#000 Prolog

14.4K 1.2K 69
                                    

Salju turun tanpa henti malam itu. Udaranya dingin menusuk kulit, orang-orang mengepulkan asap dari mulutnya bahkan di dalam rumah. Tapi, kedua anak lelaki itu tidak sedikit pun ingin berhenti berlari. Tak sedikitpun memikirkan kaki mereka yang melepuh karena menginjak salju. Tujuan mereka hanya satu, lari dari tempat ini.

Masing-masing masih berusia 11 dan 12. Namun mereka berhasil mengecoh keamanan tingkat tinggi milik gedung tempat mereka tinggal. Bangunan itu berukuran besar, begitu besar hingga orang-orang bisa melihat atapnya dari kaki gunung. Dindingnya putih, seputih salju yang jatuh menutupinya. Tempat dimana kedua anak itu menghabiskan hidup mereka dari ketika mereka belum bisa mengingat apapun sampai detik ini. Detik dimana mereka bertekad untuk pergi dari tempat yang memenjarakan kebebasan mereka.

"Ah!" salah satu dari mereka terjatuh. Dia yang memiliki kulit putih dan bersih seperti kaca, kau bahkan dapat melihat pembuluh darah halus berwarna biru di lengan maupun betisnya.

Si anak lainnya bergegas membantunya berdiri tanpa banyak suara. Yang satu ini berwajah tegas, terlihat tampan di usianya yang baru menginjak 12 tahun. Rambutnya bergelombang dan berwarna terang. Tangannya kuat menggenggam erat tangan temannya dan menariknya untuk kembali lari.

Mereka harus bergegas sebelum ada yang menyadarinya.

.

.

"Jake!"

Pemuda itu berlari kecil ke arah Jake dengan tangan penuh buah-buahan. Dia menjatuhkan buah-buah itu tepat di depan Jake. Ada apel, persik, dan beberapa jenis beri liar yang berhasil dia temukan dalam perjalanan kecilnya berkeliling hutan. Syukurlah, hari ini mereka punya cukup makanan.

Jake mengalihkan atensinya dari tumpukan kayu bakar dan buah di dekat kakinya ke lengan sahabatnya. Ada darah yang mengalir di sana, warna darah begitu kontras dengan kulit tangannya yang putih, "Kamu terluka," kata Jake.

Sunoo hanya tersenyum kemudian menjilat lukanya sendiri, "Sudah."

"Harus dibersihkan," Jake merogoh tas bawaan mereka dan mengeluarkan sehelai kain bersih tapi Sunoo menahannya dan memasukkan kain itu kembali.

"Ini cuma luka kecil, kau berlebihan, Jake!"

"Tapi..."

"Tidak apa-apa. Simpan kain itu untuk keadaan yang lebih darurat."

Jake mengalah. Sunoo ada benarnya juga. Luka ini tidak seberapa dibandingkan apa saja yang telah mereka lalui hingga saat ini. Jake melirik bekas luka yang cukup panjang di kakinya. Benar, mereka pernah mengalami yang lebih buruk dan bukan berarti hal itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Kedua anak manusia itu duduk bersebelahan di depan api unggun yang menyala terang. Keberadaan api adalah yang paling penting di malam hari untuk mengahalau serangan hewan-hewan liar sekaligus menghangatkan tidur mereka.

"Jake, nanti kalau sudah sampai, aku betulan boleh tinggal di tempatmu? Kau tahu, kan, kampung halamanku sudah habis tak bersisa."

"Tentu saja," Jake mengangguk mantap, "lagipula kau yang memberitahuku jalan pulang, yang memberiku motivasi untuk pergi kesana. Tidak tanggung-tanggung, menemani perjalananku, melindungiku, dan duduk di sini bersamaku."

Sunoo tersenyum hingga matanya menyipit. Tangannya menyogok beberapa ranting-ranting kecil ke dalam api, memastikan tidak ada satu pun yang terbuang sia-sia.

"Tapi, apa kau benar-benar percaya?" tanya Jake.

"Tentang apa?"

"Bahwa kampung halamanmu habis tak bersisa? Bisa jadi itu hanya akal-akalan orang-orang itu agar kau tetap tinggal disana."

"Aku tidak tahu. Tapi di buku-buku sudah dituliskan, desaku, klanku, semuanya sudah punah di tahun aku lahir. Aku yang terakhir, yang tersisa dari keberadaan mereka," Sunoo menatap sendu ke dalam api. Di buku yang pernah dia baca, semua yang berhubungan dengan asal-usulnya telah habis dilahap api, meskipun tak pernah ada penjelasan mengenai itu.

Jake menyadari perubahan ekspresi Sunoo, menggeser duduknya menjadi lebih dekat. Melingkarkan tangannya di sekitar leher pemuda itu, "Di rumahku, kamu selalu punya tempat untuk tinggal."



-to be continued-


Mau lihat responnya dulu. Sekali lagi, ini bukan bxb ya...

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDWhere stories live. Discover now