86. Bayangan Rasa (9)

3.3K 374 10
                                    

Dwina menyadari perempuan yang duduk di hadapannya kini gerah melihat kedekatan antara ia dan Arya. Dengan sengaja Arya merengkuh pinggang Dwina sebagai bentuk pernyataan kalau kehidupan pernikahan mereka sangat bahagia.

Senyuman di wajah Indira masih terbentuk, namun Dwina sadar kalau dia dalam keadaan menahan marah di dalam pembawaan yang tenang.

"Selamat atas pernikahannya. Maaf, aku belum siapin hadiah pernikahan untuk kalian." Suara Indiri sedikit gentar walau dia berhasil menyelesaikan ucapan singkat tanpa menggigit lidahnya sendiri.

"Nggak perlu sungkan. Doa kan aja supaya kedepannya pernikahan kita berjalan baik. Ya kan, Dwi?" Sahut Arya berakhir pada Dwina. Segera Dwina menganggukkan kepala meski jawaban Dwina sebenarnya tidak lagi di butuhkan.

Dari arah belakang seorang asisten rumah tangga terburu menghampiri Bu Laras sambil membawa ponsel. "Tadi Bapak nelpon bu, udah dua kali. Kayaknya ada urusan penting."

"Maaf saya permisi sebentar ya." Bu Laras bangkit, ia berjalan menuju kamar yang diikuti oleh asisten rumah tangganya.

Sedangkan yang lain kembali pada obrolan.

"Gimana pekerjaan kamu di Jakarta?" Indira melontarkan kembali pertanyaan.

"Ada proyek baru pembangunan jalan. Kira-kira menghabiskan waktu dua sampai tiga tahun."

"Lama juga ya?" sahut Teh Bika.

"Itu proyek besar Teh. Tapi semua tergantung pada situasi kondisi. Jika pendanaan dan keadaan lingkungan cukup baik akan lebih cepat. Untuk proyek pembangunan jalan lebih di kerahkan pada malah hari."

"Berarti..."

"Iya, terhitung bulan depan aku akan pindah jam kerja. Sudah biasa bagi orang kontraktor kayak kita. Dan sebelum pembangunan biasanya akan ada acara penyambutan dari para investor. Kami termasuk di undang." Arya baru memberitahu tentang ini pada Dwina.

"Kapan acaranya diadakan?" seru Indira.

"Minggu depan. Di Hall Grand Marcure. Pastinya kamu juga ikut." Akhir kalimat Arya tertuju pada Dwina lagi.

"Pesta penyambutan ya? Ayah dan Kak Bayu pernah ngajak aku ke sana."

"Serius? Kapan?" tanya Arya tiba-tiba jadi penasaran.

"Tahun lalu dan dua tahun sebelumnya juga. Kalau tahun lalu acaranya di Grand Ballroom-" Dwina mencoba menggali ingatannya. Karena banyak tamu undangan, dia kurang merasa nyaman di sana.

"Grand Ballroom Rafflesia."

"Iya betul. Kak Bayu ikut andil sama proyek kerja mereka. Aku temenin dia, karena dia lagi nggak ada pasangan." Sebenarnya, Dwina setengah percaya kalau kak Bayu tidak ada pasangan yang mau di ajak ke acara.

"Aku juga datang ke acaranya. Tapi kenapa kita nggak ketemu, padahal aku sempat ngobrol sama Bayu."

"Tahun lalu kamu belom jodoh sama Dwina, pastilah nggak ketemu." Celetuk Teh Kila, membuat Arya dan Dwina tertawa.

Entah kenapa Arya terheran, mungkin dia tidak menyadari kehadiran Dwina padahal ia yakin Dwina akan selalu di dekat Bayu sewaktu acara berlangsung. Arya sedikit menyesal seharusnya dia bertemu Dwina lebih cepat.

Di tengah obrolan Bu Laras memanggil Arya, "Bapak mau ngomong sama kamu."

Lekas Arya pamit dan menyusul Bu Laras ke kamar. Seketika, suasana menjadi hening. Bisa dipastikan Teh Kila tidak terlalu dekat dengan Indira.

"Teh Kila sama Bang Ares, sekarang tinggal dimana?" Indira berinisiatif melanjutkan perbincangan, tetapi dia menghiraukan kehadiran Dwina. Teh Kila menyadarinya, membuat dia agak canggung.

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now