13. Perasaan ini (1)

32.6K 3K 43
                                    

Perasaan kecewa itu terasa ketika sadar bahwa hatinya telah berubah.

_______

"Assalamualaikum.." salam Bayu menggunakan suara lantang saat memasuki rumah.

"Waalaikumsalam.. Duduk dulu pasti capek banget." Bu Laras menyambut hangat kedatangan Bayu dan pacarnya, keduanya langsung mencium tangan beliau.

'Iya tante." Bayu mengangguk kemudian ikut bergabung ke ruang tengah. Sedangkan Dwina melepaskan rangkulannya dan membantu teh Killa menyiapkan teh hangat lalu menuju kamar untuk merapihkan barang bawaannya ke dalam tas tentu hatinya terasa berbunga-bunga karena akhirnya dia pulang.

"Dari jam berapa kamu berangkatnya?" tanya bu Laras ramah.

"Sekitar jam dua tante."

"Oalah gitu. Kamu nginep di sini aja dulu, masih ada kamar kosong."

"Nggak kayaknya tante, nanti saya sama Dwina langsung balik ke Jakarta." Bayu langsung menggosok tengkuk lehernya. Sehalus mungkin ia menolak saran itu dengan berbagai alasan. Bukan karena dirinya ingin menolak. Namun, semua ini untuk Dwina. Ia tidak tega melunturkan harapan Dwina apalagi adiknya begitu bahagia melihat kedatangannya. Parahnya, ia sudah menjebak Dwina untuk datang ke rumah Arya tanpa ditemani dirinya, walau tidak ada tanda-tanda adiknya marah besar diperlakukakan seperti itu.

"Kenapa nggak ada omongan mau nyusul ke Bandung?" nada kesal Arya berusaha ditahan agar tidak tumpah. Perasaannya sulit menerima dan kecewa padahal dia tidak berhak bersikap seperti itu. Memang sebenarnya siapa dia di sisi Dwina? Mereka berdua baru saling kenal selama dua hari.

"Sebenarnya Dwina minta dijemput pulang, katanya dia nggak enak takut ngerepotin lo di sini."

"Sama sekali gue sama keluarga gue nggak ngerasa direpotin sama dia. Itu prasangka dia aja." Arya mencoba mempertahankan Dwina supaya tetap di sini. Namun Bayu hanya mendelikkan bahunya.

Arya mengusap kasar wajahnya. Sebenarnya pulang menjadi pilihan tepat untuk Dwina, dia pasti akan cepat sembuh bila di Jakarta.

"Gue mau ke kamar dulu. Lo bisa istirahat disini." Arya menepuk pundak Bayu.

"Oke."

Disisi lain, Dwina sedang membuka kotak berisi skin care pemberian kak Bayu tadi. Bibirnya membentuk senyuman indah dan matanya berkilat penuh keharuan, entah sudah ratusan kali Dwina membaca review kehebatan produk ini dan ia berharap besar cocok dengan tipe kulit wajahnya. Terdapat sebuah moisturizer, toner, serum dan essence.

Dwina mencobanya satu persatu, mulai dari mencium aromanya, merasakan tekstur produknya yang berbasis air serta menilai bagus kemasan produk berbahan kaca.

"Aku suka banget.." Dwina tertawa sendirian karena dia amat senang. Benaknya penuh seolah sulit menampung kebahagiaan sederhana ini. Bukankah hampir semua perempuan akan antusias mendapatkan produk skincare favoritnya?

Untuk kenangan, Dwina ingin sekali mengabadikan hadiah itu dalam bentuk foto lalu mempostingnya di Instagram tapi dia hampir lupa hpnya rusak.

Ketukan pintu menghentikan Dwina dari menatap layar ponselnya yang retak dan mati, segera Dwina menoleh ke arah pintu dimana kini Arya telah berdiri mengamatinya dengan ekspresi tak terbaca. Dwina langsung menutupi kegugupannya. "Ada apa kak?"

Trust Your Heart [END]Where stories live. Discover now