucap ibu.

"Suka kok bu, rawon buatan Bita juga enak dia sering masak itu"

"Oh ya?" ibu nampak tidak percaya dan tidak lama setelahnya terdengar bunyi bel dari pintu utama rumah ini.

Aku akan membuka pintunya tapi ibu menahan ku "Ibu aja, kamu tolong cek Bita takut ada apa-apa kok cukup lama dia mandinya?"

"Aku minta Lia aja bu untuk buka pintunya" ujarku.

"Tadi ibu minta tolong Lia untuk beli bahan yang lupa di pasar depan Le"

"Oh oke kalau gitu, Ale ke kamar dulu buat cek Bita" setelahnya aku kembali ke kamar Bita, baru saja akan membuka pintunya ternyata Bita sudah lebih dulu keluar "Mau masuk?" tanyanya.

"Mau cek kamu kenapa lama banget"

"Oh, gak apa-apa ini tadi pilih skincare dulu yang masih aman buat aku pakai selama hamil"

"Ibu mana?" tanyanya.

"Lagi di depan, ada tamu kayaknya"

"Elang ya?" aku mengangkat kedua bahuku dan dia berjalan menuju ke pintu utama untuk melihat sendiri siapa yang datang.

"Kayaknya bukan Elang deh, dia ada rapat urgent pagi ini" aku mencoba mengingat apa yang kemarin Elang sampaikan.

Belum sampai di tujuan, langkah kaki Bita sudah berhenti untung saja aku cepat juga menghentikan langlahku sehingga aku tidak perlu menabraknya.

"Ini benar kamu?" ucap sebuah suara yang asing bagiku, suara pria.

Kami sama-sama melihat jika tamu yang datang adalah seorang pria yang sudah cukup berumur, pria itu sedang menangkup wajah ibu dengan tatapan tidak percaya, dan setelahnya ibu dia bawa kedalam pelukannya "Maafkan aku, aku terlalu lama untuk mencari kalian" ucap pria itu lagi.

"Bu?" panggil Bita pada ibu dan seketika Ibu melepas pelukan pria itu dan pria itu langsung menyadari kehadiran kami berdua "Bita?"pria itu nampak menangis dan akan masuk ke dalam tapi aku yang merasa dia adalahh pria asing langsung memasang badan untuknya, tapi tiba-tiba saja tangan Bita menahanku seakan menyuruhku menahan itu.

"Gak apa-apa Le" ujar Bita sambil tersenyum.

"Masuk aja pak" Bita malah meminta pria itu masuk ke dalam dengan diikuti ibu yang seakan bilang kepadaku bahwa hal ini bukanlah satu hal yang buruk lewat ekspresi matanya.

"Maaf bapak baru datang nak" pria itu memeluk Bita, tangisannya pecah "Maaf bapak tidak menyadari kamu bertahan sampai sekarang" imbuhnya dan kini tangis Bita yang pecah.

Aku sepertinya menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu apa-apa tentang hal ini, aku masih memilih diam dan membiarkan dua orang ini menangis saling berpelukan.  

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now