67

333 28 0
                                    

✨ Bita

Aku terbangun dan sudah menemukan diriku terbaring di sebuah ranjang rumah sakit, ketika mataku terbuka Elang dan Ale langsung mendekat secara bersamaan, aku yang tahu akan ada cekcok lagi akhirnya memilih untuk duduk tapi tangan mereka menahanku dan memintaku untuk tetap berbaring saja.

"Kenapa masih disini?" tanyaku pada Ale.

"Aku suami mu Ta"

"Aku sudah nyiapin semua berkas buat perceraian kita, aku harap kamu gak lagi dekat-dekat aku mulai sekarang"

"Gak bisa, aku gak mau cerai, aku mau tetap sama kamu dan membesarkan anak kita bersama" deg, apa dia bilang? anak kita? mimpi!

"Kamu hamil Ta" ucap Elang memberi informasi.

"Hah?" aku semakin bingung.

"Kamu hamil, 7 minggu" dia menambhakan info.

"Aku gak kenapa-kenapa mana bisa hamil?"

"Buktinya kamu memang hamil" Ale menyodorkan sebuah foto berwarna hitam putih padaku, yang ternyata adalah foto hasil USG.

Aku meliriknya sekilas dan ketika namaku memang tertera di bagian atas foto itu aku langsung mengambilnya, Ale menjelaskan apa maksud singkatan-singkatan yang ada di samping foto itu tapi aku tidak fokus mendengarnya, aku hanya terpaku pada satu gambar yang seperti kacang yang ada di dalam kantong rahimku "Ini anak ku?" tanyaku dengan polos sambil menunjuk gambar kacang itu.

"Iya, anak kita" Ale merevisi.

Aku menarik napas panjang bukan aku tidak bersyukur tapi kenapa selalu aku akan melepaskan Ale dan merelakannya selalu ada saja hal yang membuatku untuk berpikir ulang.

"Aku gak mau kita cerai Ta, aku gak mau anak kita lahir tanpa ayah dan menjalani hari-hari yang berat tanpa orang tua yang lengkap"

"Aku tahu rasanya sama sekali gak enak hidup di keluarga yang gak utuh, rasanya berjuang sendirian dan aku lebih mudah insecure dengan teman-teman yang mendapat dukungan lengkap"

"Anak kita besok bisa belajar dari aku, tenang aja" balasku dan Elang langsung menggelengkan kepala singkat dari balik badan Ale, dia nampak kurang setuju dengan keputusanku.

"Ta, please kasih aku kesempatan lagi, aku janji kali ini gak ada Laras di hidup kita, aku sudah memutuskam untuk memutus saja hubungan pertemanan kami, kalau kamu mau kita bisa pindah ke luar kota, kamu yang pilih mau dimana, kamu gak perlu kerja sementara waktu, biar semuanya aku yang handle, aku juga sudah bisa buka praktek mandiri Ta, bisa kita tata pelan-pelan dan bersama kalau kamu kasih kesempatan lagi ke aku"

Aku mengusap wajahku gemas, kenapa semesta selalu semena-mena padaku? bukan aku tidak bersyukur mendapat kepercayaan untuk hamil lagi setelah sebelumnya harus keguguran bahkan sebelum aku sempat sadar kalau aku hamil, aku senang bisa dipercaya menjadi seorang ibu, tapi kenapa harus ayahnya seorang pria yang gak bisa tegas pada dirinya sendiri?

Ponsel Elang tiba-tiba berdering kemudian dia permisi kepada kami untuk mengangkatnya, aku dan Ale sama-sama mengangguk mengijinkan dan setelah ituu Elang keuar dari kamar rawat inapku.

"Aku gak apa-apa misal kamu mau tinggal sementara di tempat kamu Ta, tapi ijinkan aku buat tilik kamu setiap harinya"

Aku terdiam entah rasanya tubuhku lelah sekali tapi harus menghadapi Ale yang seperti ini "Kita bahas besok aja, aku capek mau tidur"

"Le!" Elang memanggil Ale kemudian memintanya keluar sebentar untuk menemuinya "Aku ke Elang dulu" ijin Ale dan aku mengangguk, stelahnya mereka sama-sama menghilang ke luar ruangan, dan aku memilih untuk tidur lagi.

Pelanggan Rindu [End]Where stories live. Discover now